TWO: [HEARTACHE]

2.7K 119 0
                                    

TWO―HEARTACHE

“―Nothing can cure my headache

Cause I’m experiencing what they call heartbreak―

  

SEMILIR angin malam itu terasa menenangkan. Tapi, tidak cukup menenangkan untuk Karl yang duduk di balkon kamarnya. Menatap bintang yang menurutnya tak seindah biasanya. Sial! Sudah setahun belakangan ini ia stuck dengan yang namanya Sarah. Apa-apan ini? Ia tidak pernah seperti ini. Wanita itu harusnya bertanggung jawab dengan semua yang terjadi padanya. Bukannya gagal move on cuma buat cewek yang menye-menye?

Tiba-tiba saja Karl merasakan sakit kepalanya. Seharusnya sudah cukup sampai di sini. Sarah sudah bahagia dengan pasangannya. Ia tidak boleh merasa menderita di bawah kebahagiaan orang. Apa lah namanya ini? Sakit hati? Patah hati dan semacamnya? Karl belum pernah merasakan yang seperti ini.

Ia segera berjalan ke arah kamarnya. Menghempaskan tubuhnya di atas masterbed. Menatap langit-langit kamarnya. Bukannya membuat sakit kepalanya sembuh malah membuat sakit kepalanya makin menjadi. Karena dalam keadaan tenang dan sendirian di kamar mengingatkannya pada penghinaan Sarah di kafe itu.

“Arrrrgggghhhh,” teriak Karl berdiri kembali langsung menyambar jaketnya yang tersampir di sofa kamarnya.

Ia segera menuju pintu kamarnya membuka pintu kamarnya lalu membantingnya dengan kasar. Karl segera berjalan turun dari apartemennya menuju basement. Mengambil coupe-nya lalu menyetirnya memecah jalanan Jakarta malam itu.

Kembali pada kebiasaan lamanya. Kembali kepada dunia lamanya. Ia terus menyetir sampai ke sebuah jalanan yang ramai oleh pemuda dan pemudi dengan mobilnya masing-masing. Dari sinilah pertama kali ia bertemu dengan Sarah. Dari dunia ini. Dan ia ingin mengakhirinya di dunia ini juga.

 Karl segera memarkir coupe-nya sejajar dengan mobil-mobil yang sudah berjejer di situ. Ia kemudian turun dari situ. Beberapa gadis menyambutnya. Gadis-gadis itu tampak liar dengan rok mini dan tubetop.

“Hai, Karl, udah lama nggak kemari. Tumben kemari lagi,” kata seorang gadis dengan make-up yang lumayan tebal.

“Memangnya gue nggak boleh ya balik sini lagi?” tanya Karl dengan tatapan tajamnya ke arah tiga gadis yang ada di hadapannya.

“Boleh kok. Boleh banget malah,” kata gadis yang rambutnya tergerai dengan antusias.

Seorang lelaki berjalan ke arah Karl. Tiba di depan Karl dia segera menyunggingkan senyum setengahnya, “Berani lo kemari lagi?” tanyanya lebih terkesan menyindir.

“Gue nggak akan pernah takut sama lo, Rayan!” bentak Karl.

“Kalau begitu masih berani ‘kan lo turun ke jalan?” tantang Rayan.

Tentu saja!” tegas Karl dengan tatapan penuh keyakinan.

“Oke! Taruhannya mobil lo sama mobil gue,” katanya.

Oke! Sampai bertemu dimobil! Jangan lupa ucapkan selamat tinggal karena bisa jadi ini detik terakhir lo sama mobil kesayangan lo itu!” kata Karl tak kalah sinis.

Ia segera melangkah masuk ke dalam coupe-nya dan membawa coupe-nya itu ke depan garis start. Banyak yang sudah berkumpul di garis start. Mereka semua terlihat antusias. Meneriaki nama jagoan mereka masing-masing. Rayan baru tiba dengan konvertibel-nya di samping coupe Karl. Seorang gadis yang mengenakan hotpants dengan tanktop membawa sebuah bendera. Ia mulai mengibarkannya di udara tanda Karl dan Rayan harus segera bersiap-siap. Sekali lagi gadis itu mengibarkan benderanya sebelum ia menutupnya dan konvertibel dengan coupe itu berlomba menyusuri jalan.

BELIEVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang