4. Don't Care

100 3 0
                                    

"Loh, Gio. Kamu mau ke mana? Ke kantor ya?" Pertanyaan yang tiada hentinya ia tanyakan kepada suaminya, disertai dengan tatapan yang menatap suaminya yang sudah rapih dengan stylean formalnya.

"Apakah kau buta?" Seperti biasa, Giovano dengan kalimat sarkasnya ketika ia berhadapan dengan wanita yang paling ia benci dan paling ia tidak sukai.

"Gio, tunggu! Ini aku sudah buatkan bekal untuk kau makan." Ujar Gabbie yang langsung menghentikan suaminya, dan langsung memberikan makanan itu ke dalam genggaman tangan sang suami.

Gio yang diperlakukan seperti itu pun hanya bisa mendengus, membawa bekal yang istrinya berikan, lalu membuangnya ke dalam tempat sampah, tepat di hadapan sang istri. "Aku bukan bocah atau anak kecil yang harus di buatkan seperti ini. Harus berapa kali aku memberitahu dirimu? Uruslah urusan-mu sendiri." Peringatan yang tiada hentinya ia berikan kepada istrinya yang sangat bebal ini.

"Kau sukses menghancurkan mood di pagi hariku yang cerah." Lanjutnya yang langsung pergi meninggalkan istrinya.

Sementara Gabbie? Perlahan ia bergegas mengambil bekal yang di buang suaminya ke tempat sampah. "Cuma luarnya yang kotor, dalamnya masih bisa di makan." Serunya yang mengambil makanan tersebut, dan membawanya untuk mengganti dengan wadah yang lebih baru.

Suara bel rumah mereka berbunyi,  ketika dirinya tengah memindahkan makanan. Langsung saja ia bergegas berjalan membukakan pintu. Pintu yang di buka olehnya langsung menampakkan wajah ibu mertuanya, ketika pertama kali ia membuka pintu.

"Hai sayang. Bagaimana keadaan kamu?" Pertanyaan yang pertama kali ibu mertuanya berikan, ketika menantunya membuka pintunya. Ia juga langsung memeluk menantu kesayangannya.

Sementara Gabbie, ia hanya bisa tersenyum dan membalas pelukkan ibu mertuanya, dan langsung membawa ibu mertuanya masuk. Mendudukkan ibu mertuanya di sofa ruang keluarganya. "Ibu, mau minum apa?" Tanyanya.

"Apapun buatan-mu." Jawab sang ibu, yang tidak mau merepotkan menantunya.

Gabbie langsung bergegas ke dapur untuk membuatkan minum untuk ibu mertuanya. Setelahnya ia kembali lagi dengan membawa minuman serta beberapa makanan untuk sang ibu. "Ibu, ke sini sama siapa?" Tanyanya yang mulai duduk di samping ibu mertuanya.

"Bersama supir. Ibu ingin melihat keadaan kamu saja. Ibu takut kalau anaknya ibu berbuat sesuatu yang mengerikan kepada dirimu." Ujar sang ibu mertua yang takut kalau anaknya ini berbuat hal aneh kepada menantunya.

"Maksudnya, Bu?" Tanya Gabbie, yang tengah berlagak tidak tau atas perkataan ibu mertuanya. Ia tidak mau ibu mertuanya ini tau mengenai sikap dan perilaku anaknya, dan malah memarahi anaknya.

"Ibu takut kalau anak ibu menyakiti dirimu. Kau tau sendiri bukan kalau anak ibu itu sangat menyayangi dan mencintai kekasihnya? Ibu takut kalau dia melampiaskan semua kemarahan dan kekesalan yang dia rasakan kepada dirimu." Jelas sang ibu yang sangat paham akan permasalahan anaknya.

"Kau baik-baik saja, kan? Anaknya ibu tidak berbuat sesuatu yang menyakiti dirimu, kan?" Tanyanya yang mulai mengecek seluruh tubuh menantunya.

Gabbie yang mendengarnya hanya bisa terkekeh. Ia langsung mengambil tangan ibu mertuanya dan menggenggamnya. "Ibu, aku baik-baik saja. Gio tidak berbuat sesuatu yang menyakiti diriku. Bahkan tadi dia sarapan bersama denganku." Dustanya, di sertai senyuman manisnya.

Gabbie ini tidak mau membuat ibu mertuanya ini khawatir. Ia tidak mau kalau ibu mertuanya ini memarahi suaminya akan sikap suaminya. Ia juga tidak mau kalau suaminya semakin membenci dirinya karena ini. Jadi, ia lebih memilih untuk berbohong dan berkata semuanya baik-baik saja.

"Benarkah? Syukur lah kalau dia memperlakukan dirimu dengan baik. Kalau dia menyakiti dirimu? Kau harus memberi tahu ibu, ya? Bagaimana pun juga kamu ini anaknya ibu." Peringatan yang Jihan lakukan untuk menantunya yang sudah ia anggap sebagai anaknya.

Lagi dan lagi Gabbie hanya bisa tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Aku akan memberi tahu ibu kalau terjadi sesuatu kepada diriku. Ibu tenang saja ya. Aku akan baik-baik saja." Ujarnya yang terus tersenyum. Menutupi semuanya dibalik senyumannya.

"Oh iya, apakah ibu sudah makan? Aku sudah menyiapkan makanan khas Jepang untuk ibu. Sebentar ya." Serunya yang berniat mengalihkan obrolan mereka. Ia juga langsung mengambil makanan yang ia buat tadi.

Bukan makanan yang telah di buang suaminya, ya! Ia emang bikinnya agak banyakan untuk dia makan nanti. Setelah mengambil, ia langsung kembali lagi. "Kayaknya pedes kalo bagi ibu. Makanya aku sediakan susu dan yogurth untuk ibu." Serunya.

Jihan pun mulai memakan ayam pedas kering buatan menantunya.
---

Jika di sana Gabriella dan Jihan sedang bercanda ria dan mengobrol bersama, berbeda dengan Giovano saat ini. Saat ini dia tengah menatap mantan kekasihnya yang tengah ada di hadapannya. "Aku tidak menerima surat pengunduran dirimu." Ujarnya seraya menyobek surat pengunduran diri yang di beri mantannya.

Ayura yang melihatnya pun langsung menghela nafasnya gusar. "Gio, kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Kau sudah hidup bahagia bersama dengan istrimu. Sedangkan aku? Aku juga sudah bahagia bersama dengan kekasihku. Kekasih pilihan ibuku." Ujarnya, memberikan pengertian kepada mantannya.

"Kau tidak usah khawatir. Sekertaris baru sudah aku ajarkan semua yang ada di perusahaan dan kegiatan serta pekerjaan yang akan ia lakukan." Sambungnya.

"Aku tetap tidak menerimanya, nona Shinakana. Aku hanya ingin kau menjadi sekertarisku!" Kekeh Gio yang masih tetap pada pendiriannya. Ia tidak akan membiarkan wanita yang ia cintai ini jauh dari jangkauannya. "Dan kau bilang apa? Bahagia? Kau kali yang bahagia atas hubunganmu dan kekasih pilihan ibumu. Aku tidak bahagia atas hubunganku. Kebahagian yang aku punya cuma ada di dirimu. Aku hanya bahagia ketika aku bersama dirimu." Sambungnya.

Mendengar ucapan mantannya, membuat Ayura tiada hentinya menghela nafasnya frustasi. Ia tidak tau lagi harus memberi tahu mantannya ini seperti apa. Mantannya itu sangat keras kepala. "Tapi aku tidak bahagia bersama dirimu. Jadi, berhenti lah. Hentikan semua ini. Kita sudah punya kehidupan masing-masing. Aku tidak mau di cap sebagai wanita pengganggu suami orang, atau orang ketiga di antara hubungan kamu dengan istrimu." Jelasnya frustasi.

"Aku tidak perduli, Ayurq. Mau kau cinta atau tidak kepada diriku? Aku tetap akan mencintai dirimu. Kau menyuruh aku berhenti? Bagaimana bisa? Aku sudah terlanjur menaruh semua hatiku kepada dirimu. Dan kau juga bukan wanita pengganggu suami orang, atau jadi orang ketiga di antara hubungan aku. Hubungan aku dan dia hanya sebagai bisnis saja. Jadi, kau jangan berfikiran seperti itu." Ucap Gio.

Ayura mendesah frustasi. "Terserah kau! Yang penting daat ini aku sudah mengundurkan diri jadi sekertaris-mu. Sekertaris pengganti diriku akan datang besok. Dan masalah mengenai denda yang tertera dalam kontrak? Aku akan membayarnya ke rekening kamu." Finalnya yang langsung pergi dari ruangan mantannya sekaligus bos tempatnya bekerja.

Gio yang mendengarnya serta melihatnya pun langsung menggeram, meremat kertas dengan sangat keras, membuat buku-buku telapak tangannya memutih. "Semua karena Gabriella Umbrana! Wanita itu yang membuatnya seperti ini! Karena dia, kekasihku menjadi seperti ini!" Geramnya.

"Aku tidak akan membiarkan dirimu pergi, Ayura! Aku akan pastikan kau jatuh ke dalam pelukkanku. Tunggu aku. Aku pastikan, aku akan bercerai dengan wanita sialan itu. Kau tunggu ya. Tunggu kedatangan aku yang akan menjemput dirimu." Sambungnya, di sertai seringaiannya.

Tangannya mulai terulur mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Ia berniat untuk menghubungi orang kepercayaannya.

Hallo, Steve.

Hallo, Gio? Ada apa kau menelepon?

Tolong carikan segala macam cara agar Ayura tidak jadi mengundurkan diri dari perusahaanku.

Tiba-tiba?

Hm, aku akan membayar dirimu lebih kalau kau bisa melakukan itu.

Tunggu.

Oke, aku akan kasih waktu untuk dirimu mencari celah dalam waktu 2 hari. Kalo kau bisa? Aku akan memberikan bonus.

Setelah mengatakan hal itu, Giovano langsung memutuskan teleponnya secara sepihak. Tatapan dia langsung menatap surat pengunduran diri yang diberikan oleh wanita yang ia sayangi dengan smirk yang ada diwajahnya.

HARMONIOUS MARRIAGE - MARKSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang