Bocil Kematian - 3

84 20 5
                                    

"Apaan sih lo, so asik.." 

"Kalo gue gak asik, lo gak akan diem disini. Lo pasti udah cabut, yekaan?"

"Oh.."  Lagi, Nano tersenyum getir. Ini kali kesekian ratusnya ia harus menelan lagi ludah kala akan berbicara dengan gadis belia itu. Tia, siapa lagi?.

"Btw, lo udah punya pacar?" 

"Kepo!" 

"Selain 'Kepo' kata lain yang lo hafal tuh apa,?"

"Kamu nanyeaa, kamu bertanya-tanya.."  Nano memaksakan senyumnya, ia mengalihkan pandangan dan menahan emosinya yang ingin segera ia keluarkan. Tangannya mengepal sesaat kemudian kembali menatap Tia dengan ekspresi normal.

"Lo benci ya sama gue?"  Tia menatapnya, tepat pada kedua iris matanya sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandangan.

"Kalo iya kenapa? kalo engga juga kenapa?" 

"Bisa gak kalo jawab pertanyaan itu gak pake pertanyaan lagi?" Nano mulai jengah, terdengar dari nada bicaranya yang semakin serius.

"Kenapa? masalah??" 

Cukup, ini lebih dari cukup. Kesabaran Nano tak setebal kulit manggis, ia memang menaruh perhatian lebih pada gadis itu namun tak sungkan juga untuk menjauh jika terus diperlakukan seperti ini.

Gadis itu bangkit dari tempat duduknya, hendak pergi dari sana namun tiba-tiba saja Tia menggenggam tangannya.

Grep!

"Mau kemana?"  Tanya Tia dengan nada lembut, Nano menatapnya sesaat.

"Kamu nanyeaaa.." 

"Ishh anjirr, apaan sih!"  Kesal Tia menghempaskan lengan Nano.

"Kesel kan lo?? itu yang gue rasain.." Jelas Nano puas, seakan mencurahkan apa yang ia pendam selama ini.

"B ajasih .." 

"Hahh.. emang susah ngobrol sama bocil kematian!"  Gumamnya pelan namun terdengar jelas oleh gadis lainnya.

Gadis itu hendak mendudukkan tubuhnya lagi namun Tia kembali menahannya.

"Ngapain duduk? bukannya mau pergi?"  Nano terdiam dengan wajah kaget. Menatap Tia yang kini menyembunyikan wajahnya, yang sebenarnya Tia tengah menahan tawa disana.

"Y-yaudah, gue pergi.." 

"Oke.."

"Gue pergi nih, " 

"Hmm.." 

"Tia, gue pulang .."

"Take care"

Namun nyatanya Nano masih disana, masih diposisi sama dengan sedikit pengharapan bahwa Tia akan menahannya untuk tak beranjak darisana. Tia pun sebenarnya tau, Nano tidak akan mungkin pergi meninggalkannya, ia tau pasti bahwa gadis dewasa itu begitu posesif padanya dan tak ingin ia sendirian di luar rumah.

"Heh.. bomaat.. lo gak nahan gue?"  Tia tertawa tanpa suara disana, ia merubah eskpresinya dan menoleh.

"Loh, gue kira lo udah sampe rumah" 

"Ck! tahan gue please.." 

"Dih, siapa lo?" 

"Ayolah, sekali aja." 

"Ogah,.."

"Tiaaaaa.. " Tia tak tahan dengan wajah memelas yang kini Nano tunjukkan. Ia menarik tangan Nano untuk duduk kemudian tertawa kencang.

KUMPULAN MINI STORY GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang