004. Can't Believe

22 21 0
                                    

" Apakah ketenangan itu benar adanya?"

~~~~~~~~~ 123~~~~~~~~~

Setiap malam Ansaira berharap tak pernah dibangunkan kembali. Ia terlalu takut untuk menjalani hari. Rasanya berat sekali, menjalani kehidupan seperti ini. Hidup dalam tekanan dan kepura-puraan. Berapa banyak topeng yang harus ia pakai.

Kehormatan, kasih sayang, keluarga, teman semuanya hilang begitu saja. Yang tersisa hanyalah luka dan air mata. Bahkan untuk menangis pun, ia benar-benar lelah. Yang hanya ia inginkan hanyalah ketenangan.

Namun apakah ketenangan itu ada, jika orang yang sudah mati pun masih di doakan untuk ketenangannya?.

Lamunan Ansaira buyar, usai wanita itu memencet klakson mobil berkali-kali.

" Ansaira, sampai kapan kau berdiam diri di mobil, hah?." Bentak wanita itu.

" Maaf Tante. "

" Cepat turun, dan singkirkan wajah menyedihkan mu itu. " Bentak wanita itu lagi.

Ansaira pun segera turun, dan menuju kelasnya. Di sepanjang perjalanan, lagi dan lagi Ansaira mendapat ujaran kebencian.

Namun ketika sampai dikelas, betapa terkejutnya dia ketika tak sengaja bertatapan dengan cowok yang duduk dibangku belakang.

Tatapan penuh amarah, kebencian dan..... rindu?.

Kenapa harus dipertemukan dalam situasi ini?.

Tak ingin berkepanjangan, ia segera memutuskan pandangan. Namun, ketika ia duduk terasa sedikit aneh.

Sementara itu, Agniezka, Kiara dan Tiana ber tos ria.

Pembelajaran sejarah Bu Aneu terasa membosankan. Terbukti barisan belakang banyak tertunduk, menahan kantuk. Hingga tiba-tiba Bu Aneu menyuruh seseorang untuk menjelaskan kembali ke depan.

" Ayo angkat tangan siapa yang mau maju ke depan?." Tanya Bu Aneu, namun tak satu orangpun mengacungkan tangannya. Lantaran apa yang mau dijelaskan, mereka sendiri tidak mendengarkan penjelasan dari tadi.

Hingga Ryan menyerukan nama seseorang....

" Ansaira Bu! " Lantang Ryan.

" Benar Bu, Ansaira pasti mau, iya kan?" Sahut Agnieszka.

" Setuju, Ansaira pasti udah paham pelajaran ini. Kan udah pernah. " Sambung Kiara.

" Ayo dong maju jangan malu-maluin. " Tiana ikut menimpali.

Sedangkan Ansaira yang ditunjuk merasa bingung, bukannya ia tak mau. Tapi ia sulit untuk berdiri, sesuatu menempel erat dibawah sana.

" Bagaimana Ansaira, mau?" Tanya Bu Aneu sekali lagi.

Ansaira masih bingung, jika ia berdiri akan jadi tertawaan seisi kelas. Namun, Kiara terus memaksa sembari menarik tangan Ansaira agar ia berdiri.

Di sisi lain, Tiana sudah siap dengan ponselnya untuk mengabadikan momen memalukan seorang Ansaira.

Dan.....ketika Ansaira hendak berdiri. Tiba-tiba...............

"Saya saja Bu. " Kafi menyelamatkan Ansaira dari momen memalukan itu.

" Yasudah, Ansaira malah buang-buang waktu. " Ucap Bu Aneu.

Kafi pun maju ke depan dan menjelaskan ulang materi yang disampaikan Bu Aneu tadi.

Sementara itu, Agniezka, Kiara dan Tiana kesal karena rencananya gagal total.

Ansaira benar-benar terjebak. Ia tak beranjak sedikit pun dari kursinya. Bahkan ia harus menahan rasa lapar dan ingin buang air, ia benar-benar tersiksa.

Beruntungnya di saat seperti itu, seseorang menyodorkan makanan. Ansaira terkejut, pasalnya Kafi yang memberikan makanan itu.

" Kenapa cuman di lihat, ayo makan. " Ucap Kafi.

" Ga usah, gapapa. " Tolak Ansaira.

" Gue tau apa yang terjadi. Jam pulang masih lama, gimana kalau lo pingsan gara-gara nahan lapar? " Tanya Kafi sedikit khawatir.

" Kenapa gue harus nurut sama Lo?."

" Karena gue...." Kafi menggantungkan ucapnya, mencari alasan yang sedikit logis.

" Karena gue wakil ketua kelas 12A, jadi seluruh siswa tanggung jawab gue. Terutama Lo, jadi udah deh lu nurut aja. " Kafi berusaha meyakinkan Ansaira.

Sementara Ansaira menatap Kafi penuh selidik.

" Iya kah? Ga percaya. "

" Terus mau Lo gimana? Maksain pergi ke kantin, atau lu mau mempertontonkan daleman lu?." Tanya Kafi tak tahu malu.

" Apa? daleman?. " Ansaira kaget tak menyangka, cowok yang ia anggap pendiam ini, berkata tak ada saringannya.

" Kan emang iya, nanti rok lu pasti sobek, udah lama gitu juga nempelnya. " Bela Kafi.

Ansaira membenarkan ucapan Kafi. Tapi ia juga bingung harus seperti apa.

" Udah Lo berdiri aja, roknya lu ganti pake pakaian olahraga aja, di loker ada kan?." Tanya Kafi.

" Gue belum punya baju olahraga. "

Kafi pun menepuk jidatnya, lupa Ansaira kan ngulang sekolah.

Kafi pun segera pergi ke lokernya dan mengambil Hoodie miliknya.

" Pake ini aja. " Kafi menyodorkan hoodie miliknya.

Ansaira ragu menerima bantuan dari Kafi. Pasalnya ia tak mempercayai siapapun di sekolah ini, apalagi teman sekelasnya.

" Gue ga sama kaya mereka, Jangan ragu. " Kafi mencoba meyakinkan.

" Gue jaga depan pintu, lu cepetan. Bel masuk bentar lagi bunyi. Kalau udah tuker kursinya sama kursi di depan gue, kebetulan kursinya lagi kosong." Titah Kafi lembut, ia pun segera keluar kelas dan menjaga di depan pintu.

Masih ada keraguan di dalam diri Ansaira. Namun ia tak punya pilihan, bergegas langsung berdiri dan benar saja roknya sobek. Ia pun mengikuti semua perintah Kafi tadi.

Kafi yang mendengar Ansaira mulai memindahkan kuris pun tersenyum.

" Akhirnya jalannya terbuka juga. " Kafi tersenyum bahagia.





See you next Bab 😘👋

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND FOLLOW✌️❤️

|| Different Pain, Same Love ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang