"Oh jadi ini kerjaan Antum. Tiap hari ngeliatin dia yang lagi ngaji pantesan aja kalau sore Ana cari nggak ketemu-ketemu ternyata di sini antum," kata Ardhi menyindir Ghaisan dengan wajah yang seakan meledek.
Ghaisan yang merasa dirinya tersindir lantas melirik ke arah Ardhi dengan tatapan mata yang sedikit sinis.
"Sok tahu nih antum, emangnya ngapain Antum di sini? ""Ya mergokin temen ana yang lagi liatin murid baru ngaji lah."
Tentu itu membuat Ghaisan malu mendengarnya lantas ia pergi meninggalkan Ardhi tanpa basa-basi. Tetapi Ardhi mengikutinya dari belakang sembari meledeknya terus-menerus tanpa henti walaupun membuat Gaisan risih tetapi Gaisan pasrah.
" Antum suka ya sama dia"tanya Ardi.
Ghaisan menggeleng. " urusannya sama Antum apa sih.
Ardi berjalan mengikuti langkah gaesan dari belakang walaupun Gaisan jalannya cepat tetapi Ardi bisa menyusulnya sembari terus-terusan menggodanya.
"Kan ana temen antum.""Temen sih temen Di, tapi gak gitu juga ana capek."
"Antum suka sama dia?"
••••••
Entah karena apa Rauza, merayu kakaknya kali ini.
"A Ihsan, Uzza mau nanya deh."
Ghaisan melirik sekilas. "Apa Uzza."
"A Ihsan gak ada niatan mau nikah gitu?"
"Enggak, belum ada calonnya. Kenapa emangnya?"
Curiganya, Rauza senyum-senyum sumringah.
"Ada apa senyum gitu?" tanya Ghaisan suaranya yang tegas.
Rauza menundukkan kepalanya seraya melirik Ghaisan dengan tatapannya yang sangat berbeda. "Aa kapan nikah? Uzza pengen punya keponakan."
Wajahnya mendadak memerah. "Uzza ini, sama kayak Umma minta cucu tau gak. Aa masih pengen mendalami ilmu agama Aa dulu. Masih pengen bisa bahagiain Uzza sama Umma juga Abi. Aa belum siap punya istri."
"Tapi umur Aa udah tua, Aa emang gak capek ngurusin Uzza, Umma, sama Abi sendirian?"
Layaknya anak kecil Rauza menautkan kedua bibirnya.Kemudian, Ghaisan mengelus pucuk kepala adik kecilnya itu. Lalu merapihkan hijabnya. "Uzza, Aa itu masih numpang sama Umma sama Abi. Masih di urus juga sama kalian. Gak mungkin lah Aa kan belum ngurusin mereka."
••••••••Tiba dimana Ghaisan mengumandangkan azan. Suaranya, benar-benar merdu layaknya muazin luaran sana.
Erni, juga Nuraini langsung bergegas ke mushola santriwati.Lihat kanan kiri, Nuraini tak paham. "Ini sudah masuk waktu solat ya?"
Tentu saja Erni tertawa dengan puasnya. "Iya, sekarang kita ke mushola santriwati ya?"
Kemudian seorang wanita berpakaian rapih lantas menegur semua santriwati. "Ayo, semuanya cepetan berkemas ambil mukena abis itu kita shalat. Shalatnya di mushola santriwati ya bukan di masjidnya."
Wanita bersuara nyaring itu ialah Murni. Salah satu anak yang di jadikan ketua Santriwati.
"Jangan lupa wudhu, yang haid langsung cap cip cus ke dapur bantuin Bu Riris. Jangan ada yang alasan."Sama seperti kemarin, Erni sudah sangat siap dengan persiapannya. Sementara Nuraini masih bingung dengan kondisinya dan bingung harus berbuat apa.
"Ayo, nih, ambil mukena, udah wudhu kan?"
Nuraini mengangguk ragu. "U-udah," sahutnya gugup.
"Yaudah ayo kita ke mushola," ajak Erni dengan meraih tangan Nuraini.
Nuraini hanya bisa mengikuti kemana Erni membawanya pergi, akhirnya Nuraini tau apa yang harus ia lakukan berikutnya. Walaupun, ia masih malu-malu kucing untuk melakukan kegiatan di sana. Akhirnya ia hanya bisa pasrah dan mengikuti alurnya hingga ada di posisi dimana ia nyaman dengan semuanya.
.
.
.
TBC
Ghaisan suka sama Nuraini tah😭😭Salam. Hangat dari rerileymttw
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Muadzinku ✔
Ficção AdolescenteSERI AKASA SEASON 3 ❝𝘔𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘍𝘪𝘭𝘰𝘴𝘰𝘧𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘮𝘢𝘵 "𝘏𝘢𝘺𝘢 𝘢'𝘢𝘭 𝘧𝘢𝘭𝘢𝘩" 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘫𝘢𝘳𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘪𝘴𝘢𝘳 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘫𝘢...