Elise baru saja hendak melahap apel hasil curiannya ketika manik cokelatnya menangkap sosok familiar di kejauhan.
Sosok itu berjalan dalam kegelapan dan temaram lampu jalanan yang menuju arah rumahnya.
Maniknya membulat. Alisnya bertaut. Dadanya bergemuruh panik.
Joey adalah lelaki yang beberapa minggu ini jatuh hati dan mendekati Elise secara terang-terangan. Namun jika dipilah dari kata suka, yang lebih mencerminkan setiap tindakan lelaki itu adalah sebuah obsesi yang mulai membangkitkan rasa khawatir Elise.
Lelaki itu tahu jika Elise sendirian. Dan tanpa ada yang memberikannya informasi seputar alamat Elise, nyatanya Joey bisa menemukan dimana ia tinggal.
Dengan segera, Elise menutup pintu balkon dari arah luar serta memikirkan cara sembunyi.
Terakhir kali ia bersembunyi di dalam rumah, pria itu menunggunya di depan teras hingga pagi tiba sembari berkeliling memperhatikan huniannya -membuat tidur Elise tak nyenyak semalam suntuk.
Jika kemarin lelaki itu menunggunya hingga pagi, mungkin saja malam ini ia nekat mendobrak masuk ke dalam rumahnya. Apalagi melihat bagaimana Elise telah menolaknya di muka umum siang ini.
Anehnya, lelaki itu selalu mengenakan hoodie merah ketika menemui Elise. Seakan ada peramal yang mungkin mengatakan padanya jika merah adalah warna keberuntungan Joey. Sebab itu Elise bisa mengenali sosoknya meski dari kejauhan dan gelap malam.
Dan kini, semakin sosok itu mendekat, semakin Elise panik luar biasa. Dalam sempit pikirannya, dinding terendah sang tetangga yang menghubungkan pohon apel serta beranda kamarnya menjadi sebuah cetusan jalan keluar.
Dengan segera, Elise melempar apel curiannya untuk melompat naik menuju dinding bata sang tetangga.
Niatnya, ia hanya akan bertengger disana dan sembunyi di balik dahan serta dedaunan lebat. Namun ketika kakinya berusaha menaiki dahan agar lebih menyembunyikan sosoknya, sial seribu sial, kaki Elise tergelincir hingga ia hilang keseimbangan dan terjatuh masuk ke lahan hunian sang tetangga.
BRUKK!!
Suara keras saat ia terjatuh jelas memekakan telinga. Pun Elise berusaha sekuat tenaga untuk menahan teriakannya meski punggung dan tubuhnya membentur tanah dengan nyaring.
"Ah, sial." Desisnya ketika nyeri mulai menjalar di sekujur tubuh. Nasib baik kepalanya tak terbentur apapun saat ini.
Dalam gemetar serta sosoknya yang terkotori oleh tanah dan dedaunan kering, Elise berusaha bangkit dari keterpurukannya. Sembari meremas punggung yang kesakitan, pun Elise mendapati sesosok pria dengan senapan yang sudah tertodong ke arahnya.
Manik Elise melotot sejadi-jadinya. Jantungnya mencelos dan berserakan. Sementara itu, mulutnya menganga seakan sedang melihat hantu yang tak diundang.
Tapi,
Apakah hantu memang setampan itu?!
"Siapa kau?" Suara bariton itu semakin membuat Elise bergidik. Tanpa sadar kakinya mengambil satu langkah mundur ke belakang.
"A-anda... siapa?"
"Bukankah itu pertanyaanku? Kau menerobos masuk kedalam kediamanku."
Elise mengerutkan keningnya, "Kediaman..." wanita itu nampak berpikir sebelum menimpali, "T-tapi, ini rumah kosong."
"Aku sudah disini sejak tiga hari lalu. Apa kau sering menerobos kemari selain berteriak di depan rumahku?"
Tatapan tajam lelaki itu membuat Elise semakin pasi. Apalagi dengan kalimat yang baru saja ia dengar kala ini. Semburat panik jelas terukir pada wajah cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers & Cigarettes
FanfictionShe was sunshine. He was midnight. Aiming for the destination, the purpose to be tangled together.