◟33.Ketahuan◞

117 5 1
                                    


"Topeng mu terlalu tebal, Sagara. Sampai banyak orang yang mengira jika dirimu baik-baik saja, padahal sebenarnya kamu sedang menyimpan seribu luka itu sendirian."

Happy reading!




Pulang dan mengistirahatkan diri adalah hal yang paling pemuda berumur 17 tahun ini ingin kan, dan sekarang ia sudah sampai di dalam kamar nya dan juga sudah mengganti seragam sekolah nya dengan baju rumahan. Sudah mengganti baju tinggal tidur, itu yang ia pikirkan.

BRAKK!

Tapi siapa sangka, jika tiba-tiba saja pintu kamar di buka dengan kasar sampai mengeluarkan suara yang besar.

Jantung Sagara mulai berdetak dengan cepat saat melihat siapa pelaku yang membuka pintu kamar nya dengan kasar. Arga, pelaku nya adalah Arga.

BUGH!

Tanpa aba-aba, Arga tiba-tiba saja memberikan bogeman mentah di pipi kanan Sagara sampai pemuda itu tersungkur ke belakang.

Pukulan demi pukulan Arga berikan kepada anak tengah nya. Setelah ia merasa puas sudah memukuli wajah tampan anak nya, ia langsung menyeret tangan anak nya untuk turun ke bawah.

Yang di seret sudah menangis sampai memohon untuk di lepaskan karena ia rasa jika ia tidak melakukan kesalahan apapun kepada Arga, apa yang terjadi?

Tubuh Sagara masih di seret sampai di ruangan minim pencahayaan, sempit, dan banyak barang. Tubuh Sagara di duduk kan di atas kursi kayu yang entah ia dapat dari mana kursi itu.

Dahi Sagara mengernyit bingung, tubuh nya di ikat di atas kursi dengan tali tambang pramuka, apa yang akan Arga lakukan kepada nya lagi?

BUGH!!

"Uhuk uhuk-" Batuk berdarah keluar dari mulut nya, Sagara meringis saat rambut nya yang secara tiba-tiba di tarik kasar oleh Arga dengan cengkraman yang kesar.

"P-pa, sakit..." Lirih Sagara tanpa di hiraukan oleh sang pelaku.

BUAGH!

DUGH!

Arga menendang kursi itu samai terjatuh ke samping kiri, kepala Sagara terbentur lantai dengan keras sampai sang empu meringis kesakitan, darah mengalir dari pelipis kiri nya.

"Kamu tau? Saya mengalamai kerugian karena ada nya penghianatan! Saya benci penghianat! SAYA BENCI! Orang yang sudah saya percayai ternyata menghianati saya dan menusuk saya dari belakang! BRENGSEK!!!" Kesal Arga dengan nada tinggi sambil menendang kaki kursi itu sampai tergeser ke samping.

"T-tap- uhuk! K-kenapa harus Saga y-yang jad- uhuk! J-jadi pelampias-an Papa?" Suara parau itu mampu menghentikan aktifitas Arga yang masih saja menendang kursi coklat kayu itu.

Arga menampilkan seringai nya, "Kamu itu sama seperti Ibumu, pelampiasan amarah saya." Arga tertawa setelah mengucapkn kalimat tersebut.

Deg

Dada nya sesak saat mendengar pernyataan yang keluar dari bibir Ayah nya, ia tidak menyangka jika dulu Ibu nya juga di jadikan pelampiasan amarah sang Ayah, untung mantan pasutri itu sudah berpisah.

Sagara Dan Luka nya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang