Bab 10

19 2 0
                                    

Tidak membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya pesawat mulai melambat. Tidak ada satupun jendela di dalam pesawat kecuali pada bagian kokpit. Mereka tidak bisa melihat apapun di luar.

Mata Arlene kini tertuju kepada Agen Lynch yang sedang duduk manis membaca majalah wisata musim panas terbaik edisi 2024. Pria berambut pirang kini duduk cukup jauh dari mereka sesekali bersenandung dan membalik halamannya lambat.

Vince memegang tangan Arlene lembut dan berbisik perlahan.

"Ingat, tetap jaga matamu."

Arlene terkejut ia menatap balik mata Vince yang tegas. Semakin dipandang semakin menarik. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam lalu mengangguk. Kali ini dia bisa menyembunyikan perasaan malu ketika bertatapan dengan Vince.

Suasana di dalam pesawat masih sama dinginnya seperti di luar. Lampu hijau remang-remang membuat kepala pusing bila belum terbiasa, namun Arlene sudah bisa membiasakannya. Ia melihat Clerk tertidur sedangkan Joon Seo masih memegang senjatanya erat seraya mengawasi Agen Lynch tajam.

Peter yang berada di sebelah kiri Arlene juga sudah tertidur pulas hingga kepalanya jatuh kedepan.

"Oke Tuan-Tuan, kita sudah hampir tiba. Persiapan diri kalian, liburan sudah menunggu," ucap Lynch ramah begitu bangun dari duduknya. Ia masih memegang majalahnya.

"Kalian semua bisa langsung pergi dari sini. Aku akan tinggal dan mengurus administrasi kalian. Anggap saja ini permintaan maafku."

Vince hanya mengangguk pelan dan menatap tajam Lynch. Tampaknya mereka punya hubungan yang kurang baik meski di sini Lynch seperti berusaha memperbaiki hubungan mereka.

Clerk dan Peter terbangun dan mulai membenarkan posisi duduk dan perlengkapan mereka. Joon Seo masih tidak berhenti menatap Lynch.

Kini mereka pesawat terbang ditempat dan mulai turun perlahan. Arlene juga mulai bisa mendengar banyak suara berisik di luar pesawat. Suara mesin, suara angin, kendaraan, banyak sekali suara di luar.

Pesawat yang ditumpangi kini mendarat dengan sempurna hingga akhirnya pintu belakang pesawat terbuka. Sekarang suara berisik sudah bisa terdengar jelas.

Pemandangan tidak lazim terlihat. Arlene belum pernah melihat aktivitas militer sebesar ini selama dia hidup.

Lapangan terbang luas dengan langit siang nan mendung. Ratusan pesawat sama persis yang ditumpangi mereka terparkir rapi, dengan banyak kru lapangan yang tengah bersiaga dekat pesawat. Terlihat pula pasukan militer yang jumlahnya tidak terhitung oleh Arlene berbaris dan berjalan cepat dengan persenjataan lengkap. Mobil taktis dan truk-truk besar lalu lalang di lapangan terbang.

Puluhan hangar besar dan masif seperti bangunan asing yang tidak pernah ia lihat di bumi berdiri dengan kokoh. Pesawat jet terbang cepat di atas kepala Arlene begitu ia menginjakan kaki keluar dari pesawat.

Keempat pria itu berlari kecil menyalip Arlene yang berdiri di tempat. Wajahnya menganga tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Ia belum pernah melihat ini. Seakan-akan mereka sedang mempersiapkan diri untuk berperang. Suara berisik angin deras dan mesin melebur menjadi satu.

"Selamat datang di Pangkalan Udara Queen Agatha. Ayo cepat ikuti kami!" Peter meneriaki Arlene karena suara bising di lapangan tidak memungkinkan mereka berbicara dengan suara normal.

Arlene tidak memiliki waktu lagi untuk terpukau. Ia berlari cepat berusaha menyusul keempat pria di depannya dan menoleh ke belakang untuk terakhir kalinya.

Putri Mawar, Kstaria Perak dan Serigala UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang