Sudah sekitar 3 hari Kesta, Kelvin, serta Zolla menginap di rumah Malika. Awlanya, Kesta tak enak hati, namun Malika dengan keramahan serta kemurahan hatinya membiarkan mereka menginap tanpa dipungut sepeser pun koin.
Kesta juga telah mempelajari segala hal-hal yang kiranya ia butuhkan untuk menaklukan dan menguasai kekuatan 5 elemen. Benar, kekuatan 5 elemen itu masih belum Kesta taklukan. Karena Malika mengatakan, bahwa kekuatan 5 elemen itu hanya bisa ditaklukan ketika kau menghadapi tantangan yang sesungguhnya.
Malika bisa mendapatkan kekuatan 5 elemen itu saat ia menjaga desa bambusa ini dari serangan para monster. Malika terus tekun dan tulus melindungi para penduduk desa bambusa ini tanpa balasan hingga titik darah penghabisan. Oleh karena itu, Malika tiba-tiba mendapatkan tanda bintang kecil di bahunya yang mengartikan bahwa dirinya merupakan siper dengan Kekuatan 5 elemen.
Malika tentu saja menyembunyikan apa yang telah dimilikinya itu. Bahkan, Jala sendiri tidak tahu, hanya Kesta yang mengetahuinya. Malika mengatakan kepada Kwmesta, bahwa tidak sembarang orang yang bisa memiliki kekuatan 5 elemen, dan tidak sembarang orang juga yang bisa mengetahui seseorang memiliki kekauatan 5 elemen.
Dengan kekuatan yang dimilikinya, Malika menjadi sosok pelindung bagi desanya. Tania diketahui oleh banyaknya penduduk, bahwa mereka memiliki siper dengan 5 kekuatan di antara mereka.
"Ayo, kita harus mencari persedian pangan kita," ajak Kesta setelah selesai memakan makanannya.
"Dimana kita mencarinya?" Zolla bertanya. Gadis itu juga sudah selesai mdengan acara sarapannya. Piring kosong Zolla diambil oleh Jala. Dengan jahil, Jala menambahkan makanan lagi di atasnya, kemudian kembali ia letakkan piring yang sudah terisi itu dihadapan Zolla.
"Jalaluddin! Aku sudah kenyang!" seru Zolla. Dahinya ditekuk kesal.
"Makanan yang dibuat Mal belum habis, kau harus menghabisinya."
Zolla mendengus malas. Namun ia tetap memakan makanan yang ada di atas piringnya, meskipun perutnya sudah hampir terisi penuh.
Tanpa terang-terangan, Malika tersenyum senang melihat interaksi anaknya dengan gadis tamunya.
"Jadi, kapan yang mau mengambil persediaan makannya?" tanya Kelvin. Kebetulan remaja itu sudah selesai sarapan. Tidak ada lagi makanan yang mau dimakan ditangannya.
Kesta menatap Zolla. Gadis cerewet di sebelahnya tengah khusuk memakan makanannya. Mengerti dengan arti tatapan milik Kesta, Zolla berbicara dengan mulut yang dipenuhi oleh makanan. "Bwerangkatlah lwebih dwulu."
Kesta terkekeh. Satu tangannya terangkat mencubiti pipi tembam milik Zolla. Si gadis merasa kesal, menatap Kesta dengan tatapn horornya.
"Mal, terima kasih untuk sarapannya hari ini. Aku dan Kelvin akan lergi mencari bekal untuk perjalanan kita nanti."
Kesta berucap dengan panjang. Malika tersenyum dan mengangguk. Lantas setelahnya, Kesta dan Kelvin pergi mencari keberadaan pangan untuk persedian bekalnya.
Malika membereskan piring-piring kotor yang ada di atas meja. 3 hari ini rumahnya terasa sangat ramai. Malika bersyukur karena kehadiran tamu seperti Kesta, Kelvin, dan Zolla. Kehadiran mereka juga membawa dampak baik bagi Jala. Yaaa ... Malika rasa benar begitu.
Zolla menyadari ada yang aneh dengan manusia di hadapannya. "Kenapa wajahmu murung seperti itu?" Setelah pertanyaan itu dilontarkan, Zolla kembali menyuapi nasi bersamaan dengan ikan bakar.
"Masih kurang?"
Mengabaikan pertanyaan Zolla, sang remaja malah kembali meletakkan sesendok nasi di atas piring Zolla.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince Kesta Kaelo Moonstoon
AventuraSeperti siang yang juga membutuhkan matahari untuk menyinari, seperti malam yang juga membutuhkan rembulan untuk menerangi. Kesta juga membutuhkan ibunda untuk mendampingi. Tidak adil rasanya, jika sang anak harus dipisahkan selama 10 tahun dengan...