04. Malam Pengantin

30 2 1
                                    

Semua rangkain acara kini telah selesai, semua tamu yang berhadir kini pulang setelah mengucapkan selamat terhadap dua pengantin baru itu, yang tersisa hanya lah keluarga inti antara bram dan andika.

Andika yang sedang menggendong arkan maju menepuk bahu pria yang telah sah menjadi menantunya.

"Titip putri ayah, ya gan. Dia sedikit manja, walau diusia kalian yang muda ini ayah tetap berharap kalian menjalani rumah tangga dengan keharmonisan, hingga berkah didunia maupun akhirat." Ia menghela nafas, menatap langsung ke mata regan.

"Karena sejatinya nak, pernikahan adalah ibadah, dari situ kita dapat mencari pahala sebanyak-banyaknya. Istri berbakti kepada suami pun sebaliknya begitu." Sambil melanjutkan dialognya, ia juga menatap seakan memberikan wejangan juga kepada putrinya untuk berbakti pada suaminya.

Bilya mengetahui bahwa ayahnya sedang dalam mode serius. Ia mengangguk sambil tersenyum.

Manik hitam pekat regan tergerak penuh arti ketika mendengarkan nasihat dari ayah mertuanya, tanpa sadar ia menjawab.

"Ayah bisa percaya pada regan." Ucapnya begitu tenang.

Andika tersenyum melihat respon menantunya.

"Jagain ka bilya ya ka yegan, kalo ka yegan nyakitin ka bilya nanti aykan bakal marah!" Arkan dengan suara lucu dan beberapa kata cadel juga ikut menepuk pundak regan.

Regan hanya tersenyum sedikit dan menjulurkan tangannya menepuk kepala arkan.

"Siap, boss." Ujarnya.

Tingkah suaminya ini yang terlihat akrab dengan ayah dan arkan membuat bilya merasakan debaran didalam Hatinya. Pria disampingnya sangat ramah dan memang cocok jika dia disebut seorang dewa yang turun dari surga.

"Kalau begitu, regan dan bilya lebih baik pulang kerumah papa dulu malam ini."

Regan melirik papanya yang bicara, ia menghela nafas pelan.

"Gausah pah, regan langsung balik aja ke rumah yang baru sama bilya, papa ga usah repot-repot mikirin gimana regan kedepannya, regan bisa ngenafkahin istri regan sendiri." Orang-orang berfikir bahwa dia adalah anak aryadhikara grup yang manja, tapi pada kenyataannya regan sangat mandiri, selain biaya untuk sekolahnya, ia tidak pernah meminta apapun pada bram, bahkan sampai sekarang dia tidak mempunyai mobil sendiri yang dipakai untuk transportasi nya.

Jika dia menginginkan sesuatu maka ia akan mendapatkannya sendiri. Seperti kendaraannya sekarang dan rumah barunya ia beli dengan tabungannya sendiri.

Niat regan untuk membeli rumah adalah ia tidak ingin orang tuanya mencampuri urusannya setelah berumah tangga. Ia merasa sulit untuk leluasa menyiksa bilya jika satu rumah dengan mereka.

Kini bilya tersenyum begitu lebar mendengar penuturan suami disampingnya tanpa tau niat jahat regan padanya.

Ditambah lagi, ketika regan tiba-tiba saja mengenggam tangannya.

Oh tuhan, rasanya dia ingin pingsan sekarang saking bahagianya.

Jika seperti ini ia rela melepas semua suami-suaminya dikorea demi satu suami sahnya ini.

Bram tersenyum senang. "Hahaha, baiklah, papa sangat bangga sama kamu, nak." Ia menepuk pundak regan, memang benar pilihannya bahwa anak sulungnya ini adalah calon pewaris dari aryadhikara grup.

Semua nya sekarang sudah pulang kerumah masing-masing. Begitu juga dengan regan dan bilya, ia diantar pak damar selaku supir pribadi keluarga regan menuju rumah yang baru dibelinya.

Ketika sampai, regan membantu bilya turun dengan hati-hati karena gaunnya yang panjang. Kemudian membawa koper yang diberikan pak damar ditangan kanannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tebing Samudra (On-Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang