18.tragedi tetangga

540 9 0
                                    

Cika merasa badannya yang memeluk dari belakang dengan enggan Cika membuka matanya,ternyata Akbar merengkuh pinggang Cika erat

"Bang ," gumam cika setengah sadar.

"Em"

"Pengen minum,haus bang."

Dengan enggan Akbar berdiri, mengambil air untuk Cika,setalah mencuci wajah nya Akbar kembali segar,

"Nih."

Akbar membantu Cika duduk,Cika meneguk Air hingga habis.

"Kenapa,?mimpi buruk?"tanya Akbar mengelus lembut kepala Cika.

Cika mengangguk pelan, memeluk erat pinggang Akbar.

"Kita akan nikah.bukan di negara kita melainkan di negara ini."ucap Akbar tiba-tiba.

Cika mendongak melihat wajah sang Abang lambat,"apa kata orang nanti bang."

"Jangan dengerin kata orang."

Dengan tatapan sayu Cika menatap dinding "Cika ingin kemakam ibu,setelah ini kita pulang ya kak."ucap Cika penuh harap.

Akbar mengelus lembut rambut Cika"nanti setelah baby kita lahir."

Akbar menatap perut Cika yang mulai berisi lalu mencium nya"jangan nakal ya di perut mommy."

Cika menatap Akbar terharu,ada rasa bahagia memuncak dalam dada Cika,namun lain halnya dengan pikiran Cika yang kurang tenang.

"Sekarang tidur ya."ucap Akbar lembut.

Cika menggangguk dan kembali berbaring,akbar hanya menatap Cika sendu,

Drrrr

Deringan telpon membuyar kan lamunan Akbar,dengan pelan Akbar berani dari tempat tidur dan mengangkat telpon di luar

Dengan hati-hati Akbar menutup knop pintu akar Cika tak terganggu.

"Ya."

"Tuan berita anda mengenai hubungan dengan nona Cika telah sampai ke telinga tetangga,mereka merencanakan akan mengusir tuan dari tempat tinggal tuan."

"Pastikan mereka mendapatkan hukuman.buat perusahaan mereka bangkrut."ujar Akbar datar

"Bagaimana dengan perusahaan tuan yang ada di negara ini,apa tuan Masi akan melaksanakan program yang di buat ibu tuan dahulu atau tuan akan menetap di sana."

"Saya akan menetap disini bersama Cika,saya ingin kamu menghendel pekerjaan di sana, ingat mata-mata saya ada di sana jangan sekalipun berbuat curang!"desis Bean

"Iya tuan saya mengerti."

Setelah panggilan tertutup Akbar menarik nafas dalam,banyak pekerjaan yang harus Akbar selesai kan,

Akbar kembali ketempat tidur mencoba mencari posisi nyaman berbaring di samping Cika,

Tangan Akbar mengelus lembut perut Cika yang mulai membuncit.

Di satu sisi Akbar bahagia menjadi orang tua,namun di sisi lain Akbar Masi takut dengan apa yang akan terjadi kedepannya.

Dengan pelan Akbar mencoba menutup mata,namun nihil mata Akbar terus terbuka,rasanya setelah tadi bangun Akbar tak bisa lagi tidur

"Sial."gumam Akbar pelan

Tidur Cika terusik merasa ada yang mencoba membangun kannya

"Kenapa bang."ucap Cika dengan suara serak karna ngantuk.

Akbar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Abang susah tidur."

Mendengar itu Cika mengernyit bingung,bukankah tadi Akbar ngantuk berat.

"Anu cik,Abang boleh nggak,,,?"Akbar dengan gugup mengatupkan tangan

Cika menatap Akbar dengan ekspresi kebingungan.

"Boleh apa bang?"tanya Cika heran

Akbar jadi salah tingkah sendiri ,membelai lembut tengkuk nya

"Boleh main."ucap Akbar se pelan mungkin

Hal itu benar-benar membuat Cika bingung,tumben sang Abang meminta izin main.

"Main apa bang malam-malam begini."ucap Cika setengah mengantuk,bahkan mata Cika tampak sangat kesulitan untuk di buka.

"Main kuda-kudaan."

Cika terduduk mendengar perkataan sang Abang"Abang mau main kuda malam-malam begini."

"Bukan olahraga ranjang."ucap Akbar langsung mendekat kia,

Oh, astaga kia paham sekarang.

HANCUR💔<END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang