Bab 15

3 0 0
                                    

Apartemen Vince tidak teralu besar. Ruangannya dicat putih bersih tanpa ada warna lain. Begitu memasuki ruangan akan langsung disambut dengan panel kaca besar yang menunjukan pemandangan seluruh kota. Apartemen pria ini ditata dengan sangat rapi, menunjukan Vince adalah orang yang perfeksionis. Keseluruhan perabotannya terbuat dari kayu berwarna krem dan putih. Sungguh terlihat senada dengan cat dinding. Langit-langit ruangan juga sangat tinggi sehingga bisa dimanfaatkan untuk menambah ruangan kecil diatas sebagai tempat tidur dan ruangan di bawah untuk ruang santai dan meja makan serta dapur.

Lantai dari parket kayu juga membuat hangat kaki begitu menginjaknya, terlebih ini sudah masuk musim gugur di Dimensi sini. Arlene berjalan melihat-lihat pajangan dan banyak pigura foto yang Vince taruh di lemari kaca dan rak-rak yang menempel pada dinding sebelah kanan ruangan. Ia banyak menyimpan foto-foto kenangan sewaktu di akademi dengan teman-temannya. Terdapat pula piagam dan sertifikat yang ia jadikan pigura dan digantung di dinding.

Mata gadis itu menyelidiki seluruh foto dan pigura yang ada dengan hati-hati agar tidak melewatkan satu detailpun. Ia menjadi makin kagum dengan Vince, dia nampak seperti murid yang berprestasi dan prajurit yang menerima segudang penghargaan, jika dilihat dari banyaknya medali dan piagam yang dipajang.

Vince membiarkan gadis itu melihat-lihat sedangkan dirinya membersihkan beberapa debu yang tertinggal setelah dirinya tidak menempati apartemen selama beberapa bulan. Beruntung ia membeli robot kecil berbentuk piring yang bisa membersihkan seluruh ruangan hingga ke langit-langit selama 2 tahun penuh tanpa pengisian daya berkat teknologinya yang sangat canggih dimana mengolah seluruh debu dan kotoran menjadi bahan bakar tambahan yang memungkinkan ia bisa bertahan sangat lama.

"Wow! Kau rupanya sangat berprestasi saat di sekolah!" Decak kagum Arlene.

Vince terkejut. Ia pikir Arlene akan terpukau dengan robot pembersih dan bertanya seribu hal tentang itu, malahan ia membahas piagam penghargaan yang ia pajang di dinding.

"Tidak juga, aku hanya unggul di beberapa mata pelajaran tersebut, sisanya biasa saja." Pria itu merendah dan berkeliling untuk memeriksa tidak ada debu yang tertinggal.

"Omong-omong, siapa orang yang selalu berada di sebelahmu saat foto?" Tanya Arlene menunjuk foto dimana seorang pria dengan wajah Chinese yang tidak begitu asing, seperti orang Indonesia bila dilihat dari tipe wajahnya. Vince banyak memiliki foto dengan teman-temannya sewaktu akademi dalam grup yang berbeda-beda, namun di setiap grup tersebut selalu ada pria yang Arlene maksud di sebelahnya. Tingginya pun juga sama dengan Vince, dan semua orang di foto memakai seragam akademi militer hitam dengan aksen putih pada ujung kerah dan lengan.

Vince berjalan untuk melihat lebih jelas sosok yang ia tunjuk. Wajahnya langsung tersenyum saat ia melihat orang yang ditunjuk Arlene.

"Chris, Christian Hadiwijaya. Teman dekatku sewaktu akademi hingga sekarang," ucap Vince menyebut namanya yang sangat Indonesia sekali.

"Orang Indonesia juga!?" Mata Arlene terbelalak. Terkejut karena dugaannya benar. "Rupanya juga ada orang Indonesia di sini juga."

"Yep. Kini ia tinggal di kota Fago, di sana banyak orang Indonesia yang menetap. Mungkin dari sini membutuhkan waktu 3 jam," tambah Vince mengambil salah satu pigura foto dimana sosok perempuan korea dengan wajah cantiknya merangkul Vince dan Christian. Perempuan itu tersenyum lebar dengan seragam militernya. Sungguh tidak cocok, Arlene berpikir ia lebih pas menjadi model ketimbang bekerja di kemiliteran.

"Lalu siapa perempuan yang di tengah itu?" Arlene tidak bisa menahan untuk bertanya sosok perempuan cantik itu. Kelihatannya mereka bertiga cukup dekat.

Putri Mawar, Kstaria Perak dan Serigala UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang