Bagian 27

9 2 0
                                    

"Hei bajingan! Jangan berlari!"

Diteriaki seperti itu justru tidak akan membuat kecepatan laju kakinya melamban. Zolla terus mengejar, meski ia sedikit tertinggal.

Pohon demi pohon Zolla lalui. Betisnya mungkin terdapat banyak luka karena tergores duri-duri nakal yang muncul pada semak-semak belukar yang diloncati. Tidak peduli, gadis berambut panjang itu memilih untuk terus berlari.

"Hei kau! Berhenti!"

Diperintah seperti itu, tentu saja tidak akan membuat laki-laki  di depannya akan berhenti berlari. Justru ia semakin mempercepat lajuan langkah kakinya. Zolla tertinggal jauh di belakang. Gadis itu akui, kecepatan laki-laki itu di atas rat-rata.

Zolla mulai merasa lelah.

Ia memilih untuk berhenti. Kedua tangannya menumpu di atas kedua lututnya. Dada Zolla naik turun. Ritme detak jantungnya pun mencepat. Wajahnya memerah, napasnya terengah-engah. Peluh membanjiri sebagian tubuhnya.

Di tengah-tengah keadannya, Zolla menatap sekelilingnya. Di sini, pohon-pohon besar tumbuh dengan banyak. Dedaunan rindang tumbuh besar di atas dahan dan batang. Menutupi langit bersih, membuat sekitar terlihat gelap.

Sial, berdoa saja Zolla tidak tersesat.

Melihat targetnya sudah jauh, Zolla memilih berbalik arah. Percuma saja jika dirinya terus berlari. Punggung tegap laki-laki tadi sudah tak terlihat sama sekali. Zolla berjalan sendirian di tengah-tengah hutan yang luas ini. Berdoa saja jika tidak ada hewan buas yang akan memangsanya.

"Auuu!"

Sial, sial, sial!

Mendengar raungan dari serigala itu, Zolla menatap sekelilingnya. Ia meneguk ludahnya kasar. Berwaspada pada sekelilingnya. Semak-semak besar yang ada di depan Zolla terus bergerak. Mati-matian gadis itu mengesampingkan rasa takutnya. Ia mengambil sebuah ranting pohon yang kebetulan ada di sebelahnya berdiri.

Berwaspada, langkah Zolla perlahan-lahan mendekati semak-semak belukar itu. Demi Tuhan, kemana hilangnya keberanian Zolla saat menendang masa depan laki-laki tadi? Sungguh, ia bahkan tidak bisa menahan gemetaran di kedua kakinya.

"Auuuu!"

"KESTA!"

Seekor serigala tiba-tiba saja keluar dari semak-semak belukar itu. Zolla terkejut, ia spontan melangkah mundur. Kayu yang ia pegang disodongkan pada serigala itu.

Demi Tuhan Zolla masih ingin hidup. Ia masih ingin bertemu dengan adiknya, ia masih ingin melihat pernikahan ibundanya, ia masih ingin memakan buah kesukaannya. Zolla tidak ingin mati konyol hanya karena diterkam serigala saat tersesat. Ia memang bodoh. Seharusnya Zolla tidak mengejar Laki-laki payah itu. Seharusnya Zolla nenuruti perintah Kesta untuk tetap diam. Seharusnya, seharusnya, dan seharusnya.

Tidak ada gunanya terus berpikir seharusnya. Sebab sekarang, seekor serigala ganas akan memangsanya. Zolla meneguk ludahnya kasar.

"Ibu, jika aku mati tolong maafkan kecerobohan anakmu ini," gumamnya.

Langkah Zolla terhenti. Ia tidak bisa lagi mundur, sebuah pohon mengahalangi dirinya untuk terus melangkah mundur. Sedangkan jarak antar dirinya dan serigala di depannya semakin menipis. Pasrah, Zolla memejamkan kedua matanya. Siap dimakan oleh serigala itu.

"Auuuu!"

Bugh!

Eh?

Zolla membuka lebar-lebar kedua matanya. Ia kira, ia akan diterkam oleh serigala itu, rupanya apa yang dipikirkannya salah besar. Seseorang datang dan memukul serigala itu sehingga terjatuh ke samping. Orang itu adalah laki-laki tadi!

The Prince Kesta Kaelo MoonstoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang