Aku termangu untuk beberapa saat. Sekitarku semua diam, tak bergerak. Hanya aku, Mark dan wanita ini yang bergerak.
Kenapa ini?
"Sudah lama tak bertemu, Avael." Wanita itu tersenyum cerah dengan elegan. Mark memasamkan wajah.
"Apa yang kau lakukan disini, Areol?" ujar Mark yang terkejut.
"Oh, tidak ada apa-apa. Aku hanya berjalan-jalan saja. Lalu aku melihat 'mahakarya'-mu, jadi aku datang kemari," jawab wanita itu sambil melirikku. Aku tak mengerti maksud lirikannya.
Kemudian Mark berjalan ke arahku dan berhenti, menghalangi antara aku dan si wanita ini.
"Aku sudah menerima hukumannya, jadi kau tak perlu lagi mengusikku," kata Mark dengan tegas dan dingin.
Si wanita hanya memanyunkan kedua sudut bibirnya dengan wajah konyol, "Yah, aku tahu. Ayah sudah menghukummu. Aku juga tidak akan mempermasalahkannya," katanya acuh. Kemudian ia duduk dan melingkarkan pahanya dengan elegan. Sedangkan aku hanya planga-plongo mendengar percakapan kedua makhluk ini.
"Tapi ... kau tahu 'kan? Karena ini adalah pemindahan ilegal, pastinya tidak akan bertahan lama. Paling tidak setelah ambisi jiwa yang dipindah sudah selesai, maka semua akan kembali seperti semula." Wanita itu mengoceh lagi, namun dengan nada yang pelan namun aku bisa menangkap maksudnya.
"Tunggu, apa kau ..." tiba-tiba aku teringat satu hal, "Apa kau wanita yang di toilet itu? Toilet sekolah?!" lanjutku cepat.
Wanita itu menjentikkan jarinya, "Bingo! Ternyata ingatanmu masih bagus," ujarnya tersenyum.
"Kau Dewa Kematian itu?! Tapi, dewa kan harusnya laki-laki dan bukan perempuan?" ujarku sekilas menggumam.
Wanita itu terkekeh, "Kau penasaran?" Tatapannya menatapku erat dan lalu menyungging senyum. Sekali lagi, ia menjentikkan jari. Kemudian bak sulap, seluruh penampilannya berubah menjadi seorang pria dengan pakaian serba hitam dan menggunakan kaca mata bening seperti kaca mata baca.
Aku jadi teringat saat bertemu Mark untuk pertama kalinya, ia juga mengenakan pakaian serba hitam.
Setelah membuatku terpana dengan perubahannya, ia mengeluarkan sebuah buku hitam dari udara yang dipegang oleh tangannya.
"Hei, Mark juga punya yang seperti itu!" ujarku kemudian.
"Tepat sekali! Avael memang mempunyai buku seperti ini, namun hanya sedikit berbeda."
Aku kemudian berkedip sejenak, "Avael? Maksudmu Mark?"
"Ternyata kau tidak memberitahunya nama aslimu, ya?" kata pria ini pada Mark. Mark hanya memandangnya dengan kesal. "Nama aslinya adalah Avael, dan aku Aerol. Kami sama-sama bertugas mencabut nyawa suatu makhluk, hanya saja Avael memiliki kedudukan lebih tinggi dariku. Dan tugas kami sedikit berbeda, ya, contohnya seperti kasusmu," katanya.
"Lalu, apa maksudmu yang tadi? Apa aku akan kembali menjadi kucing jika semua ambisiku saat mendiami tubuh ini tercapai?"
"Benar. Kau akan kembali ke wujud aslimu, dan orang-orang yang telah mengenalmu dengan wujud itu akan melupakanmu."
Seketika aku merasa kecewa. Memang, semua ini semata-mata karena aku ingin membalas perlakuan orang-orang yang membuat Arshea memilih untuk bunuh diri dan meninggalkan aku yang baru saja mempunyai majikan baru dan hidup dirumah baru tanpa perlu merasa kelaparan. Tapi, apa aku akhirnya akan kembali ke jalanan lagi sebagai kucing biasa? Aku tidak sanggup memikirkannya.
"Apa kau tak bisa membuatnya 'legal'?" kataku pelan.
"Hmm..." ia menggumam, "Kau sudah nyaman dengan tubuh ini, kan? Kau tak ingin menjadi ke wujud asalmu lagi dan kembali ke kehidupan lamamu.." katanya lagi.
Aku merasa tertampar dengan fakta bahwa aku enggan kembali menjadi kucing dan hidup dijalanan seperti waktu dulu.
"Bisa saja, namun kau harus berganti tubuh. Karena tubuh yang sekarang adalah terlarang untuk ditinggali dengan cara ilegal."
"Maksudmu?"
"Kau harus menemukan tubuh lain yang sekarat atau bahkan baru saja meninggal. Lalu aku akan membantumu mendiami tubuh itu secara legal hingga efek-efek samping yang terjadi kemungkinan kecil terjadi."
"Efek-efek ... maksudmu?" Aku seketika teringat, dahiku mengerut memikirkannya.
"Aku yakin Mark sudah memberitahumu tentang itu," ujar Areol seraya melirik Mark yang hanya menatap Aerol dengan tegas.
"Yang itu, 'jika kau tidak memakan sesuai dengan jenismu—dalam artian kau seekor kucing dan kau tahu makanan jenismu sendiri—kau akan berubah menjadi gila'" ujar Mark padaku.
"Oh, ya itu! Aku baru ingat," kataku kemudian. "Aku tidak ingat jika selama aku menjadi manusia aku memakan makanan yang tidak disukai kucing. Selama ini aku makan makanan yang biasa dimakan kucing jalanan."
"Tapi apa kau merasakan sesuatu yang berbeda?" tanya Aerol dengan melekatkan pandangannya padaku.
Aku menggeleng singkat, "Tidak. Aku tak merasakan apapun."
Aerol lalu mengeluarkan buah apel dari tasnya dan memberikannya padaku.
"Mari kita lihat efek apa yang terjadi jika kau memakan apel ini," kata Aerol dengan santai.
Mark langsung menepis buah yang dipegang Aerol hingga buah itu terguling ke lantai, "Kau sudah gila ya?! Kau mau mencelakainya?!" teriak Mark.
Suaranya membuatku sedikit tersentak.
"Lho? Aku hanya mau meyakinkan dia. Sepertinya dia tidak percaya."
"Tidak, aku percaya!" Aku menyelak, "Apapun yang bisa membahayakan tubuh ini, aku bisa mencegahnya!" kataku cepat. Makhluk ini tidak main-main.
Aerol mencibir, "Hmph, baiklah. Ingatlah pesanku tadi. Kau tak akan bertahan lama di tubuh itu." Aerol lalu bangkit dan mengubah tubuhnya kembali menjadi wanita.
Aerol lalu mengedikkan bahu, "Yah, karena memang bukan perantaraku." Ia lalu berjalan dan menjentikkan jarinya lalu keadaan kembali seperti semula.
Aku dan Mark hanya menatap kepergiannya. Kemudian Aerol menoleh dan berbalik ke arahku, spontan, Mark langsung sigap menghalangi kami.
"Tenang, aku tak berniat menyakiti karyamu. Aku hanya ingin bilang, selain kau tak bertahan lama di tubuh itu, kau hanya memiliki waktu selama ... enam bulan. Gunakanlah dengan baik," ujar Aerol dan lalu kembali pergi.
"Tunggu! Apa maksudmu enam bulan??!" Aku berteriak namun ia hanya menoleh kesamping tanpa membalikkan tubuh sambil terus berjalan hingga menghilang diantara kerumunan orang saat aku berusaha mengejarnya.
"Mark, apa maksudnya? Enam bulan? Aku cuma punya waktu enam bulan?!" .
"Aku juga terkejut saat dia bilang begitu. Atau mungkin karena kau pemindahan ilegal maka ada waktunya," balas Mark terdengar pasrah.
Aku menghela napasku dengan sangat berat. Waktuku hanya enam bulan, sudah sekitar dua bulan itu berarti aku hanya punya waktu empat bulan. Bagaimana caranya aku bisa membalaskan perlakuan orang-orang terhadap Arshea?
Aku terduduk dan memikirkan semuanya. Sementara Mark membersihkan tumpahan minuman dan serpihan gelas.
"Tunggulah, aku akan bawakan yang baru. Tidak perlu dipusingkan, dia memang suka menggertak," ujar Mark sebelum ia pergi ke dapur.
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/344087293-288-k718993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly I've Become My Master [hiatus]
FantasySetelah insiden bunuh diri itu, majikanku terbaring koma dan meninggal. Aku, sebagai kucing peliharaanya, tidak tega melihat majikanku tertidur dengan begitu pulasnya di peti mati yang berukir warna emas. Aku melihat sosok tampan dengan sayap dan ju...