VII. Jam Malam

310 49 13
                                    

"Vanilla, and peony," gumamnya. Merasakan harum dari jubahnya itu. Ia tersenyum dan menyimpan rapi-rapi jubah itu. Lalu bergegas ke kasurnya dan menutup matanya.

♧----------♧

Masih di malam yang sama, Angela kesulitan tidur walaupun waktu sudah menunjukan pukul 10.15 malam. Kedua temannya sudah tertidur walau Angela yakin bahwa Alicia belum sepenuhnya tertidur, gadis itu sedari tadi bergerak kesana kemari mencari posisi yang pas.

Angela bergerak untuk mengambil jubah dan memakainya, "Mau kemana?" terdengar suara Alicia. "Mencari angin," jawab Angela, Alicia mengangguk mengerti, memang Angela selalu saja susah tidur dan akan berkeliling Hogwarts saat malam. "Awas ketahuan prefek, aku tak mau saat membuka mata nanti hanya tersisa 20 poin dari Hufflepuff," Angela hanya terkekeh mengiyakan.

Mengendap, Angela berhasil keluar asramanya. Kini tujuan ia ke menara barat, disana cuacanya agak bersahabat. Ia lalu duduk di dekat salah satu pilar disana, memandang langit meski tanpa bintang.

"Susah tidur Bones," kaget, Angela menoleh kebelakang, Regulus Black berdiri disitu. "Yea, kemarilah Black," ajak Angela. "Regulus, please," ucap Regulus Black. "Baiklah Regulus, Angela please," timpal Angela dan mereka berdua terkekeh, itu kali pertama Angela melihat Regulus Black tersenyum!!!

AGH LUCU BGT GA SI NGEBAYANGINNYAAA! GUA JG SENYUM-SENYUM NIH

Regulus langsung duduk tepat di sebelah Angela, bahkan lengan mereka saling menempel dan mereka berdua terlihat tak mempermasalahkan itu.

"Langitnya indah ya, meski tanpa bintang," gumam Regulus. "Ya, terlihat tenang," Angela membalas. Mereka berdua asyik menatap langit-langit itu. Tak ada yang menyangkal pula jikalau langit Hogwarts itu bagus.

Kini mereka ganti posisi, Regulus menyender di salah satu pilar, dan Angela menyender di pilar sebelahnya, kini mereka sudah tidak menempel.

"Regulus, aku tak tau kalau kau bisa berbicara panjang lebar," gurau Angela terkekeh pelan. Regulus menanggapi itu dengan senyum kelewat tipis. "Sedari dulu, aku tidak pernah diberi kesempatan untuk bicara," jawabnya pelan, nadanya terdengar kecut.

Angela paham. Ia tahu, bahkan Angela mengetahui bahwa Sirius Black sudah dihapus namanya dari keluarga Black. "Pasti berat ya, jadi penerus satu-satunya," Angela berkata demikian.

"Itu resiko, aku tak seberani Sirius," Regulus sempat menahan sebentar suaranya lalu lanjut berkata, "awalnya aku ingin ikut dia kabur, namun aku tidak punya tenaga dan pilihan untuk itu," terdengar menyedihkan, tapi sudur bibirnya terangkat.

"Kau tau Regulus, terkadang apa yang kita jalani sekarang bisa berpengaruh beberapa waktu kemudian. Dan belum tentu pula, keberuntungan akan mengikuti kita, jadi berfikirlah jernih. Kau sudah besar kan, kau tau mana yang baik dan mana yang buruk. Aku harap kau tidak salah memilih. Ingat, hidup hanya sekali, sedangkan penyesalan tidak akan ada habisnya," jelas Angela panjang lebar.

Regulus Black tampak agak tertegun mendengarnya. "Aku juga berfikir demikian, Angela," balasnya, bola mata lelaki itu meneliti wajah si gadis. "Tapi aku tidak ingin mengecewakan mum,"

"Aku mengerti Regulus, kau adalah anak yang berbakti, bahkan aku sendiri suka membangkang asal kau tau," kekeh Angela. "Bukan tanpa alasan, aku merasa bahwa yang kulakukan benar, dan tentu aku akan mengambil resiko itu. Aku juga sebenarnya tidak ingin mengecewakan orang disekitarku, tapi apa daya jika mereka yang mengecewakanku?," balas cepat Angela, kalimat terakhirnya mengandubg makna.

"Lalu bagaimana jika membangkang seperti Sirius?" Tanya Regulus lagi, tampaknya seperti Regulus sedang konsul ke psikolog.

"Ah Sirius," senyum Angela. "Ia lelaki baik, sangat baik. Dibalik kejahilannya, aku tahu ia menyimpan banyak kesedihan. Sirius ingin bebas. Ia mengambil jalan sendiri dan ia menerima resikonya. Sirius terlihat berbahagia dengan pilihannya, Regulus," Regulus mengiyakan perkataan Angela.

"Itulah artinya hidup, Regulus. Apa arti hidup tanpa resiko," kekeh Angela. "Sirius bukan berarti tidak menyayangi ibu kalian. Sirius pasti sayang kedua orang tuanya. Hanya saja ia punya 'porsi' tersendiri untuk menentukan yang baik dan buruk, tiap orang berbeda, Regulus. Kita tidak bisa menyalahkan Sirius atau Ibumu, karena pikiran orang berbeda dan kita tidak akan tau sebelum kita merasakan persis bagaimana posisinya orang tersebut,"

Regulus lagi-lagi menundukan kepalanya, terlihat ia sedang memikirkan sesuatu. "Bagaimana jika aku ikut membangkang?" Tanya Regulus. "Well, itu pilihanmu, aku tidak berhak untuk itu. Yang pasti, kau siap menerima resikonya, dan aku harap kau sudah memikirkan hal demikian dengan matang," balas Angela, bijak.

Hening, hanya terdengar suara angin dan jam sudah menunjukan 11.30 malam. "Sebaiknya kita kembali ke asrama," Angela membuka kembali percakapan sembari menunjukan arlojinya.

Regulus pun mengangguk dan mereka berdua mengendap ngendap menuju asrama, beruntung semuanya aman terkendali. Regulus mengantar Angela sampai ke depan ruang rekreasi. "Selamat malam," ucap Angela tersenyum. "Selamat malam juga Angel," suara Regulus. Angela merasa kupu-kupu di perutnya saat Regulus berkata Angel.

♧----------♧

Tampaknya Angela tak bisa menahan senyumnya, Angel???? Such a cute name. Ia belum pernah mendapat panggilan spesial dari siapapun kecuali orang tua dan sahabatnya. Perkataan Regulus Black tadi tentu membuat gadis manis itu menjadi merah tomat, tepat sasaran mas e.

Di lain sisi, Regulus Black tampak sama, tak bisa menghentikan senyumannya. "Tidak kah pipi kau pegal Regulus?" Tanya Rosier yang ternyata masih bangun dan sedang membaca buku. "Shut up Evan," gumam Regulus.

Evan Rosier menyeringai senang, "Hufflepuff itu, huh? Tamat saja jika ibumu mengetahui itu," ucapnya seperti sudah tahu apa yang Regulus pikirkan. "Persetan," tak disangka-sangka, Regulus berkata seperti itu, walau hanya Regulus dan Merlin yang bisa dengar.

"Dia pureblood Evan, ada masalah?" Tanya Regulus merasa tak terima, "Ada," timpal Evan. "Dia darah penghianat," kata Evan "dan juga ia seorang Hufflepuff," Evan berkata cepat sebelum Regulus membalas ucapannya.

Regulus hanya berdehem malas, sebenarnya bukan itu yang sedari tadi ia pikirkan. Kepalanya penuh dengan perkataan Angela tadi yang seolah-olah menyihirnya. Pemilihan kata yang mudah dipahami dan makna yang bijak membuat Regulus memikirkan itu secara terus menerus tanpa henti.

Tanpa diketahui, Regulus sebenarnya sudah matang mengambil keputusannya, dan itu hanya ia dan Merlin yang tahu. Regulus bersumpah jikalau ia sampai salah mengambil keputusan, ia akan menceburkan dirinya kedalam danau hitam dan berharap akan dimakan cumi besar disana.

Tak lama kemudian Regulus Black menutup matanya untuk beristirahat sebelum esok harus sekolah seperti biasa. Tak henti-henti pula ia bergumam terimakasih kepada Angela, hanya Evan Rosier dan Merlin yang tahu itu.

♧----------♧


















TBC

𝑩𝒂𝒄𝒌 𝒕𝒐 𝑩𝒍𝒂𝒄𝒌 I Regulus Arcturus BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang