Ghaisan tersenyum. "Enggak, Anna bercanda, ayo ke perpus. Tapi Anna ambil buku ujian dulu ya."
Kemudian, Ardhi menengok ke arah Ghaisan. "Ujian yang mane?"
Ghaisan melirik Ardhi dengan tatapan malas. Bukannya kemarin ia baru saja tugasnya di bagikan oleh ustadz Iqdam, ia langsung lupa.
"Itu loh materi kemarin. Tentang tugas nyari buku hadist cetakan ke 4.""Oh, Anna inget sekarang. Tunggu ya, Anna ambilin," kata Ardhi kemudian pergi meninggalkan Ghaisan.
••••
"Ini kan? Nahwu?" tanya Ardhi.
Lalu Ghaisan menjawab. "Yang atasnya itulah." Ghaisan berdiri. "Ini, kalo yang itu sorof," ujarnya sambil tersenyum hingga rahangnya terlihat.
Ghaisan kemudian menaikkan pecinya juga mengeluarkan beberapa helai rambut lalu merapihkan kemeja hitam dan sarungnya.
"Ini ambil, Anna mau baca fiqih dulu."Ardhi menaikkan sebelah alisnya. "Antum gamau baca Fathul hijar?"
Wajah Ghaisan memerah. "Ih mana boleh baca itu. Nanti bacanya kalau udah suami istri. Ada ada ae."
"Tapi bisa kan kalau antum minta materinya?" Ardhi kembali menggoda Ghaisan.
Matanya melirik badannya tetap diam. "Antum ini, udah, mending antum belajar noh nahwu sama sorof. Anna udah bisa dikit-dikit. Tinggal antum, udah itu, kita cari buku hadist cetakan ke 4."
"Hadist siapa emang?"
•••••••••
Beberapa jam kemudian Ghaisan sudah lelah berada di perpustakaan.
"Balik yuk," ajak Ardhi.
"Ayuk aja."
Mereka bergegas pergi dari sana.
Lalu, mata mereka tertuju pada ustadz Iqdam yang tengah menghukum santriwati yang tak mereka kenal sama sekali. Mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki."Siapa itu? Murni kah? Kena hukum lagi dia?" tanya Ardhi sembari melirik ke arah santriwati yang sedang menjalani hukuman itu. "Udah tau ustadz Iqdam galak, nyari masalah segala sih."
"Yeh, barangkali itu bukan Murni, Murni kan lagi ngikut kajian tadi bareng sama Umma."
"Ah masak?"
"Na'am. Umma tadi bilang sendiri ke Anna kalau Murni terpilih buat kajian bareng Umma."
"Lah terus yang di hukum ustadz Iqdam di sana siapa?" Ardhi penasaran.
"Ya mana Anna tau, tanya aja sama ustadz Iqdam-nya." Ghaisan menakut-nakuti Ardhi.
Ardhi bergidik ngeri. "Ih mana mau Anna nanya sama ustadz Iqdam. Nanti yang ada Anna berdiri bareng sama santriwati itu lagi. Mending Anna di sini dah"
Ghaisan menautkan kedua alisnya. "Seriusan ini?"
"Bercanda." Omongannya terjeda. "Ya serius lah. Antum aja nanya sama ustadz Iqdam mau enggak?"
Ia membuka pecinya dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal lalu memakai peci kembali. "Ya gak mau juga sih. Tapi kasian ya kalo di liat-liat mungkin dia belum tau kalo pake hijab selain segi empat itu di larang."
Ardhi mengangguk paham. "Iya, Anna ngerti soal itu. Mungkin dia murid baru?"
"Murid baru? Abi gak pernah ngomong soal itu."
"Ya gak mungkin semua hal antum harus tau dong Ihsan."
Dia menggaruk kepalanya yang tertutup dengan peci. "Na'am. Tapi kan antum juga berhak tau soal ini. Belum lagi ustadz Iqdam yang gak mewajarkan hal kayak gini."
Kemudian, mereka melanjutkan langkahnya. Tanpa ustadz Iqdam melihat mereka.
"Ghaisan, Ardhi. Ustadz mau minta tolong. Abis ini kalian bilang ke Murni buat anter murid baru ini ya. Kalau Murni udah selesai kajian sama Ning Ghina nya. Fahimtum?"
Ghaisan mengangguk. "Fahimna ustadz. Nanti Ihsan bilang ke Umma."
.
.
.
.
TBC
Anak barunya siapa yaaaSalam hangat dari rerileymttw
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Muadzinku ✔
JugendliteraturSERI AKASA SEASON 3 ❝𝘔𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘍𝘪𝘭𝘰𝘴𝘰𝘧𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘮𝘢𝘵 "𝘏𝘢𝘺𝘢 𝘢'𝘢𝘭 𝘧𝘢𝘭𝘢𝘩" 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘫𝘢𝘳𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘪𝘴𝘢𝘳 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘫𝘢...