PROLOG

95 15 1
                                    

Happy Reading ‼️

"Nayanika pertemuan yang
menciptakan rasa untuk ketidak mungkinkan yang ada, shh ironinya kita."

Playlist for story:
Euphoria by Jungkook BTS


PROLOG

Hari ini seperti nya langit sangat cerah, langit biru yang sedang memandang semestanya untuk hari-hari yang akan ia jalani. Ironi sekali ya hidup ini?

Pagi itu terlihat seorang perempuan tengah menulis di balkon kamarnya. Ia terlihat tersenyum, senyum yang mungkin sangat candu bagi Semesta. Senyum yang selalu Semesta ingat suatu saat nanti jika keberadaan makhluk itu sudah habis masanya.

Di sana ia terlihat dengan memegang satu pulpen yang terlihat aestetic pulpen itu berwarna ungu, namun terlihat kelap-kelip seperti rainbow namun gelap latarnya. Di di batang pulpen tersebut terdapat ukiran 3ļŹ3¥nnņ$ yang menambah kesan aestetic di sana.

Tau gak Tae? Kata logika, sudah berapa kali kamu di kecewakan oleh ketidak mungkinkan? Katanya aku terlalu banyak mencintai angan, tapi Tae. Sampai saat ini banyak harapan yang tak kunjung mati keinginan nya.

Begitulah tulisan yang ada pada buku yang bisa di bilang sangat indah aestetic.

Hahaha, bener yaa? Manusia itu ironi, banyak harapan yang belum mati sampai saat ini. Tapi kalian tau gak? Namanya ketidak mungkinan itu adalah nyata bagi Semesta, tapi mungkin bagi alam raya, itu hanyalah ironinya seorang manusia. Dia pandai mempermainkan.

🥀🌹🥀🌹

Pukul 19:39, tepat nya di rooftof hotel HIGH AMERICAN terlihat seorang gadis sedang menikmati pemandangan langit malam. Besok ia akan pulang ke Indonesia untuk melanjutkan pendidikan SMA. Ia pindah ke Indonesia karena sudah lama menetap di Amerika sehingga seharusnya ia tak lupa dengan kampung rumah. Mungkin untuk kuliah dan perguruan tinggi baru ia akan di Amerika atau negara Eropa maju lainnya.

"Oke, malam ini mari kita sudahi segala hal yang pernah jadi harapan untuk tersenyum." Ucap nya pelan. Terlihat di sana bintang ber- kelap-kelip seolah menyapa nya. Namun tak lama kemudian seorang pria tiba-tiba masuk. Ia juga tak tau ada orang di dalam, berniat ingin keluar karena ada orang namun suara perempuan itu menghentikan nya.

"Just sit down here, no worries." Ucap Perempuan itu tiba-tiba. "Dudu aja di ini, ngga papa." Mendengar itu lelaki tersebut berjalan perlahan ke arah nya, sebenarnya ia juga tak pernah menoleh ke belakang, hanya saja ia tau dari suara langkah kaki yang menuju ke arah sini.

Setelah nya, lelaki itu duduk tepat di samping perempuan itu. Perempuan itu menoleh kesamping, ia langsung terlihat gelagapan melihat wajah tampan yang tak terkondisi kan. Meski lelaki itu menggunakan masker, tapi tetap saja aura tampan nya berkali kali lipat bisa ia rasakan. Apalagi karena tatapan tajam matanya yang tak main-main. Begitu juga dengan lelaki itu, ia cukup tergagum dengan wajah perempuan di sebelah nya ini. Mata cantik, kulit putih Langsat, hidung mancung dan banyak lainnya.

Kedua nya diam, sepakat. Tidak ada yang bersuara namun mereka masih saling bertatapan. Mata lelaki itu yang mula nya tajam kini perlahan meneduh, ntahlah ia juga tak tau. Mengapa perasaan nya terasa sangat berbeda sekarang? Melihat itu dada perempuan itu rasanya sesak. Aneh, dan lebih aneh ia tak tau mengapa. Tatapan ini, orang ini, seperti memiliki peran dalam hidupnya. Namun gagal, tiga detik setelah itu ia mengalihkan pandangannya, bisa bisa air matanya mengalir nanti jika saling menatap lebih lama.

Lelaki itu tersadar juga ikut memelingkan wajah nya ke arah langit.
"Who you are? And... Where are you from?" Tanya perempuan itu lagi. "I is human, and I'm from Indonesian." Jawabnya. Untuk pertanyaan pertama memang tak ingin ia jawab. Karena baginya, orang asing tak pantas untuk mengetahui identitas pribadi.

"Ohh yaalah, yakali Lo hewan!" Ucap Perempuan itu. Ia akan mengubah bahasa nya jika sudah berhadapan dengan orang se-bangsa dengan nya.

"Sopan kalo ngomong!" Ucap lelaki itu dingin. Matanya masih menatap ke arah taburan bintang sana. "Gue penasaran sama muka Lo, ngga mau buka masker nya sekali?" Tanya perempuan itu penasaran. "Nggak," jawab nya simple.

Namun tiba-tiba lelaki itu mendekat ke arahnya, membuat ia kontan mundur. Lelaki itu tersenyum miring, memusatkan objek nya pada mata gadis di bawah nya ini. Gerakan itu sungguh perlahan sampai sekarang punggung gadis itu sudah terbentuk sofa, lelaki itu menatap ke arah bawah. dengan sengaja ia menempel hidung nya ke hidung gadis di bawahnya ini, lalu menggesek kan nya perlahan. Berbeda dengan perempuan itu, jantung nya berdebar kencang, keringat dingin membasahi dahinya. lelaki itu Menatap tajam perempuan ini, lalu dengan tiba ia tersenyum smirk. Tangan nya meraba ke atas kepala gadis ini, lalu menyambar tisu yang di atas nakas, dan dengan gerakan cepat mengangkat tubuh nya untuk duduk seperti semula.

"Kenapa Lo nggak minta tolong sama gue aja?" Tanya Gadis itu. "Hmm, cuma mau liat wajah Lo dari jarak satu cm aja." Jawab nya. "Hah?" Kaget gadis itu. "Lupain." Jawab nya lagi.

"Pertemuan singkat di bawah langit malam yang tengah mendoakan makhluk nya agar bisa lebih lama, semoga kita bisa bertemu lagi dalam versi terbaik bahasa 'kita'." Ucap lelaki itu tiba-tiba. Tatapan tajam nya membius mata gadis di depannya ini.

"Jangan lupa bahagia... meski tanpa alasan. Sampai seseorang datang untuk menjadi alasan mu tertawa. Sampai jumpa, Girl!" Ucap lelaki itu lagi, di balik masker nya ia tersenyum tipis. Setelah itu ia beranjak pergi begitu saja. Sementara gadis itu melongo melihat apa yang baru saja terjadi.

"Whatt??!!!"

*****

TBC.

Have Fun yaaa! 869 kata untuk Prolog, Voment sebanyak yang kalian bisa.

*****
-di sini, di bawah langit mendung 10 Maret

BUMANTARA RASIO ARITMATIKA SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang