Prankkk!"siapa yang pukul reno?!" Indira menatap kedua laki laki di depannya dengan marah.
Pagi sekali dirinya di hubungi sang pacar, kalau dirinya di pukul oleh adel dan amando. "dia pantes dapetin itu!" indira sontak menatap adel dengan nyalang.
"benar kata adel,"
"lo diem!" tunjuk indira pada sosok amando yang sedari tadi diam.
"sifat buruk pacar mu jadi menjangkit ke kamu,"
"pufff kuman dong,"
Dada si indira naik turun akibat emosi yang siap lepas, namun sayangnya harus urung karna sakit kepala efek mabuk semalam di tambah perutnya sakit. Ia meringis memegang kepala dan tiba tiba ambruk ke sofa yang berada di belakangnya.
"shtttthhh,"
"kak, kakak gakpapa?" panik adel mendekati indira, ia duduk di sebelah wanita itu sembari memijat pelan kepala sang kakak.
Indira sendiri pasrah karna tak kuat oleh rasa pusing nya, ia membiarkan sang adik untuk memijat kepalanya. "mau kemana bang?" tanya adel ketika melihat amando beranjak dari duduknya.
"keluar," jawab amando hingga menghilang di balik pintu apartemen.
"orang kayak gitu yang bakal jadi suami? Cih, gini aja dia udah gak perduli gimana pas nikah nanti?" cibir indira membuat adel terkekeh.
"bagus dong, emang kalo dia perhatian sama kakak, kakak bakal nerima dia?"
Indira sontak mendelik ke arah adel yang terlihat santai, "najis! Kalau pun gak bisa sama reno, kakak mending janda dari pada harus sama cowok kayak gitu!"
"iya deh yain," saut adel malas.
Tak lama keduanya diam, bunyi pintu apartemen terbuka, suara langkah kaki berjalan masuk. Amando menenteng plastik di kedua tangannya. "ini obat pereda mabuk," ucap amando tanpa menatap si indira yang menatapnya lekat dengan mulut sedikit terbuka.
"buset, potong rambut dimana bang?" tanya adel ikut menatap amando tercengang. Pasalnya saat ini penampilan pria itu jauh berbeda. Walau pakaian nya masih sama, kemeja hitam dan celana senada, tapi dengan potongan rambut pendek. Amando jadi terlihat lebih jelas untuk dilihat.
Nampak muda, gagah dan tampan, "di depan," jawabnya lantas pergi menuju dapur.
"mingkem kak, entar lalat masuk," ledek adel yang melihat sang kakak masih terdiam dengan mulut terbuka.
"ck paan sih!" sebal indira, membuyarkan lamunannya saja!.
Tak.
Gelas berisi air putih serta mangkuk bubur di letakkan amando di atas meja, lengan kemeja yang di gulung mengekspos lengannya yang berurat, "di makan," kata amando lalu berlalu pergi tanpa menunggu indira bicara.
"tu orang terbuat dari apasih!"
Adel menggeleng heran, "tadi minta di perhatiin sekarang malah nyalahin lagi? Kakak maunya apasih?"
"diem! Perut kakak sakit!" rengek indira dengan mood berubah ubah membuat adel menggeram pasrah.
"lagi haid?" tanya adel menebak yang di balas anggukan manja oleh indira. "pantesan," gumam adel.
Setelah itu adel menyuapi indira bubur yang di beli amando lalu menyuruh nya meminum obat, setelah itu adel, membawa indira ke kamarnya. "temenin kakak," rengek si indira manja, adel yang harus ke kampus pagi pun bersusah payah meminta izin pada sang kakak yang sedang rewel.
"gabisa kak, aku ada matkul pagi, latihan pelajaran tambahan sampe malem. Jadi di temenin sama bang mando aja ya? Dia kan calon tunangan kakak," penjelasan adel hanya sia sia di pendengaran indira, wanita itu malah menggeleng keras dengan wajah sedih dan terus memeluk lengan adel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan - MANDIRA
Fanfiction[ di berhenti kan sementara ] mencintai seseorang yang tidak mencintaimu. dan hidup bersama dengan orang yang tidak kamu cintai sekaligus membenci dirimu. kurang sial apa hidup amando?. "akhirnya aku jadian juga sama dia man," ..... "kita cuma nikah...