Mandira
.
.
.
.
."HACOMMM"
suara bersin dengan badan menggigil gemetar dan tangan saling mengusap, amando panjayadi. Remaja itu kedinginan setengah mati di atas motornya sembari terus memeluk diri dan mengusap usapkan kedua tangan berharap dinginnya berkurang.
Dia tau dan dia sadar tidak kuat dengan cuaca dingin, apalagi malam sudah menunjukkan pukul 11 dimana udara akan semakin menusuk kulit. "nih neng, lain kali keluar bawa jaket dek," amando hanya tersenyum tipis sembari menerima bungkusan yang berisi martabak di dalamnya.
Tak jarang banyak yang suka bingung mengira dirinya w/p karna penampilannya yang gondrong +kumis tipis. Di tambah penampilan culun dengan kaca mata, apalagi suaranya yang memang agak sedikit lembut bercampur parau. ( gimana tuh? Lembut bercampur parau author pun bingung:v )
"buru buru bang, " saut nya lalu menyerahkan selembar kertas biru kepada sang penjual. Amando bisa di katakan memiliki kelainan pada ******** nya, karna itu juga yang membuat orang bingung. ( authornya sama bingungnya )
"halah, paling juga bucinin neng gisel kan, "
Amando tertawa kecil dengan tebakan pria penjual martabak yang seratus persen tepat sasaran itu. "duluan bang, abang hati hati banyak begal. " seketika raut wajah pria di hadapannya berubah drastis. Tadi wajah tengil yang menggoda amando, sekarang wajah ketakutan dengan panik.
"jangan bilang gitu dong ah! Mau tutup aja lah saya, "
"bercanda bang, "
"bodolah!"
Amando hanya menggeleng lalu menghidupkan motor vespa putih miliknya, "yaudah bang duluan," pamitnya. "iya hati hati kamu ketemu kuntilanak di perempatan, "
Amando langsung merinding mendengarnya, "berisik!." si penjual martabak tertawa setelah berhasil ikut menjahili remaja itu.
Dengan tarikan nafas dalam, amando menarik kencang gas motornya dengan kecepatan penuh. Walau di pertengahan jalan yang sepi ia harus di hadapkan dengan cobaan yang lebih berat lagi.
Motornya mogok, dan jalanan sepi karna memang jarang sekali orang melewati jalan tersebut. "ya tuhan," gumam amando lirih sambil mendorong motornya dengan sabar.
Malam sudah semakin larut, dan seorang gadis di dalam kamarnya mondar mandir dengan panik ketika tak mendapat balasan di ponselnya.
Setelah spam yang lumayan banyak, akhirnya gadis itu memilih menelpon saja namun hanya di jawab oleh suara operator.
"hacium, "
"kalo gabisa keluar malem gausah sok sok an deh." celetuk laki laki yang tengah sibuk menghidupkan motor amando.
"maaf bang udah ngerepotin, besok mando bantuin di bengkel deh seharian full, "
"yakin lo bisa bangun besok? Ini aja udah bersin2, udah di pastikan lo demam lagi!"
Amando hanya bisa memaksa menguatkan tubuhnya yang sudah 50% menggigil hebat, "jangan di doain lah," ketus amando.
Treeperttt brum brum.
"tuh nyala, " laki laki dengan kemeja hitam itu berdiri sambil membereskan peralatan yang ia gunakan tadi untuk menghidupkan motor amando.
"makasih bang follan, " seru amando mendekati motornya. Sebenarnya amando bisa saja memperbaiki nya, tapi alatnya yang tidak ada. Jadilah ia terpaksa menghubungi abang nya follando panjayadi dengan sisa batrai ponselnya yang sekarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan - MANDIRA
Fanfiction[ di berhenti kan sementara ] mencintai seseorang yang tidak mencintaimu. dan hidup bersama dengan orang yang tidak kamu cintai sekaligus membenci dirimu. kurang sial apa hidup amando?. "akhirnya aku jadian juga sama dia man," ..... "kita cuma nikah...