Erine duduk di sebuah kursi pada suatu ruangan yang sepi seraya memainkan piano nya. Angin malam berhembus kencang membuat gorden putih di ruangan itu berterbangan. Hanya ada alunan piano dan nyanyian dari Erine di ruangan yang sepi dan luas itu. Ruangan ini juga bisa di bilang cukup gelap karna hanya ada cahaya dari bulan yang menerangi ruangan itu.
"Malam sunyi ku impikan mu"
"Ku lukiskan kita bersama"
"Namun slalu aku bertanya
"Adakah aku di mimpimu"☆♬○♩●♪✧♩
"Di hatiku terukir namamu"
"Cinta rindu beradu satu"
"Namun slalu aku bertanya"
"Adakah aku di hatimu"'Pranggg' suara pecahan terdengar jelas dari luar ruangan. Erine yakin bahwa pelakunya adalah Greselo, papahnya sendiri. "CHIN AKU TUH CAPE KERJA SEHARIAN, DAN KAMU MALAH NUDUH AKU SELINGKUH?!?"
"KAMU KIRA DISINI KAMU DOANG YANG CAPE GRE?!?AKU JUGA SEHARIAN INI KERJA. DAN TANPA SENGAJA AKU MALAH LIAT KAMU SAMA CEWE LAIN!!"
Erine memejamkan matanya saat ia mendengar teriakan dari kedua orang tuanya. Namun tangan Erine masih tetap bergerak untuk memainkan pianonya dan mulut Erine masih terbuka untuk bernyanyi.
"Telah kunyanyikan alunan-alunan senduku"
"Telah ku bisikkan cerita-cerita gelapku"
"T'lah ku abaikan mimpi-mimpi dan ambisi ku"
"Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu""Bila saja kau disisiku"
"Kan ku beri kau segalanya"
"Namun tak henti aku bertanya"
"Adakah aku di rindumu""Telah kunyanyikan alunan-alunan senduku"
"Telah ku bisikkan cerita-cerita gelapku"
"T'lah ku abaikan mimpi-mimpi dan ambisi ku"
"Tapi pengapa ku takkan bisa sentuh hatimu"☆♬○♩●♪✧♩
'Brakk' pintu ruangan ini terbuka, Greselo menyalakan lampu lalu berjalan mendekati Erine. "CATHERINA, kamu mau ikut papah atau mamah?" Greselo menggenggam pergelangan tangan Erine sehingga Erine menghentikan aktivitas bermain pianonya.
Erine menunduk ia tak ingin membalas pertanyaan Greselo. "JAWAB PAPAH CATHERINA!" Erine mengigit bibir bawahnya, ia tak berani menatap Greselo. "Kamu ikut mamah ke Jakarta" Chintya tiba-tiba berdiri di ambang pintu dengan mata sembabnya. "Enggak! Kamu tetep di Bandung, jangan ikut mamah kamu ke Jakarta. Kamu harus tetep disini sama Papah"
"Pokoknya kamu ikut mamah, papah kamu itu selingkuh!!" Greselo menoleh kepada Chintya, ia mulai berjalan menghampiri Chintya dengan gigi di gertakan. "TUTUP MULUT KAMU CHINTYA" Pekik Greselo sambil menunjuk wajah Chintya menggunakan jari telunjuk nya."Lah emang bener kan? Kamu itu selingkuh" Greselo menendang vas bunga berukuran besar yang ada di dekatnya.
"JAGA OMONGAN KAMU!!"
Erine berdiri lalu berjalan menghampiri kedua orang tuanya. "Mending kalian berdua keluar deh" Greselo berhenti berteriak. Mereka menatap wajah dingin Erine yang terkesan tidak peduli dengan kedua orang tuanya itu. Chintya menggenggam kedua tangan Erine "kamu ikut mamah ke Jakarta ya?"
"Keluar, Erine gak mau ngedengerin teriakan-teriakan gajelas yang keluar dari mulut kalian berdua" Greselo menatap Erine dengan tatapan tajam "apa? Mau marah? Sekarang terserah deh papah mau apain Erine. Mau pukul kepala Erine, tampar Erine pokoknya terserah papah deh!! Lakuin apapun yang papah mau karna sekarang ini gadis kecil kesayangan papah udah mulai kurang ajar sama kedua orang tuanya"
"Chaterina kamu harus nurut sama papah, jangan ikut mamah kamu!" Erine menghembuskan nafas lelah. "Kalau kalian berdua gak mau keluar dari ruangan ini, Erine aja yang keluar" Erine berjalan pergi meninggalkan kedua Orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Secara ugal ugalan (Orine) [end]
Teen FictionMencintai si anak Osis secara ugal ugalan