Keluarga MileApo

436 29 0
                                    

"Po, baju aku buat ke kantor mana?"

"Papo, kotak pensil Fuaiz mana ya?"

"Papo, Barcode skip sarapan ya! Dadaah!"

Kepala Apo rasanya mau pecah karena ocehan keluarga kecilnya ini. Rasanya ingin memiliki kekuatan menghentikan waktu dan Apo akan menggarap semuanya. Tapi ini gabisa, gimana dong.

"Phi.. itu bajunya udah aku taruh di kursi meja rias aku loh, makanya lihat itu pake mata, bukan pake mulut. Kebiasaan," ucap Apo dengan nada cerewetnya.

"Iya sayangku, cintaku."

"Fuaiz, itu kotak pensil kamu masih di meja belajar kamu. Sama aja kamu kek daddy mu, matanya di pake dong sayang," Apo yang kesabarannya mulai menipis setipis tisu dibagi tiga.

Tak sempat bertemu Barcode, Apo hanya menghela napas melihat piring milik Barcode masih utuh berisi sarapannya.

"Yaudah, ini buat ntah kapan dia mau makan," gumam Apo.

Saat Apo hendak beranjak dari meja makan, sepasang tangan melingkar di pinggang Apo. Siapa lagi kalau bukan Mile, sang suami tercinta.

"Masak apa hari ini, cantik?"

"Hm? Tadi masak nasi goreng. Ini kopi kamu udah aku siapin," Apo memberikan kopi buatannya kepada Mile.

"Terima kasih, sayang. Padahal kamu gak perlu repot, ada mbak ini," kata Mile.

"Mbak kan tadi juga bantuin aku masak, sayang," balas Apo sambil cemberut lucu, "Makan dulu gih, aku panggil Fuaiz dulu."

"Iya, sayang."

"Dek, turun dulu. Nanti kamu sekolah perut keroncongan papo gak tanggung jawab," panggil Apo kepada Fuaiz yang masih di kamarnya, sibuk mempersiapkan diri untuk sekolah.

"Iya, pa. Bentar."

Tak lama si bungsu turun dan sepertinya celingak-celinguk mencari sesuatu.

"Cari apa, dek?" tanya Mile dan Apo.

"P'Code mana?" tanya Fuaiz, menanyakan keberadaan Barcode, sang kakak.

"Udah berangkat, dek. Kenapa? Mau dianterin?" tanya Mile lagi.

"Emang daddy mau? Kan gak searah."

Apo hanya terkekeh gemas dengan perdebatan antara bapak dan anak ini, "Udah, udah. Ini makan dulu kalian keburu dingin. Dek, kamu minta dianterin JJay sana."

"Siap papo! Dadah papo, dadah daddy!" Pamit Fuaiz lalu berlari kecil ke rumah tetangganya, keluarga JobBas, mencari Jjay.

•••

"Sorry ges, gua telat. Tadi dosennya bilang apa?"

"Aihh Barcode mah kudet, gapernah cek hp ya?" tanya Mio.

"Ya, maap. Kan tadi kesiangan, buru-buru, ngebut, nyalib sana sini, ga sempet liat hp," balas Barcode lalu mengeluarkan ponselnya dari kantong celananya.

"Ada kerkom?"

Mio dan Bump mengangguk, "Tenang, lu ama kita-kita. Gampang, disuruh perform di pensi kampus bulan depan."

"Hah? Perform apaan belajar cuma sebulan?" tanya Barcode.

"Udah, lu bagian nyanyi aja ama ayang bebeb gua nih si Bump. Gua bagian gitaran," balas Mio.

"Gak, lu main cajon aja sana! Biar gua ama Barcode gitaran sambil nyanyi," bantah Bump.

"Kalian ini sepasang sejoli tapi berantem mulu, heran gua."

"Salahin Mio yang ngusul ide yang gak saling menguntungkan satu sama lain," kata Bump.

"Lagian, mau perform lagu apaan hayo?" tanya Barcode lagi perkara lagu yang ingin ditampilkan.

"Itu.. lagunya idol lu.. siapa namanya? Jeff! Jeff Satur!" sahut Bump, "Lagunya masih mikir-mikir dulu sih ini."

"Judul, spill judul!"

"Ituloh, antara Ghost atau Why Don't You Stay," kata Bump.

"Kenapa gak pake lagu yang P'Jef- maksudku lagu yang waktu itu buat tugas?" usul Barcode.

"Ada benarnya juga, dibuat medley gitu? Yang tugas bikin lagu kita?"

"Iya, gitu maksudnya."

Gelagat Barcode mulai terlihat aneh setelah hampir keceplosan bahwa Jeff, sang idola, pernah membantunya membuat lagu untuk tugas kuliahnya.

"Kenapa lu? Kok kek cikuk gitu gelagat lu?"

"G-gapapa kok, beneran."

"Sayang, keknya Barcode ngumpetin sesuatu dari kita. Kita harus cari tahu," bisik Mio ke Bump dan dibalas dengan anggukan oleh sang kekasih.

"Kenapa ngeliatan gua kek gitu? Ada yang salah?" tanya Barcode.

Mio dan Bump hanya menggeleng lalu melanjutkan kegiatan mereka, yaitu makan. Pasangan yang satu ini kerap beberapa kali melakukan eye contact satu sama lain, mengundang kecurigaan dari Barcode.

"Seriusan dah, ada apa sih? Kalian ada rencana apa? Mau bercinta kalian di kampus? Gila kalian," cibir Barcode.

Mio dan Bump hanya meringis ngeri dengan pertanyaan Barcode. Bukan itu maksud mereka memberi kode satu sama lain.

•••

"P'Code! Jemput adek!" pekik Fuaiz dibalik ponsel Barcode.

"Lah, gak minta ama ayangmu? JJay mana?"

"Ada kelas dia, makanya jempuuut," rengek Fuaiz.

"Dateng aja sih ke kampus? Apa susahnya?"

"Ntar disita kartu pelajar aku sama satpam," kata Fuaiz.

"Lewat basement masa gabisa? Lewat tangga emergency?"

"Wow, you're the best kak!" Fuaiz lalu menutup telepon secara sepihak.

"Adek lu gemes banget yawloh. Pantes abang gua demen," kekeh Bump.

"Turunan papo gua lah, siapa lagi. Gua kan turunan bokap gua," ucap Barcode sok sombong pada Mio dan Bump.

"Heleuh heleuh, sombong bener. Ngeliat bokap gua aja langsung kabur lu," cibir Mio.

"Halooo, Fuaiz yang lucu nan gemas dataaaang!"

"Aaaa halo dedek gemes, sini duduk sebelah P'Bump!" ajak Bump yang terlewat gemas dengan adiknya Barcode.

"P'Bump!! Fuaiz kangen P'Bump!!" kata Fuaiz lalu memeluk Bump dengan erat.

"Kalo gua ga di kangenin?" tanya Mio.

"Ga, P'Mio jelek."

"Pfft- AHAHAHAHA," Barcode tertawa terbahak-bahak mendengar Fuaiz mengatai sahabatnya jelek, "Bagus dek, aku suka gayamu."

"Iyalah! Kek siapa dulu? Kan Fuaiz cakep kek daddy, omongan pedes kek papo!"

"Anak kecil, anak kecil, kamu kok bisa masuk, anak kecil?"

"P'JJay? Katanya ada kelas," Fuaiz terkejut melihat JJay yang muncul di belakangnya.

"Ada, tapi online," balas JJay.

"Bang, kenapa ga pulang aja kalo online mah?" tanya Bump, sang adik.

"Males gua, Papa ama Papi di rumah kek Tom and Jerry," kata JJay.

"Iya juga sih."

"Lu sendiri kenapa belum pulang?" tanya JJay pada sang adik.

"Males pulang juga hehehe."

"Yeu, males pulang apa mau ngebucin ama Mio?" tanya sang kakak.

"Eee... dua-duanya hehe."

Be On Cloud ResidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang