Bagian 24

9 2 0
                                    

Sinar matahari pagi menyentuh kedua kelopak mata Kesta. Kedua matanya bergerak-gerak hendak terbuka. Kesta menyesuaikan cahaya silau yang menusuk retinanya. Ia mendudukkan dirinya.

"Halo, Kes. Pagi!"

Kesta menolehkan kepalanya pada Zolla yang ada di belakang. Gadis itu terlihat sibuk dengan aktifitasnya yang memanggang ikan. Itu adalah ikan tangkapan mereka semalam dari sungai.

"Kau sudah bangun dari tadi?" tanya Kesta berdiri menghampiri.

"Yups. Bangunkan Kelvin, ayo kita sarapan dan kembali melanjutkan perjalanan," suruh Zolla kembali menyibukkan dirinya.

Kesta mengikuti apa yang gadis itu suruh. Ia berjalan menuju Kelvin yang teridur dengan posisi tengkurap d atas selimut tipis yang ia bawa. Kelvin terlihat lelap dalam tidurnya.

Kesta menatap kedua mata yang masih terpejam itu. Ide jahil terlintas dalam otak kecilnya saat itu juga. Kesta bertopang dagu, tidak apa-apa, kan, kalau ia menjahili Kelvin sedikit saja?

Kesta tersenyum sendiri. Kemudian ia mengambil rerumputan yang ada di sebelah sungai. Diambilnya rerumputan itu dengan banyak, kemudian Kesta kembali menghampiri Kelvin yang masih anteng dalam tidurnya.

"Makanlah, aku yakin rumput ini rasanya segar," ujar Kesta yang menyuapi rumput hijau itu pada Kelvin. Seakan-akan menerima suapan dari Kesta, mulut Kelvin mengunyah sendiri. Kesta tertawa geli.

"Huekk! Apa ini?!"

Kelvin membuka matanya dan memuntahkan rumput yang hampir saja ia telan. Remaja itu mengecapi lidahnya yang terasa pahit. Sedangkan Kesta sudah tertawa terpingkal-pingkal di sebelah sana.

Kelvin mendelik kesal.

"Kau ini!"

Hendak mendekati Kesta dan memberinya pelajaran, suara Zolla mengintrupsi. "Sarapan sudah siap!" seru Zolla.

Kesta menangkupkan kedua tangannya di depan dada dengan cengiran polosnya. "Maaf-maaf, aku hanya tak ingin kau kelaparan," kata Kesta dengan entengnya.

Kelvin mendengus jengkel. "Kau benar-benar menistakan diriku. Kau kira aku adalah sapi?" kesalnya.

Kesta tergelak. "Bersyukurlah aku tidak menyuapimu buah bau itu."

Kelvin bergidik ngeri. "Demi Tuhan jika kau benar-benar menyuapiku buah bau itu, aku akan mencekik lehermu," ancam Kelvin. Kesta terkekeh setelahnya.

"Hei, kalian berdia mau sarapan atau tidak?" Zolla sudah akan mengambil dua ikan bakar yang ada di depannya kalau kedua temannya itu tidak segera datang menghampiri.

Kelvin dan Kesta duduk bersebalahan. "Kau yang membakarnya untuk kami?" tanya Kelvin dengan binaran berkilauan yang terlihat cerah dikedua bola matanya. Tangannya langsung mengambil salah satu di antara tiga ikan bakar itu.

"Yah, benar. Aku memang baik, kan," Zolla menepuk dada kirinya, bangga.

"Terima kasih-terima kasih," ucap Kelvin yang kemudian langsung melahap ikan bakar itu dengan lahap.

Kesta menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya yang satu itu. "Makanlah secara  perlahan, bukankah rumput terasa enak dari pada ikan bakar itu?" ledek Kesta.

Tatapan horor Kelvin berikan. "Kesta, tunggulah balasanku!" ancam laki-laki itu dengan mulut yang penuh.

Kesta terkekeh, lagi. "Yayaya, aku akan menunggu balasanmu." Tangan Kesta mengambil ikan bakar miliknya kemudian melahapnya. Suapan pertama, air wajah Kesta langsung tercengang merasakannya.

"Zolla, benarkah kau yang membakar ikan ini?" tanya Kesta. Raut wajahnya berubah 90 derajat.

Zolla mengangguk. "Benar, kenapa? Rasanya tidak enak, ya?" Wajah Zolla menampilkan mimik kebingungan.

The Prince Kesta Kaelo MoonstoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang