Elise memejamkan mata saat Oliver menjelajahi mulut dalamnya.
Ciuman itu berhenti ketika Elise menarik diri dan menutupi bibirnya sembari protes, "Aku tidak suka yang seperti itu. Aneh." Ujarnya dengan wajah yang sudah begitu merah.
Oliver menatap sang lawan bicara tanpa rasa bersalah, "Kenapa wajahmu merah sekali? Apa demamnya kembali naik?"
"Kau pikir ini salah siapa?!" Tentu saja Elise hanya mampu menutupi wajahnya yang semerah tomat, "Dasar tidak sopan mencium orang seenaknya tanpa permisi."
"Kau tidak mau minum obat."
"Bukankah ada cara membujuk yang lain?!"
"...."
Dua insan itu saling menatap dengan Elise yang meraih kekalahan sebab mengalihkan pandangannya terlebih dahulu.
"Kau bersungguh-sungguh dengan kalimatmu?"
"Apa??"
"Menikah."
Elise tercekat. Tentu saja ia tak sungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan. Namun tanpa disangka justru kalimat ini yang meluncur dari bibir ranumnya, "Memangnya kau mau menikahiku?"
"Kenapa tidak?" Ucap Oliver dengan begitu ringan.
Alis Elise mengkerut. Bukankah Oliver pernah berkata bahwa dirinya tak suka jika harus terikat dengan suatu hubungan? "Semudah itu?"
"Tentu saja tidak semudah itu."
"....maksudnya?"
"Setidaknya untuk kau."
"Hah?"
"Jika kau sudah menjadi istriku, kau sepenuhnya milikku. Dan kau harus mengikuti aturanku."
Lihatlah bagaimana Elise semakin mengkerutkan keningnya, "Terdengar sangat otoriter." Ucapnya sembari mendorong Oliver menjauh, "Kau ingin menjajahku?"
Kilat pada mata Oliver menyala diselingi senyuman tipis, "Kau tak harus melakukan apapun. Kau hanya harus terus bersamaku. Aku akan memberikan semua yang kau ingin dan butuhkan, tapi kau sepenuhnya milikku."
"Hei, aku tidak sedang memohon untuk kau nikahi. Hentikan semua omong kosongmu, Oliver Hugo. Aku masih bisa menikah dengan siapapun dan bebas melakukan apapun yang kuinginkan tanpa harus selalu bersamamu. Lagipula aku masih muda dan kau terdengar gila." Untuk beberapa saat, Elise melihat sisi Oliver yang dulu pernah ia ketahui hingga membuatnya bergidik. Begitu mengintimidasi dan mendebarkan disaat yang sama.
Oliver memainkan surai Elise dan menciumnya. Menatap Elise dengan pandangan yang seakan jauh tak berada disana, "Benar. Maka dari itu, jangan sembarangan minta untuk dinikahi, apalagi kepada orang sepertiku."
Ah, Oliver Hugo benar-benar membuat Elisabeth bingung. Sesaat lalu ia terlihat berbahaya dan gila. Namun lihatlah lelaki itu saat ini, ia nampak bak bunga mimpi berduri yang rapuh disaat yang sama. Apa yang kau sembunyikan, Oliver Hugo?
Jantung Elise terasa tak nyaman. Pipinya masih merah dan darahnya masih berdesir. Entah karena demamnya yang belum kunjung turun, atau karena sebelum ini ia menerima ciuman panas dari Oliver. Yang pasti jemarinya sudah terangkat dan menyisir surai legam Oliver yang terjatuh halus. Sentuhan itu turun menuju kening serta pipi lelaki yang kini tengah menatapnya dalam-dalam.
"Kau..." Ucap Elise sembari menarik tengkuk Oliver, "Terlihat begitu kesepian." Katanya sebelum mengakrabkan kembali bibir mereka. Menciumnya dengan hati-hati serta nafas yang ditahan. Tak memerlukan waktu lama bagi Oliver untuk mencerna apa yang tengah terjadi dan membalas ciuman Elise lebih dalam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers & Cigarettes
FanfictionShe was sunshine. He was midnight. Aiming for the destination, the purpose to be tangled together.