3. Your Rules

121 8 0
                                    

Pencetan bel yang dilakukan secara brutal oleh Gio, sukses membuat sang empuh yang saat ini tengah terlelap dalam tidurnya pun meringis, ketika dia mendengar suara bel yang terus berbunyi. "Sabar!" Teriakan yang diberikan orang itu di sepanjang jalan menuju pintu apartemen miliknya.

Begitu orang yang mempunyai apartemen ini membuka pintu apartemennya, Gio langsung menarik orang itu ke dalam pelukkannya. Ia juga langsung menaruh kepalanya di atas pundak orang itu. "Yura, jangan tinggalin aku. Aku mohon. Kita ulang dari awal ya? Aku gak bisa putus dan jauh dari kamu." Racauan yang terus ia keluarkan, karena kesadarannya sudah di rebut oleh efek dari minuman alkohol yang ia minum.

Ayura Shinkana atau yang sering di panggil Yura pun meringis. Tubuhnya sedikit goyah ketika mantan kekasihnya ini memeluk dirinya serta bersandar di tubuhnya. Perlahan ia membawa masuk ke dalam apartemen miliknya. Melempar tubuh mantan kekasihnya ini ke atas sofa miliknya. Dan perlahan ia mendekati mantannya ini. "Ck! Kau pasti kabur di hari malam pertama kamu setelah menikah bukan?" Gumamnya, yang saat ini tengah menatap mantan kekasihnya yang tengah menutup matanya.

Ia langsung menghela nafasnya kasar lalu menggelengkan kepalanya jengah. Ia berniat untuk mengambil ponselnya. Ingin menghubungi wanita yang saat ini adalah istri dari mantannya ini. Namun langkahnya terhenti karena mantannya yang malah menarik dirinya dan membuatnya jatuh ke dalam pelukkan sang mantan.

Sedangkan Gio, walaupun kesadarannya telah menipis? Dia tidak membiarkan mantannya ini bergerak sedikit pun. "Jangan tinggalkan aku." Racauan yang tiada henti ia keluarkan.

"Kau sudah punya istri, Giovano Leonardo. Jaemin? Maafkan aku" Gumam Ayura yang sangat merasa bersalah akan hal ini.
***

"Hoaammm...." kicauan yang Gabbie keluarkan yang saat ini baru saja terbangun dari tidurnya, karena cahaya matahari yang masuk ke dalam matanya melalui jendela rumahnya.

"Eung...." gumaman yang ia keluarkan seraya merenggangkan tubuhnya yang terasa sangat pegal. "Eoh, sudah pagi? Aku ketiduran di sini?" Monolognya yang langsung menatap jam yang ada di dinding.

Netranya langsung menatap sekitar memastikan apakah suaminya ini udah pulang ke rumah, atau belum. "Apakah Gio sudah pulang?" Gumamnya, yang sepertinya tidak melihat batang hidung suaminya di dalam rumah mereka. "Makanannya sudah dingin, dan kemungkinan sudah basi." Serunya yang saat ini tengah menatap nanar makanan yang ia bikin ternyata sudah basi.

Langsung saja ia beranjak dari duduknya, menuju dapur untuk membuat sarapan untuk dirinya dan juga suaminya. Sungguh, ia tidak tau di mana keberadaan suaminya ini. Atau jangan-jangan suaminya ini sudah berangkat kerja? Atau dia sudah ada di dalam kamarnya?

Setelah berkutat dengan pikirannya, ia pun bergegas untuk membuka kulkas dan memisahkan bahan yang ingin ia masak. Ia berniat untuk membuat makanan khas Jepang, yaitu Katsu Sando atau yang sering di kenal dengan roti lapis atau sandwich khas Jepang. Ia tidak tau apakah suaminya ini menyukai makanan ini atau tidak.

Bagaimana dia tau kalau dia tidak bertanya kepada suaminya. Ia ingin sekali bertanya mengenai makanan yang suaminya suka atau tidak. Jadi, ia bisa tau makanan apa yang ia ingin masakkan untuk suaminya. Tapi kalian tau sendiri suaminya kayak gimana. Bisa-bisa ia langsung di maki baru bertanya seperti itu.

Setelah menyelesaikan makanannya dan mencuci semua perlataan yang ia gunakan, ia langsung bergegas membawa masakan yang telah ia masak ke meja makan. Menatap meja makan dengan rapih, lalu ia bergegas menuju kamar suaminya. Ia ingin melihat apakah suaminya sudah pulang, atau belum.

Baru saja ia melangkahkan kakinya, suara orang yang membuka pintu mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar suaminya. Ia sangat yakin kalau orang yang baru saja membuka pintu adalah suaminya.

Langsung saja berjalan menuju pintu utama untuk memastikan. Dan benar saja dugaannya! Orang yang baru pulang itu suaminya. Helaan nafas lega yang ia keluarkan, ketika dirinya melihat suaminya yang baru pulang dengan keadaan selamat. Ia pulang dengan keadaan yang sangat rapih, seperti pakaian yang ia kenakan tadi malam.

Tanpa di tunggu, ia langsung bergegas untuk membantu suaminya yang tengah membuka jaket yang ia kenakan. Baru saja ia ingin membantu, tangannya malah di sentak oleh suaminya. "Mau apa kau?" Pertanyaan tidak bersahabat disertai tatapan sinis yang suaminya berikan kepada dirinya yang ingin membantu.

"Aku ingin membantu dirimu membuka jaketmu, Gio." Jawabnya, begitu mendengar pertanyaan yang diberikan suaminya ini, yang menurutnya sangat retorik. Tapi ya tetap aja dia jawab pertanyaan retorik itu.

Bukannya senang, Gio malah mendecak kesal mendengarnya. "Apakah kau pikir aku lumpuh?" Lagi, ucapan sarkas yang selalu saja ia keluarkan ketika tengah bersama dengan istrinya.

"Ah itu, bukan maksudku seperti itu, Giovano. Aku...." Jawaban gugup yang ia berikan atas pertanyaan yang suaminya berikan, yang ternyata salah sangka atas niat baiknya.

"Ck! Sudahlah! Jangan pernah ikut campur dalam urusanku! Kau tidak perlu memerankan karakter istri yang baik di depanku. Percuma! Aku tidak akan masuk ke dalam pelukkanmu, yang aku cintai hanyalah kekasihku seorang." Ucap Gio yang langsung pergi meninggalkan sang istri.

Gabbie diam saja? Tentu saja tidak! Ia malah mengikuti suaminya dari belakang, disertai beberapa kalimat tanya yang ia keluarkan. "Apakah kau lapar? Apakah kau sudah makan? Aku sudah menyiapkan sarapan untuk dirimu." Celotehan yang terus ia keluarkan, dan tetap mengikuti suaminya dari belakang.

"Apakah kau memasak?" Pertanyaan yang Gio berikan, yang sukses membuat senyuman terbit diwajah sang istri.

Gabbie yang mendengar pertanyaan suaminya pun langsung mengangguk antusias. Ia langsung menggenggam tangan suaminya, dan menarik suaminya pergi ke ruang makan. "Aku masakan makanan khas Jepang untuk dirimu. Katsu Sando atau yang di sebut sandwich khas Jepang." Jelasnya, yang mulai memperkenalkan masakan yang ia masak.

Gio yang mendengarnya hanya bisa memutarkan kedua bola matanya jengah. Ia langsung mendekati makanan yang istrinya ini buat dan langsung menarik taplak mejanya. Ia berhasil menyingkirkan makanan yang dibuat istrinya dalam satu kali hentakan. Membuat semua makanannya jatuh sekligus membuat piring pecah.

Sementara Gabbie yang melihatnya pun langsung menutup matanya sejenak atas perlakuan suaminya. Sungguh, ia tidak menyangka bahwa suaminya akan bertindak seperti ini.

"Kau pikir aku akan mengucap, wow masakan buatanmu terlihat sangat enak, terima kasih telah memasakan masakan lezat untukku. Atau yang lebih parahnya kau berfikir aku akan memakan masakan yang telah kau?" Ujar Gio, di sertai dengan seringaian yang terpatri di bibirnya.

"Ck! Ini rumahku! Kau menumpang di sini! Jadi, jangan pernah berbuat sesuka dirimu! Aku Tuan rumah di sini! Aku yang membuat peraturan di sini! Dan kau sebagai orang yang menumpang? Harus mengikuti semua peraturan yang aku buat di rumah ini!" Serunya, yang mulai memberikan larangan untuk istrinya dengan membuat peraturan.

"Aturan pertama, jangan pernah sok perduli dengan aku! Jangan mencampuri segala urusanku! Kita memang suami istri, tapi itu di depan ayah dan ibuku. Tidak di belakang mereka. Jadi, bertingkah lah seperti bukan siapa-siapa di belakang orang tuaku. Mengerti?" Ucapnya, yang langsung pergi meninggalkan istrinya, tanpa menunggu jawaban sang istri.

"Bereskan kekacauan yang kau buat! Aku tidak suka rumahku kotor!" Titahnya sebelum pergi meninggalkan istrinya dengan kekacauan yang telah ia buat.

Sementara Gabbie, saat ini ia tengah menatap nanar makanan yang telah jatuh. Perlahan ia mulai memunguti pecahan kaca yang berhamburan di lantai. Ia juga langsung mengambil perlatan kebersihan dan juga tong sampah untuk membuang semua kekacauan yang suaminya buat.

"Padahal aku belum mencicipinya." Ujarnya di sela-sela aktivitasnya yang sedang membersihkan percahan kaca. "Kalau tidak mau, setidaknya jangan membuang makanannya. Makanan ini tidak salah." Sambungnya.

"Atau jangan-jangan makanan aku kurang menarik? Atau dia tidak suka makanan berbau roti makanya ia berkata seperti itu karena gengsi?" Monolog yang terus ia keluarkan, yang terus berpikiran positif kepada suaminya.

"Ah! Aku akan memasakan masakan selain ini untuk dia! Aku akan berusaha membuat dia memakan makanan buatanku." Serunya dengan penuh tekad, di sertai senyuman yang terpatri di wajahnya.

HARMONIOUS MARRIAGE - MARKSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang