Cahaya 5 : Ada yang lain?

130 16 5
                                    

Chap ini yoyo persembahkan kepada... badumtes... @Chaphine

yeaayy... moga sang legend chaphine suka ^^

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Angin silir menerbangkan beberapa helai rambut Dika. Beberapa kicauan burung serta aktifitas beberapa serangga menemani dan sedikit mengurangi kejenuhan dika--kejenuhan karena menunggu Zahra.

Dika kini sudah berada di belakang sekolahnya atau lebih tepatnya di bawah pohon besar nan rindang. Tadi malam Dika dan Zahra membuat janji untuk bertemu disini untuk membahas hal aneh yang baru saja mereka alami. Hal aneh tentang penglihatan mereka akan si bocah itu.

Punggung Dika yang mulai lelah Ia sandarkan ke pohon itu. Sesekali jari tangannya membuka Hp miliknya.

"Assalamualaikum,M-maaf Dik" suara Zahra tiba-tiba saja terdengar yang kemudian diikuti batang hidungnya yang mulai nampak.

"Walikumsalam warahmatullah, gapapa paling juga akunya lumutan dikit," sahut Dika yang membuat Zahra sedikit terkekeh,"Ah mungkin kita langsung ke intinya saja. Kapan kau bisa melihat bocah itu?"

"Tentu saja semenjak kami bertemu kemarin"

"Waktu di lampu lalu lintas itu?"

"Ya, memang kenapa?"

"Entahlah, aku juga bingung njelasinnya," Dika kembali menyender di pohon itu,"Jujur aku juga masih belum paham. Bahkan sekarang, kau juga bisa melihatnya"

"A-aku belum bisa menangkap apa yang kau bicarakan dik. Melihatnya? Siapa? Bocah itu?"

"Kau tahu? Dia makhluk kasat mata, lagi parahnya hanya kita berdua yang bisa melihat bocah itu"

"T-tung---"

"Aneh bukan? Ya aku juga masih bingung dengan ini, bingung banget"

"Ak-aku masih harus mencerna semua ini. A-aku... Baiklah jikalau itu adanya. Tapi, kamu yakin kalo... Maksudku kenapa Dia ada di hidup kita atau cuma kita yang bisa lihat dia?" Dika diam tak bisa menjawabnya. Obrolan ini ternyata sia saja. Dika kira dia akan sedikit terbantu dengan adanya Zahra. Ternyata malah Zahra yang bertanya pada Dika, "Tapi aku kira dia mirip denganmu Dik"

"KAKAK," ucap Bocah dari kejauhan. Tangannya Ia lambaikan seraya mempercepat langkah kakinya menuju ke arah dika dan zahra,"Uh, aku cariin kemana-mana ternyata malah mojok disini"

" ... "

Dika masih diam dan menunduk memandangi semut-semut yang jalan di depan kakinya. Berbeda dengan dika, Zahra menanggapi sapaannya dengan sedikit senyum. Ya masih untung ditanggapi, tidak seperti dika.

"Aku tadi nyariin kalian berdua tahu, kesana kemari gak ketemu. Untung ada kakak cantik yang mau kasih tahu aku"

Mata Zahra sedikit membesar. Mulutnya juga agak menganga.

Dika? Dia kini langsung mengakui keberadaan bocah. Kepalanya yang tadi tertunduk kini Ia hadapkan ke arah bocah itu. Siapa? Siapa lagi yang bisa melihatnya? : pikir Dika.

.

.

Dengan tergesa-gesa Dika pergi ke kelas anak yang tadi dikatakan oleh bocah yang telah menunjukan dimana keberadaan dika dan zahra. Kenapa? Karena ia telah menunjukan tempat mereka berdua? Bukan, Dika menghampiri anak itu karena Ia tentu saja bisa melihat bocah itu juga.

Langkahnya masih terburu. Dika bahkan sampai lupa bahwa Ia sedang menyeret--bahasa halusnya menggandeng lalu Ia bawa dengan cepat--Zahra.

"Yo Dika, itu pacul kamu?" ucap Adi menyapa Dika yang masih tergesa.

Namun Dika mengindahkannya begitu saja dan terus melangkah ke arah kelas yang ditempati anak itu--kelas Dika juga.

"CHA" pekik Dika cukup keras ketika Ia sudah berada di depan kelas.

Beberapa orang bahkan hampir semua anak yang berada di kelas itu sontak melirik tajam ke arah Dika, termasuk si empunya nama yang tadi diucapkan dika. Namun Dika tak peduli, yang Ia pedulikan kini hanyalah Icha. Gadis berambut pendek dengan pita disana yang sedang bergosip ria bersama dua temannya.

"Eh eh tuan seme tuh" ucap gadis jidat lebar saat dika sudah dekat.

"Ma... AAAA" jerit Icha saat tangannya tiba-tiba saja digenggam sangat kuat oleh Dika.

Dengan tenaga yang cukup, Dika langsung menarik Icha bangun dari kursinya. Ia kemudian langsung membawa dia--dan juga Zahra tentunya--keluar lagi dari kelas itu.

Namun itu tak berlangsung lama, Icha dengan segera mencoba melepaskan cengkraman tangan Dika. Beberapa kibas dan akhirnya lepas juga.

"Hei, apa-apaan ini?," pekik Icha cukup keras,"Aku hanya menunjukan jalan ke bocah malang itu yang mencari kalian. Apa aku salah?"

Icha sedikit melirik ke arah bocah yang kini tengah mengintip takut di balik badan Dika.

"Jadi benar kau bisa melihatnya" dengus Dika frustasi.

Apa ini? Ah beban Dika bertambah lagi.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

weww... apdet lagi.

pengennya sih apdet AW sama GL tapi ide yang nongol nnH ini mulu jadi ya... ya gitu deh hahah. Oh iya yoyo udah mudik loh yeayyy / gak ada yang nanya somplak/

oh iya yoyo sangat berharap vote dari kakak-kakak, terlebih lagi komennya behhh sangat yoyo harapkan

sip, ditunggu aja ya lanjutannya hehe

natsu no HOTARU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang