06. Mulai Duluan

45K 485 48
                                    

Sekedar informasi, sepertinya part-part selanjutnya di cerita ini akan di update mungkin seminggu sekali karena kesibukan author. Jika ada kesempatan, mungkin bisa lebih cepat. Jadi mohon pengertiannya ya, semoga masih enjoy untuk membaca. Selamat menikmati cerita part yang kali ini. Salam...

.

.

.

.

.

.

Pov Erza

"Hoaaaaamm."

Diriku terbangun dari tidurku sembari menguap lebar, kurentangkan kedua tanganku sambil mengusap kedua mataku yang masih kesulitan terbuka. Perlahan pandanganku mulai terlihat jelas, aku terbangun di dalam kamarku seperti biasanya. Kulihat ke arah PCku yang ternyata masih menyala, sepertinya aku ketiduran semalam sehingga lupa mematikan PCku setelah lelah bermain game dan menonton film.

Perlahan diriku bangkit dari kasur mendekati meja PCku lalu mematikannya. Badanku masih terasa pegal-pegal rasanya, kurasa posisi tidurku tidak terlalu bagus barusan. Kepalaku juga masih terasa sedikit pusing, mataku melihat ke arah jam dinding di kamarku sudah menunjukkan jam 11 siang.

Sepertinya hanya ada diriku sendiri di rumah, mungkin mama Chika sudah berangkat ke kantornya dan Christy masih belum pulang dari sekolah. Diriku berjalan ke arah balkon kamar sambil membawa sebungkus rokok di tanganku. Setelah sampai di balkon kamarku, kunyalakan sebatang rokok lalu kuhisap sambil memandangi halaman depan rumah dan juga jalanan komplek yang terlihat sepi. Hanya saat tidak ada orang di rumah, baru kuberanikan diriku untuk merokok di rumah.

"Huuhhhhhh." Bunyi hembusan asap rokok dari mulutku.

Kulihat mobil yang biasa dipakai pak Pritno tidak ada, tandanya mungkin dirinya sedang menunggu di sekolah Christy dibanding istirahat di rumah kami. Saat sedang asik menikmati keheningan sambil menghisap rokok, tiba-tiba terlintas kembali bayangan kata-kata dari mama Chika saat dirinya bermasturbasi sewaktu memergoki aku dan Indira malam itu.

Kembali pikiranku terbang kembali ke saat itu, terlebih saat mama Chika mengajakku bicara dan mengancamku keesokan harinya. Aku masih ingat sekali saat dirinya berkata akan melaporkan tentang aktifitas tabuku dengan Indira kepada ayahku jika aku masih nekat melakukan hal itu saat berpacaran. Aku yang takut tentu hanya bisa menuruti perkataannya dan berjanji tidak akan melakukan hal itu seperti itu lagi.

Namun tentu saja aku tidak akan sepenuhnya menepati janjiku itu. Aku sudah ketagihan akan yang namanya sex, terutama kepada Indira pacarku. Mungkin aku tidak akan melakukannya saat di rumah, tapi tentu saat di kosan atau saat kita menginap dimana pun itu aku akan meminta jatah pada Indira tentunya saat aku dan dia sama-sama ingin. Ya, aku tidak ingin memaksakan kehendakku sepihak jika Indira tidak mau.

Kembali diriku jadi teringat akan ancaman mama Chika beberapa hari yang lalu saat dia memergoki kami berdua. Sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi, emang sedikit terdengar aneh jika dirinya melarangku untuk berhubungan badan dengan Indira yang jelas-jelas sudah menjadi pacarku. Sedangkan saat dia melihat langsung hal itu, dirinya tidak langsung memarahi kami saat itu juga.

Dirinya justru bermasturbasi dengan menikmati setelah melihat hubungan sex antara aku dan Indira. Kembali muncul di kepalaku bayangan mama Chika yang begitu menggairahkan saat dirinya masturbasi di depan kamar malam itu. Tapi yang menjadi pertanyaanku.

Kenapa dia melarangku dan Indira melakukannya?

Masih menjadi pertanyaan dalam benakku hingga saat ini.

.

.

.

Flashback

My StepMom 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang