6. Permohonan Maaf

18 5 0
                                    

Seumur hidupku, Baru kali ini aku melihat pria-pria Belanda berambut pirang sutra emas dengan hidung mancung besar seperti foto-foto Netherlands Indies dalam akun Instagram yang aku ikuti, Kulit pucat dan reckless bintik-bintik merah-cokelat pada pipi membuatku yakin mereka semua pria murni Belanda bukan Anak Nyai.

"Hey Juffrouw, Wat is het?" [ "Ada apa?" ]

Aku sedikit mengerti bahasa Belanda pun menjawabnya spontan "Nee!"

Sontak kening pria pirang itu mengkerut menatap tajam kearahnya, bisikan bahasa Belanda dari pria-pria lainya pun bersahutan membuatku kesusahan memahaminya karena aksen bicaranya terlalu cepat, Seperti aksen British.

"Nona, Kau mencari siapa? Tidak ada pria pribumi disini, Jij salah tempat." Ucap seorang dari salah satunya yang berambut cokelat agak kemerahan, Aku tebak pasti pria itu berdarah Belanda-Irlandia sangat-sangat mirip dengan Ron Weasley! Seruku dalam hati.

Rania mengigit bibirnya "Maaf Tuan saya tersesat setelah diusir keluar dari Kantor pencetakan surat jadi saya berjalan lurus dan memasuki ruangan ini, Bolehkah Tuan menunjukkan arah jalan keluar?" Pintaku pada pria itu lembut

"Tersesat? Kau babu baru kantor ini setelah babu lama di masukan Kandang Buaya Tuan Tirto karena mencuri, Aa.. Tolong pijat punggungku terasa pegal akan aku antarkan kau keluar setelahnya." Ajaknya menarik lenganku agar mengikutinya tanpa menunggu lama persetujuanku, Aku panik saat tiap-tiap lorong pintu dilewati ini sudah jauh dari tempat tadi, Apalagi mataku jeli melihat beberapa kasur kecil tersusun rapi astaga kenapa aku tersadar cukup lama.

Segera aku melepas tangan berurat itu dari pergelangan tanganku yang terus menggeret paksa, Aku berteriak keras meminta tolong siapapun yang berada di dalam tapi semuanya terlihat acuh hanya melihat saja, Bahkan Jongos pribumi melewatiku hanya menatapku tanpa berbuat apa-apa sialan! Aku tidak bisa melakukan apa-apa karena pertahanan tubuhku mulai lemah... Tolong aku Kangmas Wicak...

"Lepaskan aku! Kau berbohong padaku sialan, Kau ternyata sama saja dengan pria brengsek hidung Besar diluaran sana!!!" Teriakku menunjuk telunjukku kearah mata biru muda pria itu yang tertawa terbahak-bahak mencengkram kuat pipiku "Hee.. berarti kau sudah merasakannya, Baiklah aku akan membuatmu merasakannya lagi sampai kau berteriak memanggilku 'Tuan-tuan' Sia-sia kau berteriak keras tidak ada yang peduli padamu, Karena aku ketua pemimpinya." Kata Pria berambut cokelat-merah itu mengusap-usap leherku, Aku menangis sekarang karena tidak bisa bergerak karena tangan-Kakiku diikat.

Kalau aku tidak meninggalkan Arief dan keluarganya secara egois karena menginginkan bertemu Kangmas di mimpi ini adalah kesalahan besar! Tentu saja Kangmas Wicak tidak ada, Rania! Aku malah memilih mengikuti priyayi sialan itu yang membuatku dibentak, disiksa seperti ini... Aku sekuat tenaga mendorong tubuh pria ini dari tubuhku saat tangannya mulai menggerayangi tubuhku... Tiba-tiba tamparan keras dipipiku membuatku meringis perih..

"Diam Jalang! Kowe harus memuaskan aku siang ini. Istriku berada jauh di Den Haag, Aku tidak bisa melampiaskan nafsuku karena tuntutan Tuan Tirto.." Bentaknya sambil menyeringai lebar membuka kancing-kancing kebaya merah milik Ambar dan meraba-raba pinggangku.. Yatuhan tolonglah aku..

Aku menangis tertahan dibekap mulutku kuat-kuat, Kakiku mulai terasa sakit saat aku memaksakan bergerak agar tali kain itu terlepas agar aku bisa menendang selangkangan pria brengsek ini... Aku cepat menendang selangkangan pria itu sekeras-kerasnya setelah melakukan beberapa ancang-ancang tepat, Cepat aku melepaskan diri dan menyempatkan menampar wajah badjingan itu berlari kencang keluar menutup pintu lorong kamar.. Aku tidak memperdulikan teriakan pria itu mengumpatiku dengan bahasa Belanda yang jelas aku ketahui.. Nafasku tersengal-sengal setelah berhasil keluar..

A Past Rania Van Java [ MERDEKA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang