Bab 9

15 2 0
                                    

Matahari mulai terbit namun masih ditutupi oleh awan gelap dan burung-burung kecil mulai berterbangan dan bernyanyi bersaut-sautan. Arlene barusan terbangun dan ia melihat keempat pria yang menemaninya sudah selesai membereskan barang serta peralatannya masing-masing.

Entah mengapa gadis itu merasa nyenyak ketika tidur, padahal dirinya tidur di tengah hutan dengan seragam sekolah yang tipis. Apa semelelahkan itu dikejar naga hingga membuatnya terlelap saat tidur di hutan?

"Oi, bangun! Kita akan langsung berangkat menuju titik penjemputan." Peter berkacak tangan dengan ekspresi aneh.

Arlene menggosok matanya malas dan bangun sambil merenggangkan badannya. Begitu gadis tersebut bangun, ia melihat keempat pria itu sudah dalam keadaan bersiap.

"Ayo, Arlene. Aku sudah tidak sabar menikmati bir nanti," kata Clerk menunggu Arlene.

Arlene tersipu malu karena membuat para penolongnya menunggu. Ia langsung berlari kecil menghampiri mereka.

"Hihi, maafkan aku."

Mereka hanya tertawa kecil sebagai balasannya. Dan mulai berjalan menuju titik penjemputan. Pohon-pohon mulai semakin berkurang diganti dengan sehampran bebatuan besar. Tujuan mereka bukit kecil di kelilingi sungai dangkal.

"Arlene, terdapat perubahan rencana. Untuk saat ini kita tidak bisa memulangkanmu lewat pangkalan terdekat karena lain hal. Tetapi kita harus bertemu dengan seseorang terlebih dahulu." Vince membuka suaranya setelah tadi malam tidak begitu banyak berbicara dengan dirinya.

"Kenapa!?" Arlene tidak percaya. Ia mulai sedikit was-was, apakah nanti ia akan dijual di perbudakan seperti di film-film atau entah bagaimana?

"Aku cukup malas menjawab detailnya, intinya ini demi keamananmu," balas Vince kaku. Meninggalkan Arlene yang sedikit khawatir. Apakah ia benar-benar bisa pulang? Namun mau bagaimana lagi, satu-satunya orang yang bisa membantunya hanya mereka. Tidak mau ambil pusing gadis itu tetap melanjutkan jalannya dengan gelisah.

Peter berjalan menghampiri Arlene dan menyesuaikan tempo berjalannya dengan gadis itu. Ia memulai obrolan dengan Arlene.

"Hei, omong-omong kau berasal dari kota mana? Aku tahu beberapa kota di Indonesia. Kau berasal dari Indonesia, bukan?" Tanya Peter basa-basi.

"Aku berasal dari kota Surabaya. Kau tahu kota itu?" Arlene menjawab sekaligus bertanya kembali.

"Ahh... Sayang sekali aku tidak tahu. Dulu aku pernah mengunjungi Bali sewaktu pelatihan."

Arlene hanya meng'oh' mematikan topik percakapan mereka sehingga membuat suasana canggung. Arlene tidak begitu tertarik untuk mengobrol dengan Peter, dan rasanya ia juga sudah bosan dengan tempat bernama Bali, ia sudah teralu sering liburan kesana. Pemuda itu hanya tersenyum kikuk saat Arlene mematikan obrolan mereka. Ia tertarik dengan Arlene karena parasnya yang polos dan cantik. Bukan tipikal cantik yang bila lama dipandang akan bosan tetapi semakin dipandang maka semakin menarik.

"Apa kau punya pacar?" Tanya Peter sekali lagi memulai obrolan kembali. Ia sedikit berdeham.

Arlene merasa kurang nyaman dengan pertanyaan Peter. Ia melihat kearah pria itu heran.

"Tidak. Tentu saja tidak! Aku masih belum mempunyai pacar!" Tegas Arlene meninggikan suaranya.

Peter yang terkejut karena Arlene meninggikan suara hanya bisa mengangguk. Dia rasa usahanya mendekati Arlene sudah cukup gagal. Vince yang memimpin paling depan hanya terus berjalan mengawasi mereka melalui ujung matanya.

Putri Mawar, Kstaria Perak dan Serigala UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang