03. Setampan Namanya

23 3 1
                                    

Acara pernikahan adalah acara sakral yang didalamnya menyatukan kedua insan yang saling melengkapi, mencintai dan menyayangi satu sama lain.

Sebuah ikrar yang diucapkan oleh seorang pria akan mengubah kehidupan  gadis yang ia nikahi, begitupun dengan regan dan bilya, kedua manusia yang terikat takdirnya dalam perjodohan.

Diacara malam ini yang hanya dihadiri para kerabat dan teman-teman andika menjadikan acara ini sangatlah khusyuk.

Seorang gadis dengan balutan gaun putih menjadi sorotan utama hari ini. Hijab rapi nya membuat wajah kecilnya menjadi sangat cantik. Ia meremas tangannya dibawah meja. Hari ini, ia sedikit gugup.

Berfikir sejenak, apakah keputusannya menikah dengan regan adalah hal yang tepat? Sementara belum pernah sekalipun ia melihat calon suaminya itu.

Andika memegang bahu putrinya. Ia tersenyum menenangkan.

"Sebentar lagi kekuarga regan akan sampai, kamu harus siap ya, nak."

Melihat wajah ayah dan arkan disamping membuatnya menarik nafas pelan.

"Bilya, keputusan kamu ga salah!" Batinnya.

Kemudian ia tersenyum cemerlang, mengangkat wajahnya menatap tanpa ragu keluarga yang telah tiba didepan pintu sana.

Pria didepan sana, dengan balutan kemeja putih bak dewa yang turun dari langit. Rahang tegas, bibir tipis, hidung mancung serta kedua alisnya yang begitu tebal membuat bilya terganga menatap tak percaya.

Dia regan?

Meneguk salivanya, ia mengekori pria itu saat berjalan dengan aura dingin kearahnya. Mata bilya dan regan bertemu, tidak ada yang berkedip sama sekali diantara mereka, alih-alih tatapan cinta, bilya merasa tatapan itu sangat mengintimidasinya.

Hingga tak terasa, pria itu telah sampai didepannya.

Ya, masih dengan tatapan yang menyimpan banyak sekali pertanyaan kepadanya. Bilya tersadar, ia mengerjapkan matanya beberapa kali.

Calon suaminya ini, sedikit menakutkan!

"Sayang, ternyata kamu jauh lebih cantik dari pada difoto." Halima disamping regan maju dan memeluk bilya, bilya sedikit tersipu, ayahnya ternyata sudah lebih dulu mengobral fotonya ke keluarga regan.

"Makasih, ma." Bilya berucap pelan malu-malu. Kemudian sedikit melirik ke arah regan yang masih menatapnya.

Dia curiga bahwa regan pasti sangat terpesona dengan kecantikannya hari ini. Ia tanpa sadar tersenyum lebih lebar dan bertingkah sok manis didepan regan. Tanpa ia sadari bahwa regan menatapnya karena ingin sekali mematahkan leher wanita didepannya ini.

Jika bilya mengetahui niatan regan, mungkin dia akan lebih dulu mati kena serangan jantung karena begitu syoknya.

"Selamat datang, pak bram, bu halima dan nak regan. Karena semua sudah berhadir bagaimana jika kita langsungkan saja acara malam ini." Andika menjabat tangan bram dan menyuluhkan sarannya yang diangguki bram dengan cepat.

"Kan kaka ini udh punya suami!" Kalimat ini berasal dari suara remaja perempuan yang ada dibelakang regan.

Semua orang terkejut, begitu juga dengan bilya. Kapan dia punya suami?

Ia sedikit menengok kebelakang regan dan menemukan anak itu, matanya terbelalak kaget, ini remaja perempuan yang ia temui saat dihalte itu.

"Dira maksud kamu apa? Ka bilya itu belum pernah menikah, ini kali pertama nya." Halima beralih kesisi dira yang menatap tak peraya ke arah bilya.

Bilya tau maksud dira, rasanya ia ingin menjitak kepala anak itu karena membuatnya ditatap penuh selidik oleh semua orang yang berhadir.

"Ga kok mah, kakanya sendiri yang nunjukin suaminya lagi meluk dia."

Mati sudah bilya dibuatnya. Rasanya ia ingin bersembunyi saat ini juga, senyumnya berubah menjadi senyum orang bodoh.

Bram mengernyitkan dahinya menatap andika. "Maksudnya apa ini andika?" Tanyanya penasaran.

Andika yang tiba-tiba ditanya juga tidak tau, ia sebenarnya lebih penasaran dari semua orang yang ada disini, sejak kapan putrinya ini mempunyai suami.

Bilya menatap regan, pria itu menatap nya dengan mata yang memerah, apakah dia ingin menangis? Bilya terharu ketika mengetahui bahwa calon suaminya ini sangat perasa dan terlihat patah hati.

Menghela nafas panjang, agar calon suami tampannya ini tidak patah hati,  ia mengambil handphone nya didalam tas, kemudian menjukan kearah orang-orang terutama ke arah dira.

"Mingyu, sepertinya hari ini kita harus bercerai." Bilya berucap sedih dalam hati.

"Hehe, itu salah paham, aku fans banget sama idol ini, jadi aku ngedit fotonya terus dijadiin walpaper." Ucapnya begitu malu saat hasil karya halunya dipamerkan.

"Kan udah dira bilang, kalo kaka terlalu jelek kalo sama dia, ga bakal cocok!" Ceplas ceplos dira membuat bilya tersenyum kaku, ia ingin melotot tapi didepannya ada regan.

"Ya itu karena ka bilya cuman cocoknya sama regan." Bram membantah anaknya.

"Yakan cuman ka regan yang mau nerima ka bilya."

Ucapan dira membuat semua orang terdiam, terutama bilya. Dia benar-benar ingin menendang calon adik iparnya ini sekarang.

Menyadari kesalahannya, dira bergegas menangkap lengan regan.

"Hehe bercanda ka, sebenernya ka bilya cantik banget, layak sama kaka, tapi aku ga bohong kalo ka bilya beneran ga cocok sama suami pertamanya itu." Dira berkata sambil tersenyum ke arah bilya. Regan hanya diam, tenang seperti biasa.

Bilya sedikit tenang mendengar klarifikasi dira,tapi kalimat terakhirnya juga membuat bilya tersenyum kecut.

"Tenang bilya, pertahankan sikap anggun kamu." Batinnya menenangkan diri sendiri, melihat dira ini membuat ia sangat berkeinginan melakban mulutnya sekarang.

"Hahaha, ada-ada saja." Andika tertawa melihat tingkah anak-anaknya bram, dikuti orang-orang yang juga menggeleng pelan dan tertawa melihat situasi konyol ini.

"Woi, tungguin!"

Suara itu datang dari luar sana, semua orang menatap siapa yang datang.

Bilya memijit pelipisnya.

Apalagi ini ya, Tuhan!

Seorang pria yang sedikit mirip dengan regan berlari masuk. Ia ngos-ngosan ketika sampai didepan bilya.

"Masya Allah, calon kaka ipar yang begitu cantik bagai bidadari yang turun dari surga, siapa yang sudah tega mengambil selendang calon kaka iparku hingga terdampar dibumi yang penuh tipu daya ini. Btw kenalin calon ka ipar, aku varen." Ucapnya dengan senyum yang lebar sekali sambil menjulurkan tangannya dengan bangga setelah mengeluarkan kata-kata pujangganya.

Bilya melongo, apa ini adik iparnya juga? Rasanya ia ingin pulang dan membatalkan pernikahan ini. Mengapa harus mempunyai dua ipar yang berkelakuan seperti orang gila!

Karena dia bintang hari ini, bilya tetap menampakan senyum termanisnya sambil menjabat tangannya varen.

Bram dan halima menggeleng melihat kelakuan anaknya. Mereka meminta maaf pada andika dan bilya.

Setelah semua selesai kini regan dan bilya duduk bersampingan, sementara andika berada didepan regan bertindak sebagai wali nikah. Andika tersenyum ketika menatap regan yang juga dibalas regan dengan senyum kecil yang terbit dibibirnya.

"Saya terima nikah dan kawinnya, bilya esha dayana bin andika darmawan dengan seperangkat alat sholat dan uang sebesar 10 juta dibayar tunai."

Suara lantang itu menggema diseluruh ruangan, semua orang yang berhadir serempak berkata sah.

Andika menatap bilya sementara bilya menghapus air disudut matanya, ia hanya tidak percaya diumurnya yang masih sangat muda ini dia sudah menjadi seorang istri.

Sementara regan, wajahnya dari awal ia datang hingga ijab qabul terucapkan masih datar tanpa ekspresi seolah-olah bukan dia yang menikah. Sayangnya, bilya tidak menyadari akan hal itu.

---------------

Jangan lupa vote dan commentnya yaa, vote kalian sangat berarti untuk kami🌹

Tebing Samudra (On-Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang