07. Jadi, jawabannya?

375 52 6
                                    

Fabian mengusap kasar rambut di kepala-nya dengan kedua tangannya. Merasa kesal sekaligus frustasi dengan apa yang tengah dilakukannya saat ini.

Hari ini adalah hari rabu dan kelas Fabian memiliki pelajaran Matematika pada jam ke-3, setelah waktu istirahat berakhir.

Pada awalnya, tidak ada masalah dengan hal itu. Tapi segera hal itu menjadi masalah bagi Fabian, saat ia mengingat bahwa ia lupa mengerjakan PR Matematika yang harus segera dikumpulkan hari ini juga.

Dan waktu yang dimiiki Fabian untuk mengerjakan 5 soal tugas Matematika-nya itu, adalah 45 menit. Waktu yang terbilang sangat singkat untuk mengerjakan soal matematika yang jawabannya beranak-pinak.

Menghela nafas lelah, Fabian kemudian meletakkan Pulpen di tangannya ke atas meja dengan agak kasar. Sedangkan ke-2 matanya menatap tajam pada deretan soal Matematika yang ada di buku LKS-nya. Seolah-olah ia telah sangat memusuhi soal-soal hitungan yang membuat kepalanya pusing itu.

Fabian sebenarnya merupakan salah satu murid teladan dan Pintar di sekolah-nya. Itu dibuktikan dengan ia yang lulus ujian masuk sekolah ini dan menempati kelas unggulan yang diisi oleh orang-orang cerdas. Tidak hanya itu, Fabian bahkan selalu menempati peringkat 10 besar dari seluruh angkatannya di sekolah ini.

Tapi meskipun termasuk cerdas dan berada di peringkat 10 besar, itu bukan berarti Fabian menguasai semua pelajaran dengan sangat baik dan bukan berarti tidak ada pelajaran yang tidak ia sukai pula.

Karena pada kenyatannya, Fabian tidak menguasai Matematika dengan baik dan tidak pula menyukai pelajaran yang selalu membuat otaknya pusing dengan segala rumus dan perhitungannya yang sangat rumit tersebut.

Memangnya kenapa lagi Fabian mengambil kelas Bahasa?

Itu karena ia tidak ingin menyiksa dirinya dengan mengambil kelas Matematika dan IPA, dimana pelajarannya pasti akan sangat memberatkan otak-nya dengan segala jenis rumus dan perhitungan yang menjadi pelajaran utama dari kelas tersebut.

Mengerjakan soal dasar Matematika dan Fisika saja ia sudah pusing 7 keliling, bagaimana dengan soal yang lebih kompleks lagi?

"Sisa 25 menit lagi dan gue baru nyelesaikan 2 soal doang. Itu pun gue gak yakin hasil coretan hitungan gue bener atau enggak," Fabian bergumam lesu, saat ia melihat jam dinding di dinding kelas-nya.

Ya. Fabian mengerjakan tugas rumah-nya itu di kelas. Duduk seorang diri di meja-nya, tanpa ada seorang pun yang menemaninya. Karena tampaknya, semua teman-teman kelasnya sudah menyelesaikan pekerjaan rumah mereka dan saat ini sedang makan di kantin atau bersenang-senang di luar kelas.

Hanya Fabian sendirilah yang bernasib mengenaskan seperti ini. Terjebak di dalam kelas seorang diri, dengan PR Matematika yang tidak sempat ia kerjakan semalam karena ketiduran.

Menghela nafas lelah lagi untuk ke-sekian kalinya dalam 20 menit terakhir, Fabian kemudian kembali meraih pulpen-nya. siap untuk lanjut menyelesaikan soal berikutnya.

Tapi sebelum Fabian dapat membaca soal ke-3...

Tok..

Tok..

Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pelan dari pintu kelas-nya. Membuat Fabian pun refleks menolehkan kepala-nya ke pintu kelas.

Dan Fabian pun tersentak kaget dengan kedua bola mata melebar setelahnya, saat ia mendapati sosok yang tidak terduga tengah berdiri di ambang pintu kelasnya.

Lucianna Zaphire, adalah sosok tidak terduga tersebut. Gadis tomboy yang sepertinya belakangan ini punya semacam hobi untuk datang mengejutkan Fabian.

"L-Lu-Lucian?!" Fabian tanpa sadar menyuarakan nama tersebut. Mendadak jadi gagap karena saking terkejutnya dengan kehadiran sosok Lucian.

FEMDOM : LUCIANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang