"ellen."
"aku pegel..."
"ha?" amando tersadar dari lamunannya, terkesiap serta kaget. Tak menyangka jika yang datang bukan calon papa barunya, melainkan sahabatnya.
"ah iya, ayok masuk." gisel menahan diri untuk tidak tertawa melihat sahabat lamanya itu gugup. Terakhir kali ia melihat amando saat amando mengantar dirinya berkencan.
Celana jeans, kaos lengan pendek di lapisi kemeja lengan pendek yang tak di kancing serta rambut panjang dan kaca mata bulatnya. Tapi yang di lihatnya sekarang benar benar jauh berbeda.
Tubuh tegap sedikit lebih berisi, rambut pendek dengan poni sedikit panjang. Di tambah gaya berpakaian yang berubah. Tidak lagi ia melihat amando yang sering memakai celana jeans ketat serta baju kaos.
Di hadapannya saat ini, amando dengan hoodie hitam dan celana jogger pants longgar, terlihat pas meski hanya pakaian santai.
"gak pakai kaca mata lagi man?"
"hm pengen aja. Ayok." jawabnya lantas berjalan lebih dulu memasuki rumah di susul gisel.
Setelah tiba di dalam, gisel di sambut baik terutama oleh indah. "mentang mentang gak ada mando kamu malah gak pernah main kesini ya!"
Gisel terkekeh di pelukan indah, "bukan karna itu bunda, tapi sehabis lulus aku lanjut kuliah di jerman." jelasnya. Lalu beralih pada jessi, follan dan terakhir kathrin.
Kini, tinggal mereka berdua di ruang tamu tersebut membuat amando amat canggung. Detak jantung nya bahkan kembali seperti dulu, berdetak tak beraturan.
Gisel? Gadis itu sibuk menelisik isi laptop amando dan sedikit membantu pemuda itu sebagai alihan topik karena keduanya yang sama sama canggung.
"ngomong ngomong kamu udah punya pacar man?" tanya gisel tiba tiba membuat amando melirik gisel yang tak jauh di samping nya.
"aku....udah tunangan." jari jemari gisel berhenti mengetik, tubuhnya diam membisu menatap laptop. Jantung nya tiba tiba saja berdegub kencang.
Perlahan, kepalanya menoleh menatap amando yang kini menatap ke arah depan. "bercanda ya? Terus kenapa gak pernah hubungin aku?"
Jakun amando bergerak lamban menelan savilanya, mulutnya begitu amat berat saat mengatakan ia sudah bertunangan. Tapi itulah kenyataan nya, ia tak suka berbohong, namun tak sepenuhnya juga ia menyesal mengatakan itu karna yang ia tau gisel hanya menganggapnya sahabat sejak dulu. Dan, tak ada harapan untuknya. Terlalu pengecut!
"setelah wisuda aku nikah dan maaf aku terlalu fokus belajar jadi gak punya waktu....maaf." kebohongan terakhir benar benar menyulitkan dirinya. Dan benar tak pandai berbohong.
"selamat ya..." entah kenapa, saat mengatakan itu ada rasa tak terima dalam benak hati gisel. Terkejut sudah pasti melihat sahabatnya yang dulu amat culun sekarang malah lebih dulu mau menikah ketimbang dirinya yang gonta ganti pacar.
"makasih.." balas amando lega, walau ada rasa sedikit kecewa mendapati wanita yang dulu sangat ia cintai terdengar biasa saja. Dan itu sudah cukup membuktikan dirinya untuk tak berharap lagi.
Gisel berusaha menahan sesak di dadanya dan berusaha tersenyum di depan sang sahabat. "pantesan pake lensa mata, biar bisa godain cewek ya ih." goda gisel terkekeh geli di akhir.
Amando hanya bisa tersenyum tipis, "kemarin kaca mata ku pecah waktu di bandara gak sengaja kesandung. Ini di kasih bang follan." jelas amando, ia tak berusaha di anggap penggoda cewek yang jelas jelas bukan sifatnya.
"iya deh, tapi kok bisa tunangan? Jadi penasaran, boleh liat calon kamu gak?"
Amando menggaruk kepala belakangnya kikuk, "gak punya fotonya." dekat saja tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan - MANDIRA
Fanfiction[ di berhenti kan sementara ] mencintai seseorang yang tidak mencintaimu. dan hidup bersama dengan orang yang tidak kamu cintai sekaligus membenci dirimu. kurang sial apa hidup amando?. "akhirnya aku jadian juga sama dia man," ..... "kita cuma nikah...