Cahaya 4 : Ku Pikir Kau Meninggalkannya

124 16 1
                                    

Dinginnya malam ini tak bisa dirasakan oleh Dika. Angin yang bertiup cukup kencang juga tak cukup kuat merasuk ke tubuh dika yang kini sudah basah oleh keringatnya, keringat yang keluar karena Ia berlarian kesana kemari.

Kenapa ? Karena Dika mencari si bocah itu tentunya.

Sudah beberapa gang Ia lewati, beberapa komplek juga Ia sudah selidiki, tapi hasilnya ? Nihil. Dika belum bisa menemukan bocah itu. Ah jangan kan bocah, pikiran tentang kenapa Ia khawatir pada bocah itu saja belum Ia temukan.

Hehh

Dika mencoba berhenti untuk sejenak, menormalkan nafasnya yang semakin memburu. Sesekali Ia juga mengacak rambutnya dan berpikir jernih.

.

.

Segukan masih bisa terdengar di sekitar lampu yang sedang bocah itu singgahi. Suaranya terdengar begitu pilu dan dalam bagi siapa saja yang bisa mendengarnya dan bisa melihat bocah itu tentunya.

Mungkin siapapun yang bisa mendengar tanpa melihat bocah itu akan langsung lari terbirit-birit, apalagi suasana juga sangat mendukung dengan lampu yang berkedap kedip. Ah apakah lampu itu tahu ada makhluk tak kasat mata, yang hanya bisa dilihat oleh Dika--sampai saat ini-- yang sedang duduk di bawah dirinya ? Entahlah.

Bocah itu masih menangis. Sesekali juga menengok untuk sekadar melihat barangkali ada orang yang menghampirinya. Ia lupa bahwa tak ada seorangpun yang melihatnya, atau mungkin Ia benar-benar tak tahu kalau Ia sendiri makhluk kasat mata. Kasihan sekali Dia.

"Ibuu... Hiks" Ucap bocah itu yang kini memeluk erat kedua kakinya karena udara malam sudah masuk dari rongga pori-pori kulit kuning langsatnya.

"H-hei... Assalamualaikum" sebuah suara muncul di sana. Dari suaranya yang lembut, bisa dipastikan kalau si pembuat suara itu adalah seorang perempuan.

Tapi Bocah itu masih sibuk dengan pelukannya yang semakin erat saja, mengindahkan sapaan perempuan itu. Ah iya, kan tidak ada yang bisa melihatnya kecuali Dika, bagaimana mungkin perempuan tadi berbicara pada bocah itu ?

"Permisi" kembali Suara itu terlontar dari mulut manis nan ranum milik perempuan tadi.

Siapa dia ? Apa dia benar-benar bisa melihat bocah itu ? Secara, tangan kanannya kini sudah menepuk cantik pundak dari bocah kecil, membuat bocah itu merasakan sensasi hangat tersendiri, dan tentunya menoleh ke arah perempuan yang tadi menepuk pundaknya

"K-ka--"

.

.

Jam yang ada di tangan Dika Ia lirik sejenak, sembari mengatur nafas. 21:30, begitulah angka yang tertera di jam tangan biru kesayangannya. Melihat ini Dika tambah frustasi. Malam sudah semakin larut, tapi tanda-tanda keberadaan si bocah itu belum diketemukan olehnya.

"Ah sial" Ucap Dika yang seketika meninjukan tangan kanannya.

Brangkkk

Sebuah tinjuan frustasi dika yang Ia lesatkan ternyata mengenai pagar milik seseorang di sana. Untung saja si penghuni rumah tidak mendengar itu, dan untung saja nya lagi, Dika mendengar sayup-sayup seperti suara bocah, bocah yang Ia kenal, bocah yang hanya bisa dilihatnya.

Dengan langkah yang cukup pasti Dika mencoba mengikuti arah dari suara itu. Semakin dekat, suara itu pun semakin jelas, semakin jelas bahwa bocah itu seperti sedang berbicara dengan... Seseorang ? Tunggu, bukankah hanya dika yang bisa melihatnya ? Tidak ada orang selain dika yang bisa berkomunikasi dengannya. Jangankan komunikasi, melihat pun tak bisa. Lalu dengan siapa Ia mengobrol ? Apakah temannya dari dunia lain juga ? Ah Dika rasa bebannya akan bertambah lagi.

Helaan nafas keluar dari mulut Dika. Ia juga sedikit menguatkan mentalnya jika saja benar kalau yang sedang mengobrol dengan bocah itu berasal dari dunia yang sama dengan bocah itu.

Perlahan Ia mulai mengintip atau melirik ke sisi jalan di mana suara itu berasal.

Ah benar sekali, di sana, di bawah lampu jalan kedap kedip itu, ada dua orang, lebih tepatnya seorang bocah dan seorang perempuan.

Dika tahu bocah itu adalah bocah yang Ia cari, tapi bagaimana dengan perempuan itu, perempuan dengan hijab berwarna merah muda itu. Lampu kedap kedip itu membuat pandangan Dika akan perempuan itu agak samar-samar.

Dika sangat penasaran walau dia tahu resikonya jikalau perempuan itu adalah temannya bocah dari dunia lain. Langkahnya Ia percepat.

"BOCAH" pekik Dika keras memanggil bocah, membuat yang merasa dipanggil menolehkan wajahnya lalu tersenyum sangat lebar, lebar sekali bahkan sampai bibirnya mentok tak bisa mengembang lagi.

Tapi, pekikan dari Dika tadi tidak hanya yang merasa namanya dipanggil saja yang menoleh, si gadis itu, gadis dengan hijab pink itu juga menoleh ke arah dika, menampilkan wajahnya yang manis, dan itu sukses membuat dika langsung mematung.

"Z-zahra" sebuah nama meluncur dari mulut Dika.

"Dika"

"K-kamu... Bi-bisa meli... Maksudku se-sedang apa kamu di sini ?" ucap Dika yang sedang memeluk erat bocah itu sambil sesekali mengusap rambut bocah.

"O-oh... A-anu, tadi aku lewat sini, dan melihat dia menangis sendirian. K-ku pikir kau meninggalkannya"

Deg

Mendengar kata 'melihat' yang terucap dari mulut Zahra membuat hatinya sedikit berguncang. Sebuah pertanyaan pun muncul di benaknya : apakah Zahra juga bisa melihat Bocah tengil ?.

"Tidak, kak Dika tidak meninggalkan ku" ujar bocah tengil seraya melepaskan pelukannya. Dika juga sedikit tersadar setelah tadi sebuah pertanyaan masuk begitu saja di benaknya. "Aku saja yang bandel jadi bisa lepas dari pengawasan kak Dika, iya 'kan kak ?"

"Bisa aja kamu" Dika mencubit pipi mungil bocah tengil. Zahra juga hanya tersenyum simpul. "O-oh, sebenernya aku masih ingin bicara denganmu Za, t-tapi ini sudah malam, mungkin abimu sudah mencari mu. Jadi... besok ya"

"Mhh" Zahra mengangguk paham.

Keduanya pun pulang ke tempat mereka masing-masing, berharap esok tak seburuk yang mereka atau lebih tepatnya Dika bayangkan. Secara kini bukan hanya Dika saja yang melihat bocah tengil itu, tapi juga Zahra. Sebuah pertanyaan besarpun muncul seraya langkah kaki mereka yang semakin jauh.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

pyuh pyuh pyuh / ngelap keringet / apdet juga ternyata.

oke deh yoyo cuma mau ngingetin kalo suka sama nih chap yoyo minta votenya ya hehe

yoyo juga yakin kalo banyak kesalahan atau kekurangan jadi mohon comment dan nasihatnya ya kakak kakak / duh yoyo banyak maunya ya //plak/

oke, see you next chap minna-san

Selasa, 30 Juni 2015

natsu no HOTARU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang