9. Where is He?

110 2 0
                                    

Setelah mengantarkan ibunya pulang, mereka berdua juga langsung bergegas pulang dari kediaman keluarga Leonardo.

"Turun." Perintah yang langsung Giovano kepada istrinya yang saat ini dirinya sudah menepikan mobilnya di pinggir jalan.

"Gio, tapi ini masih jauh dari rumah dan aku lupa membawa dompet." Seruan yang langsung Gabriella berikan, yang meminta sedikit pengertian kepada suaminya.

Dan sepertinya Giovani tidak perduli. Terlebih ketika dia langsung mendengus begitu mendengar alasan yang diberikan sang istri. "Kau pikir aku peduli? Dan kau pikir aku sudi membiarkan dirimu masuk ke dalam mobilku atau memberi dirimu tumpangan? Jangan harap! Jadi, turun lah selagi aku meminta dirimu untuk turun dengan baik." Usirnya.

Dengan helaan nafas pasrah, Gabriella akhirnya memutuskan turun dari mobil suaminya. Setelah ia turun, suaminya langsung menjalankan mobilnya pergi meninggalkan dirinya yang tengah menatap kepergian mobil yang di kendarai suaminya. "Aku pulang naik apa? Masa iya jalan? Jauh banget dari rumah. Naik bus? Dompet beserta isinya aja ada di rumah." Gumamnya yang saat ini tengah bingung.

"Telepon Haikal? Gak mungkin, aku takut ganggu, takut dia nanya yang tidak-tidak dan aku bingung jawabnya." Tambahnya. "Cha, terpaksa jalan." Finalnya seraya menghela nafas pasrah, sebelum akhirnya pergi jalan.

Ia terus jalan di pinggir trotoar dengan wajah yang ia tundukkan. Melihat aspal jalanan dan berharap tidak ada orang yang mengenalnya. Apalagi temannya atau mertuanya. Bisa panjang urusannya. Ia juga bingung mau jawab apa kalau mereka bertanya. Apalagi temannya, bawelnya minta ampun.

Getaran ponselnya yang ada di saku celananya sukses membuat tangannya terangkat. "Ayura?" Gumamnya sebelum akhirnya ia mengangkat panggilan dari mantan kekasih dari suaminya.

Hallo, Ayura? Ada apa ya?

Hallo, Gabbie. Kau ada di mana?

Ada di deket Smp 115, kenapa emang?

Apakah sekarang kau ada waktu luang? Kalau ada, aku ingin meminta bantuan kamu untuk memilih rancangan gaun pernikahan aku.

Ah, aku ada waktu luang kok sekarang.

Kebetulan sekali. Kalau kayak gitu, kirim lokasi kau berada. Aku akan ke sana menjemput dirimu, sekalian kita berdua pergi.

Oke, aku akan mengirimnya melalui pesan.

Oke kalau gitu aku tunggu, bye Gabbie!

Bye juga, Yura!

Setelah itu, Gabriella langsung mematikan ponselnya secara sepihak. "Syukur lah, akhirnya aku bisa pulang tanpa jalan kaki." Seruan lega yang langsung ia berikan, di iringi helaan nafas lega.

Setelah 20 menit menunggu, sebuah mobil berhenti tepat di depannya. "Gabbie, ayo masuk!" Ucap Ayura yang sedang berada di dalam mobil dengan kaca mobil yang sudah di turunkan.

Gabriella yang tengah bermain ponsel pun tersentak kaget dan langsung masuk ke dalam mobil wanita ini.  "Maaf ya lama. Soalnya aku harus menunggu izin dari calon suamiku. Apakah boleh atau tidak." Seruan yang pertama kali wanita ini berikan disertai wajah menyesalnya karena telah membuat dirinya menunggu lama.

"Ah tidak apa-apa." Ucapnya, yang tidak keberatan akan hal itu. Dia akan menunggu berapa lama pun, asalkan dirinya pulang tanpa berjalan kaki. Karena sungguh, jarak dari tempatnya saat ini ke rumahnya itu memakan waktu yang tidak sebentar.

Dan sang empuh yang punya pun mulai menjalankan mobilnya pergi menuju butik pesanan gaun pernikahannya. "Gabbie, apakah kau sudah makan? Bagaimana kalau kita makan dulu, aku belum makan siang soalnya." Pintanya sebelum mengendari mobilnya menuju butik.

"Ah oke. Tapi Ayura, bisakah kita ke rumah aku dulu? Aku tidak membawa dompet soalnya. Dompetku ketinggalan di rumah." Pinta yang langsung Gabriella berikan kepada ajakan wanita ini. Kan tidak enak kalau jalan tidak bawa uang atau kartu debet/kredit.

"Kau tidak usah membawa uang. Biar aku yang mentraktir dirimu hari ini. Lagipula kan aku yang mengajak dirimu. Jadi, kau tidak usah merasa khawatir atau tidak enak kepada diriku ya." Seruan berupa tolakan yang langsung Ayura berikan, yang di sambut senyuman hangat oleh wanita yang ada disampingnya ini.

"Terima kasih ya, Ayura." Ucap Gabriella dengan senyuman yang masih mengembang.

Mobil Ayura terus melaju menuju restaurant langganan miliknya.  Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, mereka berdua pun langsung bergegas keluar. Duduk di bangku dekat jendela, lalu menunggu pesanan yang mereka pesan datang.

"Ayura, sebelumnya aku minta maaf ya. Tapi, di manakah calon suamimu? Seharusnya kan kalian berdua yang datang ke butik untuk memilih rancangan pernikahan kalian dan fitting baju bersama." Pertanyaan penuh penasaran yang Gabriella berikan.

"Ah, calon suamiku tengah sibuk dengan kerjanya. Dia sedang menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum hari pernikahan kami. Tadinya dia menyuruh diriku untuk menunggunya agar kami bisa fitting bersama. Tapi akunya tidak mau, aku gak mau buat dia kelelahan. Jadi, aku memilih untuk pergi sendiri. Tapi karena aku orangnya gak percaya diri, jadi aku mengajak dirimu untuk menemani diriku dan memberikan pendapat manakah gaun yang cocok untukku." Jelas Ayura.

"Ah...seperti itu. Aku kira ada masalah apa sampai kau harus meminta aku untuk menemani dirimu" Gumam Gabriella dengan anggukkan kepala.

Dan Ayura yang melihatnya pun tersenyum. "Tidak, aku hanya bingung ingin mengajak siapa. Teman aku cuma dirimu, jadi aku mengajak kamu deh." Balasnya.

Mereka berdua pun mulai makan bersama setelah makanan mereka tiba. Selesai makan, mereka berdua langsung bergegas ke butik. Memilih beberapa gaun yang terlihat cocok di pakai oleh wanita yang berstatus sebagai calon pengantin ini.

Setelah mencoba 10 gaun, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk memakai gaun yang ketiga. Karena sangat cocok di tubuhnya dia. Sederhana tapi elegant dan tidak terlalu ramai.

Setelah selesai memilih gaun, mereka berdua pun berniat bermain bersama. Sampai pada akhirnya waktu telah menunjukkan pukul 7 malam, Gabriella pun memutuskan untuk meminta pulang lebih dulu kepada wanita ini. Ia harus membuatkan makan malam dulu untuk suaminya. Ia takut ketika suaminya pulang, tidak tersedia makanan. Terlebih ia belum membereskan rumah yang mereka berdua tempati.

Yup, Gabriella memang tidak memakai jasa pembantu atau petugas kebersihan. Walaupun ibu mertuanya ini memaksa dan kekeh ingin memberikan salah satu maidnya untuk membantu dirinya, namun langsung ia tolak.

Ah, bukan ia yang menolaknya terlebih dahulu, melainkan suaminya. Suaminya langsung tidak setuju memakai jasa asisten rumah tangga. Ia juga setuju akan hal itu. Ia akan gabut kalau memakai jasa itu. Jadi, dia juga memutuskan untuk tidak memakainya.

Sampai di depan rumah tempat tinggalnya, ia pun langsung menawarkan wanita ini. Apakah wanita ini mau mampir kerumahnya atau tidak. "Ayura, kamu ingin berkunjung ke rumah aku?" Tawarnya.

Dan Ayura pun sedikit menimbang ajakkan dari dia sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya. "Gabbie, kayaknya gak dulu deh. Aku takut calon suamiku menunggu diriku." Tolaknya.

"Oh ya sudah kalau kayak gitu. Hati-hati di jalan ya! Dan aku sangat berterima kasih atas kesenangan hari ini." Ucap Gabriella dengan sangat tulus.

"Ah! Kau tidak perlu berterima kasih, justru aku yang sangat berterima kasih kepada dirimu. Kau sudah meluangkan waktu untukku, memberikan masukkan untuk diriku, serta menemani aku bermain. Aku sangat senang telah mengenal dirimu." Ujar Ayura yang langsung meralat perkataan wanita ini, membalas perkataannya dia.

"Ya sudah, Ayura. Kalau gitu aku masuk ya! Hati-hati di jalan ya, kamu! Jangan mengebut!" Peringatan yang langsung Gabriella berikan, dan ia juga langsunf masuk ke dalam rumahnya.

Sampai di dalam rumah, ia langsung mengerutkan dahinya bingung karena tidak menemukan keberadaan suaminya. Rumahnya sangat sepi saat ini. "Gio, dia kemana ya?" Gumamnya yang mulai khawatir karena keberadaan suaminya yang tidak ada dirumahnya.

HARMONIOUS MARRIAGE - MARKSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang