PROLOGUE

16.8K 172 10
                                    

PROLOGUE

"―I'm gonna put you first
I'll show you what you're worth
If you let me inside your world
There's gonna be one less lonely girl―"

CLAY menghapus peluh yang mengucur di pelipisnya. Bukan, ini sama sekali bukan soal seberapa panas ia berada di sini. Melainkan seberapa capeknya ia menemani saudara kembarnya itu. Lelaki yang berdiri tak jauh dari hadapannya memegang kameranya sambil memotret-motret screw pine yang ada di dekat mereka. Sudah sedari tadi ia menemani dan sudah beberapa jenis taman yang ada di Taman Nusantara ini yang mereka kunjungi. Tapi, kembarannya itu belum menunjukkan tanda-tanda yang dipilihnya.

"Karl, lo mau ngambil venue yang mana sih?" tanya Clay. "Gue capek menemani lo di sini tapi belum ada hasil juga, udah hampir dua jam tahu nggak kita di sini," protes Clay.

Karl menghentikan aktivitasnya. Ia menatap saudara kembarnya itu, "Well, gue tertarik sama Taman Perancis tadi, so we will go back," kata lelaki itu dengan santainya menenteng kameranya dan menyeret Clay dari tempat itu.

Clay hanya bisa memutar bola matanya sambil mengikuti saudara kembarnya itu dengan pasrah.

"Tapi... kita pergi ke Taman Rahasia dulu, gue penasaran!" seru Karl.

"WHAT?" teriak Clay sambil melotot sambil menghentikan langkahnya, "Plis deh, Karl. Kita di sini bukan buat main-main 'kan? Kita di sini buat survei venue pernikahan lo nanti," ujar Clay.

Karl ikut berhenti, "Diam aja lo! Gue yang ngajak lo kemari jadi terserah gue mau bawa lo kemana," tegas Karl.

"Ck... kenapa sih lo nggak ngajak Sarah aja? Dia 'kan calon isteri lo," keluh Clay.

"Gue mau kasih surprise buat dia," kata Karl.

Clay memutar-mutar bola matanya dan mengikuti Karl yang mulai berjalan lagi. Mereka menuju labirin. Sebuah taman berdindingkan tanaman sebagai tembok pembatas dan membentuk lorong-lorong yang berliku. Sebelum mencapai taman rahasia yang berada di tengah-tengah labirin itu mereka harus menemukan jalan yang benar. Jika mereka berdua masuk ke sana, maka akan lebih lama lagi waktu yang dibutuhkan sebelum kembali ke Jakarta. Ugh! Clay mengeluh dalam hati. Ternyata mengikuti kemauan saudara kembarnya ini benar-benar merepotkan!

"Lo pegang!" kata Karl sambil menyerahkan peta labirin kepada Clay. Sedangkan ia sibuk dengan kameranya kembali memotret-motret.

"Kapan masuknya?" keluh Clay yang tidak ditanggapi oleh Karl.

Ketika Karl sedang asik, refleks ia melihat bayangan putih di kameranya. Dengan cepat ia menghentikan aktivitasnya dan melihat gambar yang terekam di kameranya. Bukan! Itu bukan sekadar bayangan putih atau pun hantu di siang bolong. Tapi, seorang gadis yang mengenakan bridal dress yang sedang berlari masuk ke dalam labirin. Hah?

"Clay, lo lihat runaway bride!" Karl menunjukkan foto yang diamatinya tadi.

"Kali aja ada syuting film di sini," kata Clay sambil melirik ke kiri dan ke kanan. Tapi tak ada tanda-tanda kalau di situ sedang dilaksanakan syuting.

"Lo pikir dia Julia Roberts apa?!" ujar Karl.

"Dih! Maksud gue bukan gitu. Film tahun berapa juga itu dan sekarang tahun berapa," bantah Clay, " Lo tahu 'kan Indonesia lagi doyan adaptasi sinetron dari film gitu," lanjut Clay.

"Ketahuan lo doyan nonton sinetron," tebak Karl.

"Bukan gue. Elisa ngidam sinetron sih jadi gue ikut-ikutan nonton deh," ujar Clay.

"Ck... lo berdua pasangan paling absurd!" kata Karl, "Tapi jangan-jangan dia punya altar-phobic juga ya," Karl menebak-nebak.

Kedua saudara kembar itu malah sibuk mengamati foto tersebut. Gadis itu memang sedang berlari tapi ia sedang melihat ke arah belakang sehingga matanya dapat terlihat dari kamera. Mereka bisa melihat ada gurat kesedihan di mata gadis yang berlari mengenakan bridal dress itu.

BELIEVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang