Keluarga JobBas

276 23 1
                                    

"Sayang, anak-anak udah berangkat?" tanya Job pada Bas, sang kekasih tercinta.

"Iya, kenapa phi?"

"Gapapa, aku hari ini libur gak ke kantor. Mau ngedate gak?" tanya Job, sembari melingkarkan tangannya di badan kecil Bas.

"Ngedate apaan? Kita dah bukan kek JJay sama Bump. Sadar diri," balas Bas.

"Tapi kamu kangen gak masa-masa itu?" tanya Job lagi.

"Kangen sih.. Emangnya mau ngedate kemana?"

"Jalan-jalan aja keliling kota, makan siang berdua. Nanti kita bilang anak-anak," kata Job.

Setelah lama berpikir, akhirnya Bas menyetujui ide Job untuk ngedate setelah sekian tahun lamanya setelah mereka menikah. Saat mereka pacaran, sedikit waktu mereka untuk bermesraan berdua karena sibuk dengan kesibukan masing-masing.

"Yaudah, ganti baju gih. Masa pergi kutangan doang," ucap Job.

"Kan.. kan bisa di dobel kemeja atau jaket luarnya," sangkal Bas, manyun kepada Job.

"Iya, iya, sayang. Sesuka hatimu aja."

Bas mengambil jaket jeans nya lalu memakainya, menutupi kutang putihnya. Job cuma bisa geleng kepala dengan Bas yang ingin serba cepat dan ringkas. Heran juga kenapa Job bisa mau ama manusia macam Bas.

"Ngapain bengong? Katanya mau telepon anak-anak," Bas mengingatkan Job untuk mengabari anak-anak mereka.

"Iya, bentar."

Joba mengeluarkan ponselnya lalu menelepon Bump. Kenapa bukan JJay? Karena JJay jadwalnya lebih padat dari Bump yang masih semester awal.

"Halo, pah?"

"Bump, masih di kampus?" tanya Job.

"Iya, ini sama P'JJay, sama Mio, sama Barcode, sama Fuaiz," balas Bump dibalik telepon.

"Rame amat, lagi istirahat?"

"Iya, pah. P'JJay mau anterin Fuaiz pulang dulu katanya."

"Oh, gitu. Ini, papa sama papi mau pergi dulu. Papa titip rumah sama siapa ini? Sama kamu aja? Kali aja JJay mau nemenin Fuaiz di rumahnya," kata Job.

"Iya, pah. Aku ada bawa kunci cadangan kok. Santai aja pah," Bump menenangkan sang papa.

"Okelah, yang baik-baik ya kalian. Bilangin JJay, Fuaiz nya dijaga," Job mengingatkan Bump dan JJay.

"Iya, pah. Bang, papa sama papi mau pergi. Lu jagain dedek gemes ini ye. Awas lu kalo dedek gemes satu ini kenapa-napa. Bisa kena amuk om Apo sama om Mile ntar," Bump mengiyakan lalu berbicara pada JJay disana.

"Iya, iya. Dedek gemes ini paling gua suruh temenin nugas," kata JJay samar-samar dibalik sambungan telepon.

"Yaudah, papa tutup dulu ya, Bump. Dadahh."

•••

"Bump, gua anterin dedek gemes ini dulu ya," pamit JJay.

"Ga sekalian sama Barcode tuh?" tanya Bump.

"Lah iya, Barcode lu kesini naik apa?"

"Bawa motor lah. Ntar gampang gua mah," kata Barcode, "Apa kalian juga mau main ke rumah gua?"

"Boleh juga tuh. Numpang makan boleh kan?" tanya Mio yang langsung terkena tamparan cinta di lengannya oleh Bump, "Akh.. Sayang, kok gitu sih?"

"Sadar diri nyet," jawab Bump dengan ketus.

"Ihh sayang, jangan ngambek gitu dongg."

"Rasanya pengen gua bilangin mamih Us buat gadaiin anak macam lu," Bump semakin kesal dengan tingkah Mio yang kadang suka gatau malu.

"Ntar konvoi motor aja. Itu ada yg bawa helm dua gak?" tanya Barcode, "Jangan bawa adek gua gak pake helm. Gua tebas biji kalian."

"Ampun puh, ampuuun... Ini Fuaiz bisa pake helm gua dah, si abang ini gapernah bawa," kata Bump sambil menunjuk JJay.

"Kuy lah, turun. Lewat tangga emergency lagi aja biar gak ketahuan satpam," ajak Mio.

Semuanya menyetujui rencana Mio lalu turun ke area parkiran. Semuanya membawa motor masing-masing kecuali Fuaiz. Kata Apo Fuaiz masih terlalu kecil buat naik motor, gampang buat diserobot orang, senggol dikit jatuh. Barcode sebagai kakak tidak mau adiknya kenapa-napa lebih memilih antar jemput Fuaiz atau menyuruh Fuaiz ke kampusnya jalan kaki karena jarak antara sekolah dan kampus cukup dekat.

"Inget ye, Je. Adek gua kenapa-napa, biji lu gua tebas pake gunting rumput karatan," ancam Barcode.

"Iya, iya. Bump, mana helmnya?"

"Nih, bang. Dedek gemes gua jangan sampe ada lecet ye," ancam Bump, tak ingin Fuaiz yang sudah dia anggap seperti adik sendiri kenapa-napa.

"Kalian pikir gua psikopat apa? Fuaiz kesayangan gua, mana ada gitu. Iya gak sayang?" tanya JJay sambil memasangkan helm pada Fuaiz.

"SAYANG?!" pekik semuanya.

"Ish, Phi... Kenapa keceplosan sihh?" tanya Fuaiz sambil cemberut.

"Maaf, anak kecil. Kamu terlalu gemesin soalnya," JJay mencium kening Fuaiz.

"Dek... Daddy sama Papo tau soal ini?" tanya Barcode.

Fuaiz dengan malu-malu menggeleng, membuat Barcode seperti ingin melayang. Sang adik sudah memiliki kekasih.

•••

Sesampainya mereka di rumah Barcode, mereka disambut hangat oleh Apo, "Aihh anak-anak udah pulang. Bawa temen banyak pula."

"Iya, papo. Ini Bump sama P'JJay main disini agak lamaan, soalnya om Job sama om Bas lagi pergi," kata Barcode.

"Oh iya, tadi Bas telepon papo," kata Apo.

"Sama papo tau ga, Fuaiz sama P'JJay ja- EUMPH!!" Mulut Barcode dibekap oleh Bump, mengundang kebingungan dari Apo.

"Fuaiz? Kamu sama JJay kenapa?" tanya Apo.

"Anu.. itu.. ah iya, aku sama P'JJay ketemu jajanan enak banget deh. Papo harus cobain!" seru Fuaiz.

"Jajanan apa?"

"Namanya... Oh, kembang tahu!" jawab Fuaiz.

"Kembang tahu? Bunga nya tahu?" tanya Apo.

"Ihhh bukan gitu papo! Kembang tahu itu tahu tapi masih setengah jadi gituu. Papo harus cobain."

"Pinter banget kamu, anak kecil," bisik JJay pada Fuaiz.

"Oh gitu ya? Kapan-kapan anterin papo kesana ya. Papo jadi penasaran," ucap Apo, "Papo tinggal ke kamar dulu ya. Kalau daddy pulang kabarin."

Setelah Apo tak terlihat lagi, JJay dan Bump menabok kepala Barcode, membuat sang empu kesakitan.

"Lu tuh ya, mulut ember banget. Dikit-dikit ngadu papo lu. Gak kasian apa adek lu?"

"Niatnya juga gamau cepuin juga elah. Kan gua tadinya mau bilang Fuaiz sama P'JJay jajan gak bagi-bagi," kata Barcode.

Telah berburuk sangka, kedua anak Job dan Bas cuma bisa garuk-garuk kepala mereka yang tidak gatal itu.

Be On Cloud ResidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang