Bocil Kematian - 2

88 20 3
                                    


Sekumpulan gadis dewasa tengah berbincang serius di sebuah restoran megah. Beberapa diantaranya memakai pakaian formal, adapun yang hanya memakai pakaian santai namun masih sopan. Terlihat mereka semua satu rekan kerja.

"Woy No, lo kenapa??"

"Gue? kenapa?"

"Keliatan banget lo gak fokus" 

"Emang iya?"

"Jadi gimana menurut kamu tentang kerjasama dengan GN Corporate??"  Pancing seorang gadis berambut panjang. Gadis bernama Nano itu menegakkan tubuh seraya mengedarkan pandangan, mencari pertolongan.

"Emm.. aku sih yess. ."

"Apanya yang yess bego!!"

"Nahkan! Mikirin apa sih lo?"

"Hah, bocil tadi.." Jawabnya lemah penuh kejujuran.

"Kok?"

"Gak tau kepikiran aja"

"Kalo dipikir-pikir, mereka lucu juga sih.." Balas gadis berambut sebahu seraya mengingat-ingat kejadian tadi.

"Lucu? Atta, di playgroup banyak yang lebih lucu dari mereka!" 

"Ck! bukan lucu begitu maksud gue, Ayaaaaa.."

"Trus?"

"Ah dahlahh ribeet jelasinnya!" Atta dan Nano saling pandang kemudian tersenyum tipis penuh arti.

"Ri, menurut kamu, mereka kenapa?" Bisik gadis lain yang di ketahui bernama Aya.

"Aku gak tau, mungkin mereka masih kaget aja sama kejadian tadi.." 

"Riri memang selalu masuk akal.." Gumam Aya sedikit menyesal.

"Riri, Aya, Atta, Nano.. "  Keempat gadis yang di panggil menoleh kearah sumber suara kemudian bangkit dari tempat duduknya.

"Perkenalkan ini pak Rahardian, beliau general manager dari GN Corporate.."  Satu persatu dari mereka berjabatan tangan dengan seorang pria berjas formal dihadapannya, seraya sedikit membungkuk dan tersenyum.

Acara formal mereka dilanjutkan dengan khidmat. Nano yang sedari tadi tak bisa fokus, kini memaksa otaknya untuk berkonsentrasi penuh. 
Ini mengenai kariernya, karier mereka jadi sebisa mungkin ia akan melakukan yang terbaik saat ini.

 










Hari semakin larut, tepat pukul 7 malam, keempat gadis tadi baru saja sampai di sebuah rumah besar yang mereka tempati bersama. Rumah milik keluarga Atta yang awalnya kosong, mereka memutuskan tinggal bersama agar lebih gampang jika berdiskusi tentang pekerjaan dan atau liburan bersama?.

Nano memasuki kamarnya yang berada di lantai 2, ia bergegas masuk ke kamar mandi dan membasuh tubuh. Tak lama, hanya sekedar menghilangkan debu-debu jalanan yang menempel di permukaan kulitnya. Setelah memakai pakaian santai, gadis itu terduduk di tepi ranjang, memainkan ponselnya kemudian merebahkan tubuh.

"Hah.. cape banget jadi orang dewasa .."

"Nyari duit gak ada berentinya tapi hasilnya??" 

"Pengen nikaah aja udah hiks.." 

Nano bermonolog, berkeluh kesah sendiri. Gadis itu memang tak seberuntung ketiga gadis lainnya. Ia terlahir dari keluarga yang sederhana namun penuh dengan kasih sayang. Itulah sebabnya ia bersedia bekerja keras agar bisa membahagiakan orang-orang yang telah memberinya kasih sayang.

KUMPULAN MINI STORY GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang