Massages:
Yo! Readers! Maaf di part sebelumnya kagak ada yang jelas dari judulnya (fail),tapi yang penting readers menikmati cerita senpai!^^ oh ya,cerita ini bakal update hari senin dan jum'at,jadi senpai gak harus telat waktu buat update cerita,enjoy!^^ (sory telat informasi :v)
Pikiran Jess tercampur aduk,dia selalu dihantui dengan rasa takut yang membara seperti api yang membakar hangus gedung sekolah,guru-guru dan pegawai,serta beberapa murid pun belum sempat melarikan diri.
Dan di balik semua ini SMP Kyoko berulah. Murid SMP Kyoko yang menjadi tersangka di tangkap polisi langsung di TKP. Jess dan teman-temannya bisa bersyukur karena Nami ditemukan terjebak di lorong lantai 2. Namun dia terkena beberapa luka bakar,jadi dia harus di larikan kerumah sakit.
Murid-murid yang lain masih dalam pencarian polisi.
"Aku tidak percaya ini..."
Jess menangis terisak-isak saat berada di lorong rumah sakit.
"Aku telat mengatakannya..."
Shion mulai berbicara sedikit lantang dihadapan Matt,Maki dan temannya,serta Jess.
"Apa kau pernah menyembunyikan sesuatu?.."
Tanya Jess,Shion menggeleng.
"Hanya saja..."
"Nami pernah mengatakan sesuatu.."Jika Shion mengigat-ingat hingga ke ujung,Nami pernah mengatakan sesuatu padanya.
"Shion... aku...."
Ya,kata-kata itu langsung terputus begitu saja. Padahal rangkaian kata itu menunjukan perasaan suka. Namun semuanya terjadi sebelum kata-kata itu terucap. Sudah di putuskan bahwa hubungan Nami dan Shion sama sekali tidak misterius,tetapi mereka saling suka!
"Kalian saling suka?.."
Sambung Maki.
"... iya... hubungan kami sangat dekat... namun entah kenapa hubungan kita sekarang semakin jauh hingga mentok ke takdir seperti ini.." kata Shion.
Teman-temannya baru melihat dan ini pertama kalinya Shion menangis. Dia menangis sangat deras,ya,semuanya sudah terlambat. Shion ataupun siapa itu tidak bisa lagi mengatakan "aku cinta kamu!" Maupun "aku suka kamu!" Semuanya terhenti.
Waktu seakan-akan berhenti tidak tepat.Dan juga amplop yang di bawa Nami,Jess mulai berpikir seperti itu,dia langsung masuk ke ruangan dan mulai melihat keadaan Nami. Sangat beruntung amplop itu berada di meja samping tempat tidurnya. Jess langsung mengambil amplop itu.
"Tenang saja Nami... aku akan segera memberikan ini kepada ayah dan ibumu..." bisik Jess yang air matanya masih mengalir seperti air terjun. Jess berlari ke luar pintu.
"Jess,mau kau apakan amplop itu?!" Teriak Shion.
"Aku segera kembali!!" Saut Jess kembali.**
Di rumah Nami terlihat sebuah taksi dan ayahnya membawa koper di depan pintu runah. Awalnya Jess berpikir pasti ayahnya sudah pulang. Ternyata pikirannya berubah. Ayahnya justru ingin kembali ke London karena perkerjaannya.
"Ah? Kau temannya Nami,ya?.. apakah kamu melihat Nami?"
Ibunya sangat lancar berbicara,padahal ini sedang gawat. Dengab cepat Jess melempar amplop coklat yang keadaannya sudah setengah gosong itu.
"Apakah itu yang anda inginkan?.."
Geram Jess. Ibu dan ayahnya Nami melihat amplop yang bertuliskan dari ayah.
"Anak anda menunggu anda di rumah sakit!!"
Jess mengatakan itu dengan lantang. Ibunya tak menyangka hal ini terjadi.
"Jadi apa yang akan anda lakukan?! Melakukan perkerjaan ke luar negeri atau anak anda,anda akan memikirkan itu sendiri.. aku permisi..."
Jess kembali berlari menuju rumah sakit.
Ya,ibu dan ayahnya baru sadar bahwa Nami di rumah sakit,mereka segera ke rumah sakit untuk segera melihat Nami.
At hospital
Jess dan teman-temannya berdo'a karena alat detak jantung itu mulai melemah dan angkanya dibawah 30.
Tidak. Aku tidak ingin hal seperti ini terjadi! Hanya senyuman hangat itu yang membuatku bersemangat! Itulah yang mereka serempak pikirkan. Mereka selalu berdo'a bagaikan nyanyian selamat jalan untuk Nami.
"Nami!"
Mereka terlonjak kaget saat ibunya mendorong pintu ruangan itu.
"Yaampun... Nami... tidak..."
Ibunya mulai memeluk Nami yang sedang terpejam lemah di tempat tidur itu. Dan keadaan semakin memburuk ketika alat detak jantung menurun di bawah angka 20. Jess langsung keluar dan memanggil dokter.
Pemeriksaan pun dimulai,saat dokter terus memeriksa,katanya tidak ada penyebab melemahnya jantung Nami. Lalu,apakah ini memang takdir nami untuk segera meninggalkan teman-temannya?! Jangan!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tiiiiiiiiitt...
Ya benar... takdir membawa Nami meninggalkan teman-temannya,senyumannya tisak akan pernah mereka lupakan. Semuanya menangis. Air mata yang menetes sedikit demi sedikit itu bagaikan harapan yang sudah tidak ada gunanya lagi.
Jauh dari itu,Nami selalu berpikiran sama,dia selalu ingin melindungi teman-temannya. Selalu!
-- to be continued --
Massages:
Yo,readers! Seru gak? Kalo seru comment atau gak vote,sory kalo gajelas,atau typo,atau pendek,sory! Masih ada part selanjutnya kok! Sedih gak? Kalo gak sedih senpai maklumin,emang senpai gak bisa bikin cerita sedih! (Fail) tapi yang penting readers menikmati cerita senpai!^^ kalo ada saran,kritik,atau pertanyaan,tanyain aja ya!^^ wait the next part!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
I wanted to say 'I Love You'
Fanfictionsemua terjadi sebelum mengatakan 'aku suka kamu'