Bab. 14

280 18 2
                                    

Hai sebelumnya aku mau infoin kalau mereka mulai membiasakan dengan nama samaran mereka dan para tokoh juga mulai berbicara dengan bahasa sedikit baku dan sopan.

***

" sebenernya ada apa sih ren?" Tanya Arcella dengan penuh kebingungan, namun tak ada jawaban dari sang empu.

"Tidak perlu menutupi apapun! Aku ga bisa ya kamu bodohi. Kenapa dengan ara? Cepat jawab!" Amarah yang Arcella pendam semakin meluap-luap ketika ia tidak sengaja mendengar percakapan antara Warren dan Raja Aldmoor.

Arcella sangat menghormati Raja Aldmoor, maka dari itu ia menahan luapan amarah itu ketika Raja masih bersama Warren tapi ia tidak bisa menahan terlalu lama dan ketika Raja pergi Warren lah yang menjadi sasaran dari amarah Arcella.

"Bilang itu semua bohong! CEPAT BILANG!! Warren Ara akan baik-baik saja kan?" Ucapan yang diluapkan Salma serta bentakan tak membuat Warren menjawab, Warren masih bingung dengan situasi ini, ia tak bergeming sama sekali.

"Hikss ga mungkin. Hiks Ara pasti baik-baik aja kan hiks.." lirih Arcella dengan badan yang mulai meluruh ke bawah bahkan ia hampir terjatuh jika Warren tak cepat menangkapnya.

Isak tangis Arcella membuat Warren tak tega melihatnya ia dengan cepat membawa Arcella dalam dekapannya.

"Maaf maaf.." gumam Warren dengan lirih.

***

Aracelli tertidur dengan sangat lelap bahkan orang yang melihatnya pasti akan berfikir bahwa ia sedang bermimpi indah.

Namun siapa sangka dalam lelapnya gadis itu, ternyata ia tidak pergi ke alam mimpi namun malah ke alam lain.

Alam ciptaan yang mungkin tidak akan pernah kalian kira.

"Aku dimana?. Halooo.. apakah ada orang.."

Bingung Ara saat melihat disekitarnya seperti nyata namun tidak nyata.

Ini seperti hutan yang indah namun menyeramkan, bahkan Ara tidak bisa menyentuh yang ada disana, bagaimana mungkin.

Ara melihat diujung sana ada dua orang berjubah yang membelakangi nya, dengan langkah hati-hati Ara menghampiri mereka.

"Permisi, apakah aku boleh bertanya? Ini dimana ya? Aku sepertinya tersasar" ucap Ara membuat mereka membalikan badan.

Ketika melihat wajah mereka Ara sangat kaget dan tidak menyangka dengan wajah itu.

"Ga mungkin, kalian juga ada disini?" Pertanyaan Ara tidak dijawab ia hanya diberikan senyuman, senyuman yang mempunyai banyak makna.

"Aku mau dibawa kemana? Lepas, lepasin ga! Lepass" berontak Ara ketika tangan kanan dan kirinya dipegang mereka berdua. Lebih tepatnya Ara diapit oleh kedua orang yang sangat Ara kenal.

Disisi lain arcella hanya bisa menangis didalam pelukan Warren, bahkan Hannes pun tak tega melihatnya.

Mereka bertiga ada didalam kamar Ara, kamar yang sunyi dan hanya terdengar suara Isak tangis Arcella.

Bagaimana bisa Arcella tidak menangis, ketika ia melihat Ara yang tadi baik-baik saja tapi tidak dengan tubuhnya.

Dalam tidur cantiknya gadis itu seolah menerima banyak ketenangan dalam mimpinya, tapi tidak dengan tubuh yang mereka lihat.

Tubuhnya berubah warna menjadi merah, dan terdapat sedikit sisik pada wajah Ara. Arcella yang melihat itu sangat amat tidak tega.

"Arcel aku tau kamu sedih, tapi jangan terlalu banyak menangis" ucap Warren sambil mengusap punggung Arcella dengan penuh perhatian.

"Arcella lebih baik kamu beristirahat, kamu sudah menangis begitu lama" ucap Hannes namun hanya mendapat gelengan kepala.

"Yaudah istirahat disini ya, disebelah Ara. Kamu bisa berbaring karena kasurnya sangat luas" sahut Warren diangguki Arcella.

Arcella menuruti ucapan Warren ia pun berbaring disebelah Ara sambil menatap gadis itu. Tangan Warren yang sekarang berpindah untuk mengusap-usap puncak kepala arcel, membuat sang empu semakin lama semakin ikut mengantuk dan akhirnya mata itu terpejam.

Melihat Arcella yang juga terlelap membuat Warren bernafas lega, jujur ia tidak tega melihat tangisannya dan ia juga tidak tega melihat Ara.

"Ren, jelaskan sesuatu!" Pinta Hannes dengan wajah serius.

"Tidak disini" jawab Warren dengan wajah datar dan berjalan keluar dari kamar ini, tapi sebelum itu ia menyelimuti Salma dengan kain yang ada.

Mereka pun berjalan ke luar kamar yang ditempati para gadis. Jika ada yang bertanya apakah itu aman, tentu saja kamar itu dipastikan aman karena didepan sudah disiapkan beberapa pengawal dan pastinya ada pengawal bayangan.

***

Warren dan Hannes kini ada di ruangan Raja Aldmoor, mereka kini sedang berbicara dengan serius.

"Kenapa tubuhnya memerah Raja?" Pertanyaan Warren dengan wajah datar dan penuh intimidasi.

"Ada yang di sembunyikan?" Kini pertanyaan itu membuat Raja Aldmoor menghela nafas panjang.

"Itu karena kutukannya sangat kuat." Jawab Raja dengan menatap wajah Warren.

"Bukan, bukan karena kutukannya. Itu semua karena perjanjian yang kau langgar, bukan?" Aura yang dikeluarkan Warren begitu mengintimidasi bahkan sangat.

"Siapa yang membuat perjanjian?, aku bahkan tidak tau" sarkas Raja membuat Warren semakin marah, bahkan kini lelaki itu mengepalkan tangannya untuk menyalurkan amarah yang sangat ingin meluap.

"Warren ini sebenarnya kenapa? Ara terkena kutukan apa?" Tanya Hannes dengan penuh kebingungan.

Karena dari mereka hanya Hannes yang belum mengetahui tentang Ara, tadi ketika Warren akan menjelaskan Raja lebih dulu memanggilnya dan tidak ada pilihan jadi ia membawa Hannes juga.

"Biar aku menjelaskan kepada kalian yang sebenarnya terjadi" ucap Raja dengan wajah yang berubah menjadi datar dan serius.
















Hai aku mau ngucapin terima kasih yang masih setiap baca cerita aku, sehat-sehat ya kalian.

kartu ASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang