8 | Tugas

42 28 67
                                    

"Perbuatan jahat mungkin memberikan kepuasan sesaat, tetapi akhirnya hanya akan meninggalkan jejak penderitaan yang tak terhapus."

Kaneisha pergi ke kantin untuk menemui teman-temannya, dia merasa semua ini harus dia ceritakan ke teman-temannya supaya dia lebih lega. Akhirnya dia membawa tas bersama dirinya sendiri ke kantin.

Kaneisha mengeluarkan kata-katanya dengan nada tajam dan sinis, "Guys, gue capek banget sama si Kalea, a new girl! Dia tuh kayak nyamuk yang ga bisa kalo ga digangguin, ngerti ga sih?! Kalea ini kayaknya suka Azriel deh, tapi Azrielnya malah makin deket mulu!"

Nicole, teman dekat Kaneisha yang duduk di sebelahnya, bertanya dengan wajah bingung, "Kei, lo nggak suka si Kalea?"

Dengan mata yang berkilauan karena kesal, Kaneisha menjawab, "Of course, gua ga cuma gak suka, tapi gue benci banget sama dia! Dia tuh seharusnya dijauhin dari Azriel, bukan malah ngikutin! Gue bete banget ngeliatnya!"

"Okay, so what u wanna do Sha?" sahut Clarisse, teman yang duduk didepannya.

Dengan senyum jahat, Kaneisha menjawab, "Gue mau bikin si Kalea ngerasain apa yang dia lakuin ke gue tuh salah banget! Gue bakal bikin dia ngerasain penderitaan kayak yang dia kasih ke gue!"

Angel, teman yang duduk di ujung meja menunjukkan kekhawatirannya, "But how?"

Dengan mata yang bersinar, Kaneisha menjawab, "Gue bakal cari cara buat bikin hidup dia jadi neraka! Gue ga bakal biarin dia tenang deket-deket Azriel!"

Nicole menggeleng, "Jahat juga ya, Kay."

"Sumpah, gue ga peduli! Si Kalea itu bener-bener pantas dapetin balasan! Dia udah bikin gua emosi." Kaneisha berkata dengan penuh kebencian.

Setelah 5 menit tidak ada perbincangan apapun, akhirnya Kaneisha membuka topik lagi, yaitu rencana jahat untuk Kalea.

Kaneisha tiba tiba mengumumkan dengan nada serius, "Guys, i have a plan buat bikin hidup si Kalea jadi kayak di neraka!"

Nicole yang tertarik pun menutup ponselnya dan bertanya, "Eh, serius? What's the plan, Kei?"

"Tapi, Sha apa itu nggak terlalu kelewatan, secara dia masih anak baru kan?" Clarisse menyela dengan nada khawatir.

Tanpa terpengaruh, Kaneisha menjelaskan, "I don't care, gue bakal mulai dari social issolation. Gue mau si Kalea ngerasa kayak lagi dijauhin sama semua orang."

Kekhawatiran terdengar dari suara Angel saat dia bertanya, "Terus, apa lagi?"

"Ya, gue juga bakal coba sabotage akademisnya," Kaneisha melanjutkan, tekadnya jelas terpancar. "Nanti gue bikin dia merasa kayak ga bisa capai apa-apa di sekolah."

Nicole menyuarakan kekhawatirannya, "Wah, itu kayaknya agak kasar ya, Kei."

"Pokoknya dia harus ngerasain apa yang dia lakuin ke gue. Gue ga bakal kasihan sama dia!" Kaneisha menjawab dengan tegas.

Dalam percakapan itu, Clarisse menyuarakan kekhawatirannya, "Lo yakin, Kei? Kita ga mau bikin masalah yang lebih gede kan?"

Kaneisha yang nekat langsung mengkonfirmasi, "Of course, si Kalea bakal tau siapa yang harus dia hadapi kalo dia main-main sama orang yang salah!"

Andai aja saat itu Kaneisha tau kalo perbuatannya bisa bikin Azriel lebih berpihak kepadaku, mungkin dia tidak akan melakukan hal itu.

***

Setelah sampai dirumah Azriel, aku memandang sekeliling rumah Azriel dengan rasa ingin tahu yang tak terbendung. "Rumah lo gede juga."

Azriel menggeleng pelan, matanya melayang ke sudut ruangan. "Biasa aja sih."

Aku dan Azriel hanya diem-dieman, karena kita bingung konsepnya harus gimana, kalo ga kepaksa banget buat tugas juga aku sebenernya mager banget kesini.

Aku memecahkan keheningan dengan suara bersemangat. "Azriel, kayaknya kita butuh konsep dulu buat videonya. Kita mau ambil tema Pancasila yang mana?"

Azriel memutar otaknya sejenak sebelum menawarkan ide. "Gua mikir kita bisa fokus ke Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Gimana menurut lo?"

Kalea mengangguk setuju, namun masih mencari cara untuk membuatnya menarik. "Hmm, bagus juga sih. Tapi gimana kita bisa tampilin tema itu dalam bentuk yang menarik?"

Azriel menggaruk kepalanya, mencoba merangkai konsep di dalam pikirannya yang sangat suntuk itu. "Kita bisa bikin cerita tentang anak muda yang lagi berjuang mempertahankan keimanan dan hadapin rintangan hidup. Gitu aja kayaknya."

Aku mengerutkan keningku, "Yaelah cringe amat sih, tapi yaudahlah gua gaada ide lagi soalnya."

"Tapi kita butuh lokasi yang sesuai dengan cerita kita," lanjutku.

Azriel langsung menyodorkan solusi. "Gue udah kepikiran. Di sekitar sini ada hutan kecil yang cocok jadi latar. Kita bisa ambil video di sana."

Kita mulai membuat rencana detail untuk proses syuting, termasuk skenario, lokasi pengambilan gambar, dan pembagian tugas.

Saat mereka sedang berdiskusi, pintu rumah terbuka dan seseorang masuk.

Suara heran terdengar dari seseorang di ambang pintu. "Eh, ada apa ini? Azriel, siapa dia?"

Azriel tersentak kaget. "Mama...?"

Voke, yang tak lain adalah mama Azriel, melangkah masuk ke dalam ruangan dengan pandangan tajam. "Kenapa ada cewek di sini? Dan kalian lagi ngapain?"

Azriel berusaha menenangkan diri, meskipun terlihat panik. "Ini temen sekolah, Ma. Kita lagi bikin proyek video."

"Eh, Azriel, kenapa kamu tumben kerja kelompok sama cewek ini? Kan lebih baik kerja sama Kaneisha, dia kan teman dekatmu yang pintar.

"Ma, ini bukan tugas kelompok lagian, ini tugas khusus untuk ketua dan wakil kelas, dia ketuanya, dan ini semua gak ada hubungan apa-apa sama Kaneisha. Dia sibuk sendiri," bantah Azriel yang membuatku kaget bahwa suaranya mirip sekali dengan seseorang yang pernah membuatku masuk rumah sakit.

"Hmm, tapi lebih baik kamu aja yang cari teman kerja kelompok, daripada... begini."

Aku yang mendengar hal itu secara ga langsung kesinggung, dan mencoba untuk meluruskan dengan mamanya.

"Maaf, tante, aku sama Azriel juga memang ditugasi sama Bu Deswita buat kerjain drama Pancasila ini," jelasku.

"Mama ga sopan banget sih, ga semua hal tentang Kaneisha mah, aku yang ngajak Kalea kesini."

Dari perkataan Azriel barusan membuatku semakin bertanya-tanya sebenarnya ada hubungan apa Azriel dengan Kaneisha.

"Maaf Kalea, tante tidak bermaksud membandingkan kamu dengan Kaneisha, kayaknya tante kecapean aja, tante keatas dulu ya."

"Azriel, kerjain yang bener, jangan aneh-aneh."

Aku dan Azriel sibuk membuat naskah drama dan properti yang harus digunakan sebelum berangkat ke tempat syuting. Hingga kami pun lupa waktu.

Published : 23 March 2024

900 words

Sebelum Menjadi Titik ( FULL REVISI ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang