Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, menandakan bahwa pelajaran hari ini telah berakhir. Setelah semua barangnya masuk ke dalam tas, dia meraih jaket kulit warna hitam kesayangannya yang tergantung di sandaran kursi.
Dengan gerakan yang cekatan, Oline mengenakan jaket tersebut. Jaket kulit itu sudah seperti bagian dari dirinya.
Nala, yang duduk di bangku sebelahnya, menoleh dan berkata "Heh Fernando Torres, kaluarna bareng nya. Tapi aing nya piket dulu" Oline menatap Nala dengan tatapan tajam, Dengan satu gerakan cepat, Oline menyampirkan tas ke bahunya, seolah tak ingin membuang waktu sedetik pun "Gak mau ah" jawabnya singkat kemudian berjalan pergi.
"koplokk sia mah anyingg" Nala menatap punggung Oline sambil mengacungkan jari tengahnya. "Ada ya manusia kaya si Torres gitu, gak setia kawan banget sih" Nala menggelengkan kepalanya lalu menoleh pada Regie yang sedang menertawakan dirinya.
"Gapapa, kan masih ada gue sama pasangan gak waras itu" Regie merangkul pundak Nala, ia menepuk pundak Nala lalu tertawa ketika Delyn dan Lily menatapnya dengan tatapan tajam.
Lily berdiri dari duduknya, ia melipat lengan kemejanya ke atas "naon tadi? sia ngajak ribut ka aing? wani sia ka aing?" Ucapan Lily membuat Regie dan Nala tertawa, apalagi ketika Delyn menarik daun telinga Lily ke atas.
Oline berjalan menuju kelas Erine dengan langkah yang ringan dan bersemangat, bahkan ia sampai melompat-lompat kecil saking gembiranya. Di mulutnya ada permen yang sedang ia hisap, dan gagang permen itu ia pegang dengan jemarinya.
Oline menikmati rasa manis permen di tangannya, sementara pikirannya sudah membayangkan wajah Erine yang selalu membuatnya senang.
Di sepanjang perjalanan, beberapa siswi menyapanya, dan Oline dengan ramah membalas sapaan mereka. "Hai, kak Oline!" sapa seorang siswi dari kelas lain. Oline hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
Langkahnya semakin cepat ketika ia semakin dekat dengan kelas Erine. Dia tahu bahwa setiap detik yang dia habiskan untuk menunggu waktu bertemu dengan Erine adalah detik yang terasa terlalu lama.
Begitu tiba di depan kelas Erine, Oline berhenti sejenak, mengatur napasnya, dan dengan senyum di wajahnya, dia siap menyambut pacarnya itu dengan penuh semangat.
Michael memukul pundak Erine yang sedang tertawa, entah apa yang sedang Erine tertawakan bersama teman-temannya. Tapi tawa mereka benar-benar memenuhi ruangan "tuh di luar ada Oline" ujar Michael sambil menunjuk ke arah pintu. Disana ada Oline yang sedang membelakangi pintu kelasnya.
"Duarr" tubuh Oline yang sedang membelakangi kelas Erine bergetar, Erine yang tiba-tiba muncul di belakangnya membuat Oline merasa terkejut.
"Yaampun sayang" Melihat Oline yang tampak terkejut, Erine malah tertawa sambil memegangi tasnya. Tanpa banyak bicara, Oline tersenyum lalu mengambil tas kecil berwarna putih dari tangan Erine. Ia menyampirkan tas kecil itu di pundak kirinya sebelum memakaikan sweater pada tubuh Erine.
"ayo pulang" ajak Oline, ia menggenggam tangan Erine lalu mengajak nya ke parkiran motor.
"Oyine, aku laper deh," ucap Erine manja ketika Oline sedang memasangkan helm di kepalanya. Oline berhenti sejenak, lalu menatap Erine dengan lembut. "Yaudah, ayo kita makan" jawab Oline. Erine mengangguk dengan senyum lebar, "Aku mau makan sushi ya oyineee, bolehh kan?"
"bolehhh sayangg" Oline tersenyum, lalu menepuk-nepuk helm di kepala Erine dengan sayang. Setelah memastikan helm terpasang dengan benar, Oline naik ke atas motor dan menunggu Erine duduk di belakangnya. Mesin motor menyala dengan lembut setelah Erine duduk di joke belakang. Mereka pun melaju perlahan keluar dari parkiran.
"Eh jangan makan sushi deh, aku mau makan di rumah aja" Erine menyimpan jari telunjuk nya di dagu sambil berpikir "Eummmm, aku mau makan masakan kamuuu" Oline menatap wajah Erine melalui kaca spionnya, ia tersenyum sambil mengangguk kecil. Di kaca spion Erine terlihat sedang tersenyum manis, gadis itu benar-benar terlihat sangat bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Secara ugal ugalan (Orine) [end]
Teen FictionMencintai si anak Osis secara ugal ugalan