Chapter III: (Un)expected Situation

290 45 5
                                    

Siapapun yang membajak atau mengambil hak cipta tanpa izin dari penulis, akan mendapat hukuman berat karena melanggar undang-undang dasar.

Tokoh pada cerita ini berdasarkan pada gim online Mobile Legends. Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata karena semua adalah hiburan semata atau fiksi.

...

Langit semakin meredup hingga sebuah bintang yang disinari matahari mengekspos dirinya di langit malam itu. Xavier dan Tigreal yang mendampinginya sampai pesawat tujuan tiba, telah menginjak kaki di bandara. Sembari Xavier duduk di kursi besi untuk para penumpang, ia memakai masker wajah agar tiada seorang pun mengenali identitasnya.

Dia mengangkat lengan kanannya untuk melihat jam pada jam tangannya. Jarum pendek menunjukkan angka 12, sementara pesawat akan tiba pada pukul 2 siang. Tigreal yang di sampingnya memeriksa ponsel pintar khusus dari agensi. Dia mendapatkan informasi dari Lesley bahwa pria bernama Fredrinn itu tampak sedang berkelana di bandara di mana pesawat Xavier akan mendarat. Tujuan Fredrinn adalah untuk menghantar orang kenalannya ke Milan.

"Agen Xavier, Fredrinn memiliki orang kenalan. Mungkin kau bisa mencari tahu dahulu siapa orang tersebut setelah kita beri tahu lokasinya," Tigreal berujar sebelum mengalihkan netranya ke Xavier.

"Tentu saja ada kemungkinan sangkut paut antara mereka dengan kasus-kasus Fredrinn." Tigreal lanjutkan.

Xavier yang telah menyimak lantas menghela napas dalam-dalam. Mendengarnya saja membuat dia tidak tenang akan ke depannya jika mengacau. Xavier berdeham membersihkan dahak dalam kerongkongannya, menginterupsi kesunyian.

"Aku sedikit gelisah..." Xavier mengeluh.

"Dahulu, aku pernah mendapatkan trauma di Milan juga. Tetapi ada seseorang yang membantuku saat itu. Sampai sekarang, aku sangat berterima kasih pada orang itu meskipun aku tidak dapat mengenali wajahnya..." Lanjutnya.

Tigreal hanya bisa memberikan rasa simpati. Tangannya menepuk lembut bahu Xavier dengan ukiran senyuman di wajahnya.

"Kalau saja kau mendapatkan kesempatan untuk mengenali orang itu saat di Italia- maksudnya Milan, kau akan bagaimana?"

Xavier meregangkan jemarinya lalu terkekeh kecil,

"Tentu saja aku akan menyukainya.. dia sudah menyelamatkanku.."

"Menyelamatkan? Huh? Uhh... dan kau menyukainya secara apa?"

"Seksual."

Tigreal sedikit menyesal mendengarnya, tetapi dia menjadi penasaran dengan orang yang sangat diingat Xavier itu. Xavier membulatkan matanya,

"Ah, maksudku... Tidak, tidak...! Mana mungkin? Ya, bukan? Hahaha... namanya saja aku tidak tahu!" Ucapnya dengan canggung.

Tigreal memiringkan kepalanya ketika dia mengatakan "tidak mungkin". Padahal, kalau diselamatkan dan menyukai orang itu adalah hal yang wajar. Tetapi mengapa Xavier terlihat cemas dengan perkatannya sendiri?

"Lupakan. Balik lagi saja ke tugasmu."

Sejujurnya, itu hanya merepotkan pikiran Tigreal saja. Trauma seperti apa yang Xavier alami?

...

Pesawat melayangkan sayapnya hingga terbang menyusuri awan-awan. Penumpang pesawat tampak tenang dan sebagian sampai tertidur pulas.

Xavier yang berada di kursi dekat jendela meratapi pemandangan sebuah kota. Dari ketinggan dua ribu meter lebih, kota-kota itu terlihat elok.

Drrr....

Met In Crime | FredvierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang