08. Dapet Restu?

409 49 3
                                    


Fabian mematut penampilan dirinya sendiri di hadapan cermin Fullbody di kamarnya. Memutar pelan tubuhnya ke kiri dan ke kanan untuk melihat penampilannya dari setiap sisi tubuh yang berbeda, sambil sesekali juga memperbaiki tatanan rambutnya.

  Pagi itu adalah hari minggu dan Fabian memiliki janji di luar. Karena ia memanglah orang yang rapi dan selalu memperhatikan penampilannya, maka tak heran jika sejak 1 jam yang lalu ia telah bersiap-siap untuk tampil sebaik mungkin saat berada di luar rumah.

Celana jeans abu-abu tua selutut, kaus putih polos lengan pendek yang dipadukan dengan kemaja hitam lengan pendek sebagai outer, sepasang sepatu sneakers berwarna putih berpadukan hitam, jam tangan silver melingkar di pergelangan tangan kirinya dan tas selempang kecil berwarna hitam yang biasanya ia gunakan untuk meletakkan kamera dan lensa tambahan, adalah pilihan pakaian dan aksesoris yang Fabian kenakan untuk rencana berpergiannya di hari minggu ini.

Dan karena Fabian memang memiliki wajah yang tampan, tubuh yang tinggi dan kulit yang cerah, tentu saja hampir segala jenis pakaian akan terlihat baik dan cocok saat ia kenakan.

Tok.. Tok..

Mendengar bunyi ketukan pintu tersebut, Fabian yang awalnya tengah merapikan kemeja yang dikenakannya, pun refleks menolehkan kepalanya ke pintu masuk kamarnya.

"Fabian, Mama masuk ya?" kata suara dari luar pintu kamar Fabian tersebut, yang ternyata merupakan suara Ibu-nya.

"Masuk aja, Ma!" Fabian membalas, dengan sedikit meninggikan nada suaranya.

Ceklek..

Pintu kamar berwarna putih susu itu akhirnya terbuka dari luar, menunjukkan sosok wanita cantik berusia 40an, dengan pakaian rumahan sederhana dan rambut panjang yang ditengos rapi. Ia adalah ibu Fabian, Amelia Geovano.

"Kenapa, Ma?" Tanya Fabian, begitu sang Ibu melangkah masuk ke kamarnya dan mendekatinya.

  Tapi bukannya menjawab pertanyannya, Ibunya itu malah mengulas senyuman yang tampak aneh di wajahnya.

Meihat senyuman aneh dan mencurigakan di wajah sang Ibu tercinta, kening Fabian pun mengerut bingung.

"Ada yang nyariin tuh, diluar," kata Amelia kepada Putra semata wayang-nya itu. Ada nada menggoda dalam suaranya, yang membuat kening Fabian semakin mengerut bingung.

"Nyariin aku? Siapa?" tanya Fabian, yang malah membuat ekspresi wajah Ibu-nya itu semakin terlihat aneh.

"Cewek. Cakep orangnya. Katanya ada janji sama kamu hari ini. Hayooo, anak Mama mau pergi kencan, ya?" kata Amelia, yang diakhiri dengan sodokan menggoda di pinggang Putra kesayangannya.

Tersentak atas sodokan telunjuk sang Ibu di pinggangnya, Fabian pun segera menepis tangan Ibu-nya itu.

"Kencan apaan sih, Ma? Gak ada yang begituan! Aku gak ada janji kencan sama siapa pun!" bantah Fabian, sembari menggelengkan kepalanya juga.

Dan seolah baru saja berhasil memproses apa yang telah sang Ibu katakan sebelumnya, Fabian tampak tersentak dengan kedua mata membola lebar.

Yang datang mencarinya adalah seorang perempuan cantik yang mengaku memiiki janji dengannya hari ini?!!

"Ih, gak usah malu gitu kamu! Ngaku aj..

"LUCIAN?!!' Fabian tanpa sadar berseru keras, yang membuat Ibunya terlonjak kaget dengan seruannya itu.

"Ya ampun! Ngapain teriak-teriak begi..

Dan seolah tidak mendengarkan apa yang Ibunya itu katakan, Fabian tiba-tiba saja meraih tas selempangnya di atas kasur dan segera melesat pergi keluar dari kamarnya dengan langkah kaki yang terdengar begitu terburu-buru. Meninggalkan sang Ibu seorang diri di kamarnya. Terdiam dan sedikit menganga akan apa yang baru saja terjadi.

FEMDOM : LUCIANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang