Bab 3

34 5 0
                                    

29 September 2025, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

"Arlene. Tangan mungilmu sangat cantik, apakah aku boleh menggambar sesuatu di sini?" Suara gadis kecil itu berbisik lembut.

Arlene terkejut, ia langsung melihat ke segala arah. Michelle yang duduk di bangku sebelah keheranan. Arlene terlihat seperti dirinya melihat sosok hantu. Wajahnya pucat, dan keringat dingin membasahi seluruh tubuh Arlene.

"Apa kau tidak dengar itu!?" Tanya Arlene takut.

"Ti-Tidak, aku tidak mendengar apapun. Apa kau baik-baik saja?" Michelle juga menjadi takut melihat gelagat Arlene yang mulai menjadi aneh semenjak terakhir mereka pergi ke Pakuwon Mall. Ia memegang kedua lengan Arlene.

Beruntung sekarang adalah jam istirahat makan siang. Gelagat aneh Arlene tidak menarik perhatian siapapun terkecuali sahabatnya--Michelle. Semenjak ia melihat gadis kecil tersebut, Arlene menjadi sering mendengar bisikan lembut dari seorang gadis kecil. Arlene juga kerap berhalusinasi melihat gadis kecil yang sama yang ia lihat sehabis pulang dari Pakuwon Mall. Ia cukup tertekan dengan keadaan ini, dan dirinya juga belum menceritakan apa yang dialaminya ke kedua orangtua Arlene.

Kezia pun datang menghampiri meja Arlene dan Michelle sambil membawa banyak sekali cemilan. "Sial! Kantin Ibu Lilik ramai sekali, bahkan aku harus beradu mulut dengan kakak kelas karena menyerobot antrian." Kezia datang juga dalam kondisi bersimbah keringat. Ia langsung menjatuhkan semua cemilan dan jajanan yang ia beli tadi di meja mereka.

Arlene hanya mematung melihat Kezia. Tatapannya sedikit kosong dengan wajah pucat.

"Ehm.. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Kezia sambil melambaikan tangannya tepat di wajah Arlene. "Apa kau sedang tidak enak badan?"

Kezia menempelkan telapak tangannya di kening Arlene. "Uhh.. Badanmu tidak panas."

"Aku tidak apa-apa," balas Arlene tersenyum kecil. "Belakangan ini aku selalu mendapatkan bisikan dari gadis kecil. Bahkan aku juga pernah melihatnya berlari di dalam rumahku." Arlene bercerita. Wajahnya kali ini tidak bisa menyembunyikan perasaan takut dan cemas.

"Apa aku perlu panggilkan Pendeta keluargaku?" Tawar Michelle dengan cemas. Dirinya cukup khawatir dengan keadaan Arlene, tapi ia juga takut dengan hantu.

"Entahlah Michelle, aku sangat bingung. Ini sangat mengangguku, bahkan kemarin aku bermimpi tentangnya!" Ucapnya frustasi, ia terus menunduk. Rambut hitam panjangnya menutupi seluruh wajah Arlene.

Kezia lanjut memakan keripik kentangnya dan berbicara. "Arlene, ini adalah masalah serius! kau harus bercerita kepada orangtua mu."

"Eghh.. Aku tidak tahan, aku akan menghubungi kedua orangtua ku terlebih dahulu untuk meminta nomor Pendeta Robert." Michelle langsung mengirim pesan melalui ponselnya.


Kringg!!!! Kringg!!.....


Bel selesai istirahat makan siang berbunyi.

"Sial! semua camilan ku belum habis!" Kezia langsung menaruh semua snack dan cemilan yang belum habis kedalam laci di bawah mejanya.

Arlene langsung menampar kedua pipinya. "Ayo Arlene! Kau harus Fokus!"

Michelle yang berada di sebelah Arlene masih menatap khawatir sahabatnya. "Apa jangan-jangan kau menggunakan narkoba?" Tanyanya dengan tatapan tajam.

"Apa kau gila!? Tentu saja tidak!" Arlene menjawab kesal pertanyaan Michelle sambil menyenggol Michelle keras. Ia menganggap bahwa dirinya sedang berhalusinasi akibat pengaruh obat-obatan terlarang.

Putri Mawar, Kstaria Perak dan Serigala UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang