Perubahan Diri - 2. Selingkuh Pertama

1.1K 12 0
                                    

Perubahan Diri
2. Selingkuh Pertama
Wandi Lukito

Resepsi kami pun selesai dan dilanjutkan oleh after party di sebuah tempat hiburan malam untuk menjamu teman-teman kami berdua yang notabene masih sering bergaul dan bersenang-senang dalam dunia gemerlap malam. Gue sewa tiga meja besar untuk teman-teman kami berpesta, atau lebih tepatnya mereka yang berpesta untuk mencekoki gue dan Tere minuman demi minuman beralkohol sebagai cara mereka menyambut kebahagiaan kami berdua ini.

Gue yang kini benar-benar teler mencoba melangkahkan kaki menuju toilet bersama Tere membantunya menuju toilet untuk muntah. Tentu saja pramuniaga disana menolak keberadaan gue yang memaksa masuk meski gue sudah berteriak tak jelas menyatakan bahwa istri gue ini mau ke toilet. Pada akhirnya pramuniaga ini membantu gue untuk sadar dengan turut membawa gue ke toilet pria dan diboyongnya gue ke dalam sebuah bilik.

"Hoeeegkk.. Aaagggcchh." Suara muntah gue begitu banyak. Pramuniaga ini dengan sigap memijat tengkuk gue, sambil sesekali ia mengelap bibir gue dengan tissue.
"Bentar bentar. Tunggu dulu jangan pergi. Bentar." Gue berbalik arah dan terduduk bersandar pada toilet bowl. Samar gue lihat sosok pramuniaga ini. Bersetelan kemeja dan celana kain hitam. Dandanan rapi dengan tubuh proporsional. Bagian pinggangnya itu begitu menarik perhatian gue, pinggang ramping yang membuat gue terpesona. Ditambah lagi tonjolan kontol di selangkangannya yang entah kenapa terlihat gemuk itu.

Sempoyongan gue pegang kaki pramuniaga ini mencoba bangkit. Namun karena tenaga yang terkurang membuat badan gue limbung dan wajah gue menyentuh tepat pada selangkangannya. Sigap ia mengangkat badan gue berdiri dan kali ini barulah cukup jelas gue bisa melihat wajahnya yang tegas tipikal pramuniaga yang sering gue temui bekerja di tempat-tempat seperti ini.

"Koh, aman koh?" Tanyanya.

"Aman, aman." Senyum gue. Tangan gue pun meraba lengannya, mengusap-usap otot keras yang terbentuk disana.
"Oohh fuckk! Gue aneh banget!" Maki gue sendirian yang sepertinya membuat pramuniaga ini bingung.

"Kenapa koh?"

"Nggak, nggak udah." Gue mengeluarkan hp dan memberikan kepadanya.
"Minta nomor lo, miss call pake hp gue."

Cepat dilakukan perintah gue ini olehnya dan ia berikan kembali hp gue. Kali ini gue merangkulnya, gue dekatkan badan gue pada pramuniaga ini.
"Makasih ya ganteng. Uuhhh... Lo... Ganteng banget." Ujar gue menatap matanya dan ia balas dengan senyuman.

"Thanks koh. Udah yuk saya anter ke meja kokoh." Dibawanya kembali gue keluar dari toilet. Terlihat Tere yang sedang dijaga oleh beberapa teman wanitanya tepat di depan pintu toilet.

"Mas, tolong bantu bawa temen saya ya mas. Sana mas, sana." Suara teman Tere kepada pramuniaga yang memboyong gue.

—————

Begitu sesampainya di villa gue dan Tere langsung merebahkan badan di atas kasur, menyibakkan taburan bunga mawar dan beberapa complimentary dari hotel tempat kami menginap di pulau Dewata ini. Kami berpesta sampai subuh, hingga tempat tutup bahkan. Kembali ke hotel untuk tidur sebentar, lalu langsung buru-buru menuju bandara mengejar pesawat untuk kami melangsungkan honeymoon.

"Kepalaku sakit ko. Eeerrhh.." Kata Tere.

"Udah Re, bobo aja sini-sini." Gue membentangkan tangan, tubuh Tere langsung bergerak masuk dalam dekapan gue dan kami pun tertidur.

Honeymoon selama 4 hari 3 malam, 1 hari penuh kami habiskan dengan tidur untuk mengejar jadwal istirahat yang terbengkalai beberapa hari kemarin. Barulah pada hari kedua semua rentetan acara honeymoon kami di mulai, termasuk dengan malam pertama yang kami habiskan dengan penuh gairah karena pada akhirnya sudah tidak ada larangan lagi yang membelenggu kami berdua.

Perubahan Diri (Derajat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang