***
Seolah tersihir oleh kecantikan wajah Samantha, Arya mengangguk pasrah sembari menyungginggkan senyuman manisnya.
"Terimakasih! Kamu bisa menurunkanku dimana pun, aku hanya ingin pergi dari sana," ujar Samantha sembari menunjuk ke arah jalan menuju ke Perkebunan Randeling.
Samantha tersenyum sumringah karena berhasil meninggalkan rumahnya. Arya belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada istri atasannya itu, ia hanya mengetahui bahwa Samantha saat ini berbeda jauh dengan saat mereka pertama kali bertemu.
Delman yang Arya kendarai memasuki area perkampungan yang berjarak lumayan jauh dari Randeling. Samantha meminta Arya menurunkan dirinya di sebuah jalan yang lumayan ramai dipenuhi oleh para pedagang pribumi yang menjual jajanan tradisional.
"Apa saya bisa menurunkan anda di tempat seperti ini?" tanya Arya sembari memandang lingkungan perkampungan yang nampak sedikit kumuh. Tanah disana sedikit berlumpur karena hujan deras yang mengguyur semalaman, serta banyak terlihat pribumi yang kelaparan dan berpakaian tak layak.
Samantha hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Arya. Arya melihat raut wajah Samantha yang kembali ke setelan awal ketika mereka pertama kali bertemu.
"Aku akan pulang sendiri," ujar Samantha singkat.
Wanita itu langsung turun dari delmannya, Arya hanya mampu tersenyum simpul melihat Samantha yang nampak begitu anggun meskipun pakaiannya nampak kotor dan lusuh.
Arya sedikit khawatir melihat beberapa pribumi yang ada di sana menatap takut ke arah Samantha. Namun, ia harus segera pergi mengantar biji kopi yang ia angkut ke pabrik. Arya segera menjalankan delmannya dan berjalan meninggalkan Samantha di desa terpencil itu seorang diri.
Samantha melirik sekilas ke arah Arya pergi, ia menyunggingkan senyum tipis. Seorang wanita peruh baya yang berjalan pincang mendekat ke arahnya mencoba untuk meminta belas kasih dari Samantha. Samantha yang merasakan simpati ketika melihat wanita itu yang nampak kurus serta kaki kirinya yang penuh luka, ia memapah wanita itu menuju ke sebuah saung kecil dan mendudukkan wanita itu di sana.
"Tunggu sebentar," ucap Samantha sembari menyunggingkan senyum lembut ke arah wanita paruh baya itu.
Samantha segera berlari ke arah para pedagang yang menjual beberapa makanan tradisional itu. Pedagang serta beberapa pribumi lain yang mengetahui siapa Samantha nampak begitu ketakutan dan berjalan menjauhinya.
"Aku akan membeli semua makanan ini, lalu kamu bagikan kepada orang-orang yang kelaparan," tegas Samantha sembari memberikan koin bernilai 1 cent yang berjumlah tiga puluh keping di dalam kantong yang ia letakkan di saku gaunnya.
Pedagang itu membelalakkan matanya ketika melihat uang tersebut. Pedagang tersebut mengangguk tanpa berani menatap mata Samantha, dengan tangan yang gemetaran pedagang itu membungkus beberapa makanan yang akan dia bagikan kepada orang-orang yang ada di lingkungan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Her Go [SLOW UPDATE]
Historical FictionKisah cinta berlatar Hindia Belanda di tahun 1890an. Kisah Samantha, seorang wanita indo (keturunan Belanda-Indonesia) mengalami kehidupan penuh dengan kepedihan, ia dipandang rendah karena terlahir dari rahim seorang gundik/nyai. Ayahnya menjodohka...