02. RANSOM

1.3K 155 11
                                    

"IBU!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"IBU!!!"

Nana mendudukkan dirinya dan nafasnya memburu kala kembali memimpikan kejadian tragis yang menimpanya 14 tahun yang lalu.

Dimana Ibu-nya mati dalam kobaran api yang melalap habis hutan tempat mereka tinggal itu.

"Minum dulu" ujar seseorang pada Nana.

Nana mendongak dan mendapati seseorang yang memberinya segelas air putih.

Nana dengan tangannya yang tremor menerima gelas itu.

Orang tersebut duduk di tepian kasur Nana.

"Memimpikan Ibu mu lagi?" Tanya-nya yang di balas anggukan oleh Nana.

"M-maaf Paman Baik" ujarnya terbata.

"Berhenti meminta maaf akan hal yang bukan merupakan kesalahan mu" ujar pria dewasa berumur 29 tahun itu.

"T-tapi Paman Baik pasti terganggu karna Nana berisik" ujar Nana merasa bersalah.

Orang tersebut mengangguk paham, karna memang suara Nana yang terus memanggil Ibu-nya itulah yang membawanya masuk ke dalam kamar Nana.

"Gapapa, lebih baik kamu tidur lagi, ini baru jam 2 pagi" ujar orang tersebut.

Nana mengangguk.

"Baik Paman Baik" balas Nana patuh.

Orang tersebut mengangguk dan berlalu dari sana.

Pintu kamar tertutup.

Nana menghela nafas.

Dia selalu seperti itu, selalu memimpikan kejadian mengerikan di masa lalu itu.

Nana tidak yakin ia bisa melupakan tragedi mengerikan itu yang merenggut kebahagiaan satu-satunya yang ia miliki.

Nana di tampung oleh orang yang menyelamatkannya waktu itu.

Orang yang memikulnya dan membawanya pergi menjauh dari hutan terbakar itu.

Paman Baik Nana menyebutnya.

Karna kalau semisal ia tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam hutan, mungkin ia sudah ikut hangus terbakar di sana.

Karna memang mustahil untuk dirinya menyelamatkan sang Ibu, selain karna kobaran api yang begitu besar, tubuhnya yang juga sangat kecil waktu itu juga menjadi penghalang untuknya menggendong Ibu-nya keluar dari hutan.

Nana pernah bilang pada Paman Baik yang tadi memberinya minum itu, kalau dia lebih baik ikut mati bersama Ibu-nya waktu itu.

Tapi Paman Baik yang bernama Jeno itu bilang kalau semua sudah di takdirkan dan tidak baik untuknya menyalahkan takdir.

Jeno juga bilang Tuhan pasti ada rencana terbaik di kedepannya untuk hidupnya.

Dari situ Nana sadar kalau mungkin dia di takdirkan hidup sebatang kara setelah melalui hidup bahagia bersama Ibu-nya.

RANSOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang