Perubahan Diri - 5. Sesi Pijat

557 5 0
                                    

Perubahan Diri
5. Sesi Pijat
Wandi Lukito

Gue pandangi langit-langit kamar yang bergoyang-goyang cepat selaras dengan entotan kontol pada lobang pantat gue oleh tukang yang mengerjakan interior rumah. Sampai sekarang ini, gue sudah melayani lima orang dan ini adalah pria terakhir yang sedang menghajar lobang pantat gue dengan kontolnya.

"Uuurgghh.. Guee.. Ngentootinn. Cinaaa.. Cowokk lagii!"
"Aaaghhh kokk bisaa enaakk ngentootin booll yaa?!" Racau tukang yang gue tak pernah tau atau kenal siapa namanya.

Badan gue sudah sangat basah oleh keringat, aroma kamar gue pun santer akan bau pejuh juga keringat dari tuan gue beserta kelima kawannya. Kamar yang seharusnya gue tempati pertama kali bersama Tere, kasur yang selayaknya menjadi tempat bercinta kami untuk kali pertama, malah sekarang menjadi saksi bisu atas disodominya lobang pantat gue dengan kasar oleh para tukang yang mengerjakan rumah gue ini.

Setelah tukang ini membuang pejuhnya di dalam lobang gue, ia pun segera menyudahinya dan langsung melenggang keluar kamar. Diri gue masih terkapar di atas kasur. Gue usap dada gue yang nyeri, terlihat banyaknya bekas cupangan yang diberikan oleh tuan Dadang dan teman tukangnya. Bau pejuh segar pun tak terhindarkan menyerang hidung, cairan-cairan kejantanan pria itu banyak yang tumpah ruah juga di atas kasur gue.

Sedari siang hingga malam, gue hanya dapat beristirahat mungkin sekitar 1 jam dan secara tidak sadar gue tertidur saking lelahnya. Jeda waktu itu pun gue dapatkan ketika Dadang berkata bahwa akan ada tukang yang hendak datang dengan tujuan awal membantu gue membereskan rumah.
Tere sendiri sudah gue kabari tadi sore, saat gue sedang dientot oleh tukang yang baru datang tersebut.

—————

3 hari lamanya gue mendekam diri di rumah. Untung sekali, semua sangat beruntung bagi gue. Tere berkata bahwa ia akan pergi dalam perjalanan dinas ke luar negeri selama kurang lebih 10 hari. Ada keperluan mendadak yang mengharuskan pergi per hari itu juga. Sama halnya dengan Dadang, mertua gue rupanya menyuruh Dadang untuk ikut keluar kota sebagai supir sekaligus asisten yang membantunya kebutuhannya sehari-hari selama perjalanan. Dalam kasus Dadang, gue tak tahu berapa lama ia pergi.

Selama 3 hari ini pula gue sudah pulih dan bisa kembali beraktifitas normal. Setidaknya tidak gue rasakan sakit pada pantat meski tetap badan ini terasa remuk dan masih pegal-pegal luar biasa.
Maka gue putuskan untuk pergi ke tempat pijat untuk sarana gue berelaksasi memanjakan diri sekaligus meredakan rasa pegal di badan.

"Saya mau booking untuk pijat di jam 6 sore apa masih bisa?" Tanya gue di telepon pada salah satu tempat spa besar di kota ini.

"Maaf pak, untuk jam 6 sudah full book. Sebentar saya cek dulu ya pak untuk ketersediaannya nanti ada di jam berapa."
"Terimakasih pak sudah menunggu, ini ada satu pak di jam 19:30, apakah bapak bisa di jam tersebut?" Kata resepsionis ini ramah.

"Bisa mba, boleh. Saya mau treatment yang paling oke ya. 120 menit."

"Baik bapak. Mungkin saya bisa sarankan bapak ambil treatment Royal King Pleasure ya pak. Durasi 120 menit, dan —" Dijelaskannya secara singkat apa-apa saja isi treatment tersebut.
"Tapi maaf sebelumnya bapak, saya mau konfirmasi dulu nih. Kebetulan di jam 19:30 ini terapis yang tersedia hanya tinggal terapis pria bapak. Maaf ya bapak." Ujarnya seperti merasa tak enak.

Oh tidak, justru itu yang gue inginkan. Selama ini gue selalu pijat dengan terapis wanita dan setelah kejadian ini semua, gue menjadi penasaran bagaimana rasanya dipijat oleh terapis pria.
"Oh gitu ya." Jawab gue berusaha menimbang-nimbang.

"Iya bapak, ini saya konfirmasi kembali ke bapak jadi bagaimana bapak?"

"Ya sudah, gapapa mba. Di jam 19:30 ya."

Perubahan Diri (Derajat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang