Perlahan-lahan Oline mulai membuka mata ketika alarm nya berbunyi. Oline menguap lalu menoleh ke samping saat dirinya merasa ada sesuatu yang kini sedang menindih pergelangan tangannya. Oline tersenyum ketika ia melihat Erine yang kini masih tertidur nyenyak di sebelah nya.
"Eunghh" Oline memejamkan matanya ketika Erine merasa sedikit terganggu dengan pergerakan yang ia buat. Oline perlahan-lahan menyimpan kepala Erine di atas bantal lalu beranjak dari kasurnya.
Oline mengibaskan tangannya yang terasa nyeri akibat terlalu lama menjadi bantalan kepala Erine. Ia berkacak pinggang sambil menatap Erine yang masih tertidur nyenyak di atas kasur. "Jadi keliatan kalem ya kalau lagi tidur" Oline menggelengkan kepalanya kemudian berjalan memasuki kamar mandi.
Erine terbangun dan mulai membuka matanya, ia mengedarkan pandangan nya ke sekeliling untuk mencari keberadaan Oline. "Oline" Erine mengubah posisinya menjadi duduk di pinggir kasur. Matanya mulai berkaca-kaca ketika ia tak melihat Oline. "OLINE KAMU DIMANA?" Pekik nya yang membuat Oline terperanjat di dalam kamar mandi.
"AKU DI DALEM, TUNGGU SEBENTAR" Erine menunduk sambil memainkan jari jemarinya. Tak lama dari itu, Oline keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di lehernya. "Kenapa?" Oline berdiri di hadapan Erine yang kini sedang terduduk kemudian membawa gadis itu ke dalam dekapannya. "Lu jan nangis lagi dong, Nanti mata lu jadi jelek loh kalau nangis mulu. Gue tau ini berat tapi lu harus kuat ya? Gue ada disini"
"Hah nangis?perasaan gue kagak nangis deh" Erine tersenyum lalu mengeratkan pelukan nya pada perut Oline yang kini sedang berdiri di hadapan nya. "aku sedih banget linnn"
Erine malah berpura-pura menangis, karna kesempatan seperti ini tak akan datang dua kali.Oline mengangguk lalu mengusap kepala belakang Erine "iya gue tau, tapi lu gak boleh terlalu mikirin hal ini ya. Nanti lu sakit loh kalau terlalu kepikiran" Erine terisak-isak di dalam pelukan Oline.
Oline jadi ikut merasa sedih ketika ia mendengar tangisan dari Erine"Biar lu gak sedih lagi, gimana kalau gue ajak lu jalan jalan? Sekalian gue juga mau belanja bulanan. Soalnya mommy sering nyuruh gue belanja bulanan kalau udah akhir bulan kaya gini" Erine menganggukkan kepalanya, ia mulai melepaskan pelukan nya dengan Oline lalu mengelap pipi serta kelopak matanya. "Nah pinter, buruan siap-siap gue tunggu di bawah ya" Sebelum berjalan pergi Oline mangacak gemas rambut Erine.
"Oh iya lu pake baju gue aja dulu, itu tinggal lu ambil aja yang ada di dalem lemari" Oline tersenyum tipis lalu menutup pintu kamarnya.
Erine melompat-lompat kegirangan dengan sebuah senyuman yang sangat lebar, apakah ini adalah awal dari semuanya?"Mommyyy" Pekik Oline saat ia baru saja menuruni anak tangga. "Jangan teriak teriak kaya gitu dong lin" Oline menggaruk tengkuk nya yang tak gatal lalu berjalan menghampiri Oniel. "Mana uang buat belanja?" Oline mengadahkan tangan nya di depan Oniel yang kini sedang sibuk membaca koran.
"Tumben banget luhh, biasanya suka gak mau kalau di suruh belanja bulanan" Oniel mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet nya lalu ia serahkan kepada Oline "nih kunci mobilnya, jan kebut kebutan lu kalau bawa mobil" Oline menghitung uang yang di berikan oleh Oniel kepadanya lalu menerima kunci mobil itu"hooh iyeh"
"Erine nya mana?" Tanya Indah yang baru saja keluar dari dapur, membawakan secangkir kopi untuk Oniel minum. "Erine nya lagi mandi" Oline merebut cangkir kopi milik Oniel dari tangan Indah lalu menyeruput nya. "Tuh kan ndah, bener-bener anak durhaka si Oline Oline ini"
Oniel memukul anak nya itu menggunakan koran, sedangkan Oline malah tertawa lalu berlari keluar dari rumah. "Aaaaa sayangg,kopi aku di abisin sama si anak durhaka" Oniel memajukan bibir bawahnya dengan mata berkaca-kaca. Indah menggelengkan kepalanya lalu membawa Oniel kedalam dekapan nya. "Udah gapapa nanti di buatin yang baru ya?" Oniel mengangguk di dalam dekapan Indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Secara ugal ugalan (Orine) [end]
Roman pour AdolescentsMencintai si anak Osis secara ugal ugalan