Bagian Enam

11 0 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ridho Allah ada pada kedua orang tua, jangan sampai mulut kita mengeluarkan lontaran kata yang menyakitkan bagi mereka. Berkata 'ah' saja sudah dianggap melampaui batas, apalagi melawan dengan nada suara yang meninggi.

Abadi Dalam Karyaku

By hlwriter04

•••

Hampir dua minggu lebih, Nafisha berada di rumahnya. Padahal diluar sana, orang-orang mungkin akan menghabiskan waktu liburan mereka dengan traveling atau sekedar berkemah.

Tapi tidak dengan Nafisha, sepanjang hari ini saja ia tak ke mana-mana. Berdiam diri di rumah membuatnya bosan, sehingga tak ada cara lain selain mengalihkan atensinya pada dunia bacaan.

Nafisha memang suka sekali membaca buku, di kamarnya pun terdapat banyak novel-novel yang berjajar rapi di dalam rak miliknya.

Akan tetapi, kakak laki-lakinya yang bernama Zidan malah mengganggu ketenangannya. "A Zidan, balikin novel aku!" Seru Nafisha dari arah lantai dua.

Zidan yang berada di bawah tangga pun lantas menjulurkan lidahnya meledek, "wlee coba aja kalau bisa!" Katanya sembari berlari menuju ruang tengah, tepatnya ruangan santai yang biasa digunakan keluarganya.

Nafisha tak tinggal diam, ia menuruni tangga dengan langkah yang cepat. "Kembalikan!" Pekik gadis berhijab itu, nada suaranya berganti jadi meninggi.

Sesampainya di ruang tengah. Nafisha melihat Zidan yang menampilkan mimik liciknya sembari tersenyum smirk.

"A Zidan..." Lirih Nafisha.

Zidan malah semakin menjadi-jadi. Pemuda berusia 19 tahun itu melemparkankan novel adiknya ke sembarang arah, hingga buku kesayangan Nafisha itu tergeletak begitu saja ke teras.

"A ZIDAN!" Nafisha menjerit, lantas ia pun bergegas mendekati kakaknya dengan emosi yang mengebu-ngebu.

"Iya, dek?" Enteng sekali ia menanggapi, seakan-akan merasa tidak bersalah sama sekali.

Buagh!

Satu bogeman mentah lolos mengenai perut Zidan, pemuda tampan itu terhuyung ke belakang dan mengenai sofa. Suara tawa pun pecah dari mulut seorang Nafisha, sebagai korban kejahilan kakaknya -- tentunya ia merasa bahagia karena akhirnya bisa menang melawan Zidan.

"Awss, kuat juga ya kamu," Zidan berdecak.

Nafisha pun berdecih, "cih! masa cowok yang punya otot kayak Aa' lemah sih? Dipukul sama cewek aja langsung lemas, lebay! Percuma Aa' punya otot banyak!" Sang gadis memaki kakaknya habis-habis an tanpa ampun sedikit pun.

Tanpa mereka berdua sadari, ternyata aksi pertikaian itu tak lepas dari pengawasan sang ummi, yang baru saja beranjak dari dapur.

"Astaghfirullah hal'adzhim," Hafsah, wanita paruh baya itu mengucapkan kalimat istigfar seraya mengelus dadanya.

Zidan melirik ke arah sang ummi berada, begitu pun Nafisha. Keduanya meneguk saliva kasar, lantaran mereka merasa ketakutan karena kini tatapan ummi berbeda dari biasanya. Tajam dan menusuk lawannya.

Abadi Dalam Karyaku [Hiatus❕]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang