Juni 21, 2024.
Ting tong..
Bunyi bel yang telah ditekan mengambil perhatian Xavier. Dia sudah menduga kalau rumahnya akan dihampiri Agen Ruby hari ini. Tentu saja dia tidak suka membiarkan orang menunggu. Xavier membukakan pintunya untuk Ruby.
"Agen Ruby! Apakah kau yakin aku tidak merepotkanmu?"
Ruby terkekeh mendengar pertanyaan Xavier. Ternyata Xavier masih bisa meragukannya.
"Tidak, tidak. Aku senang bisa membantu, Agen Xavier."
"Ya syukurlah... Jujur saja, mereka akan sedikit sulit untuk diberi tahu. Sebaiknya bujuk mereka dengan video gim atau makanan. Kau bisa menelfonku apabila terjadi sesuatu.."
Xavier yang menyadari di mana Ruby berdiri sekarang, ia langsung membukakan pintunya lebih lebar sebagai tanda mempersilahkan kedatangannya. Udara dingin di luar bisa saja mendatangkan penyakit kepada Ruby.
"Masuk dahulu. Anggap saja seperti rumah sendiri."
Ruby mengangkat garis bibirnya agar tidak terlihat terlalu kaku dan canggung. Pintu pun ditutup kembali oleh Xavier sesaat Ruby sudah masuk, agar butiran-butiran kristal di luar tidak memasuki rumah.
Suasananya terasa asing dan baru, tetapi cukup nyaman bagi para tamu yang sedang dipersilahkan di rumah ini. Ruby tidak bohong dengan ekspresinya. Bibirnya terbuka sedikit akibat rasa terkesannya. Penghangat ruangan bekerja dengan baik sehingga tubuh Ruby yang tegang tadi menjadi tenang. Lampu-lampu yang merilekskan otot-otot kelopak mata membuat Ruby nyaman, berwarna putih gading yang redup.
"Agen Xavier, aku sudah diberi tahu bahwa kau akan dihantar oleh Ketua Tigreal ke bandara. Dia juga yang akan mendampingimu di Italia selagi rekanmu, Agen Lesley di Vatikan." Ruby memulai pembicaraannya.
Xavier mengangguk pelan sebagai jawaban. Tepat sekali, Julian dan Yin baru saja turun dari lantai atas. Pandangan mereka langsung melekat kepada Ruby. Pikir mereka, Ruby sepantaran dengan mereka.
"Kak Xavier, siapa dia?" Yin bertanya tanpa basa-basi.
"Hei... turunlah dahulu. Jangan seperti itu ketika ada tamu." Xavier membalas.
Yin dan Julian lantas menghampiri Xavier lalu duduk di sampingnya. Tampangnya, Julian masih malu setiap kali ada tamu yang bersinggah di rumah ini. Yin menyeringai senang mengenai kedatangan tamu. Dia selalu menyukai apabila ada orang baru yang bermain ke rumah ini.
"Aku Yin! Kau?" Sapa Yin layaknya seperti menyapa teman sendiri, kasual.
"Yin... dia lebih tua lima tahun darimu." Xavier berbisik.
"Oh.. maaf, kak.." Yin terkekeh.
Ruby senang mendengarnya karena itu berarti dia masih dianggap muda. Dia juga menyukai jiwa bersosialisasi pemuda yang sedang tersenyum itu. Rasanya seperti sudah dekat.
"Tidak apa-apa. Aku Ruby. Dan... aku akan menemani kalian saat kak Xavier sedang di Italia."
Julian dan Yin yang mendengarnya bingung. Xavier tidak pernah memberi tahu mereka kalau dia akan ke Italia. Pantas saja belakangan ini Xavier selalu sibuk dan tidak bisa meluangkan waktu.
"Kak? Kenapa tidak bicara dahulu kepada kami?" Julian berbisik pelan kepada Xavier.
"Maaf... aku.." Xavier bingung harus memberi alasan seperti apa.
"Aku lupa." Berakhirlah alasannya dengan konyol seperti itu.
Yin memicingkan matanya dengan kesal karena dikecewakan seperti itu. Dia tidak terlalu menghiraukannya karena bisa saja Xavier ragu untuk memberi penjelasan lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Met In Crime | Fredvier
RomanceXavier, seorang agen dari agensi Central Inteligence Moniyan ditugaskan untuk mengambil semua informasi seorang pencuri dan pembunuh profesional dari Italia, Fredrinn dan menangkapnya setelah itu. Ia pikir tugasnya akan ringan dan tidak membahayakan...